Fanny Blair tahu tak ada guna nya melarikan diri. Ini memang bukan jalan hidup yang ia inginkan, tetapi inilah caranya untuk bertahan hidup. la tak bisa kabur mencari pekerjaan lain. Jika bisa Fanny pasti memilih tidak berada di sana. Tak satu pun wanita di dunia ini yang ingin hidup sebagai wanita penghibur
"Ingat, Sayang layani Tuan Johnson dengan baik. Dia klien penting kita"
Madame Jasmine berkata dengan manis pada seorang gadis berpakaian glamor di samping Fanny. Wanita cantik yang tak bisa Fanny tebak usia nya itu adalah pemilik rumah bordil yang berkedok sebagai biro jasa konsultasi. Seluruh pegawai yang terdiri dari wanita cantik adalah murid Madame Jasmine.
Istilah klasik nya, mereka adalah seorang wanita penghibur. Fanny malu mengakui bahwa ia adalah salah satu dari mereka.
Usia Fanny Blair baru menginjak 22 tahun dan masih menjadi anggota junior yang belum ditugaskan melayani klien. Sejauh ini, ia hanya mengikuti salah satu senior mereka agar tahu pekerjaan apa yang akan ia lakukan kelak. Fanny tidak tahu harus heran atau bersyukur karena Madame Jasmine masih belum memasukkan nya dalam daftar wanita penghibur profesional. Beberapa murid nya yang seusia dan bahkan di bawah usia Fanny sudah ada yang melayani klien.
Kenyataan itu justru membuat Fanny panas-dingin, terlebih ketika ia mendapatkan jawaban dari salah satu senior yang sudah bekerja melayani klien selama tiga tahun, Barbara Collins.
"Kemungkinan besar Madame sengaja mempersiapkanmu untuk klien penting karena permintaan khusus. Biasanya, klien rela membayar amat mahal untuk mendapatkan seorang fresh gaduated wanita penghibur." Oh Tuhan, Fanny hanya berharap ia tak akan diserahkan pada pria hidung belang, tua bangka, dan kasar.
Seandai nya dahulu ayah Fanny tidak memberikan nya pada Madame Jasmine, ia tidak akan berakhir menjadi seorang wanita penghibur. Lebih tepat nya, calon wanita penghibur. Ayah nya terpaksa menjual nya karena terlilit utang dan Madame Jasmine akan melunasi utang-utang itu asalkan ayah nya menyerahkan Fanny pada nya.
Fanny pun tidak akan pernah mau mengikuti Madame Jasmine seandainya ia tahu wanita itu seorang mucikari kelas kakap. Sebelum Fanny mengetahui fakta itu, ia menganggap Madame Jasmine sebagai pahlawan, karena sejujur nya, Fanny tidak suka tinggal bersama ayah nya yang suka berjudi. Bahkan, hingga hari ini pun Fanny masih bersyukur karena ia tidak lagi berada di bawah pengawasan ayah nya meskipun bukan berarti ia menyukai kehidupan baru nya ini.
Madame Jasmine benar-benar mendidik murid-murid nya menjadi wanita penghibur berkualitas tinggi. Wanita itu tidak hanya mengajari mereka cara melayani klien, tetapi juga membekali mereka dengan berbagai keterampilan lain seperti memasak, memijat, berbisnis, bahkan keahlian dalam bidang seni.
Masih banyak keterampilan lain yang dipelajari karena sebagian besar klien yang datang menuntut wanita dengan keterampilan beragam. Mereka tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki banyak keunggulan. Karena itulah Madame Jasmine memasang harga selangit untuk menyewa jasa murid nya. Tak heran jika mayoritas klien nya adalah konglomerat kelas kakap Manchester.
Fanny hanyalah satu dari beberapa gadis yang sengaja disiapkan untuk klien penting. Fanny merasa sangat kotor bahkan sebelum ia melayani siapa pun. Namun, siap tidak siap, ia harus siap. Inilah tuntutan hidup yang harus ia jalani karena memiliki ayah seorang penjudi, pemabuk, dan suka berutang. Jika saja keadaan nya berbeda, Fanny akan menjalani kehidupan normal.
Betapa pun menggoda nya hidup dalam situasi normal, Fanny sadar ia tidak akan bisa mendapatkan nya. Hidup nya telah diatur sejak ia menerima uluran tangan Madame Jasmine. Selain itu, Fanny tidak kuliah. Namun, Madame Jasmine memberi nya bekal pendidikan yang tinggi sehingga Fanny tak harus pergi ke sekolah untuk mengikuti kuliah. Madame Jasmine telah mempekerjakan guru untuk mengajari murid-murid nya.
"Hei Fanny Blair, ayo! Sudah saatnya kita pergi."
Napas Fanny tertahan di tenggorokan. Demi apa pun la lebih memilih diam di kamar nya daripada ikut bersama senior nya ke bar untuk menemui klien yang hari ini telah menyewa jasa mereka. Meskipun para klien ini hanya meminta untuk ditemani, siapa yang bisa menebak pikiran pria? Terutama ketika mereka dikelilingi gadis-gadis cantik dan seksi. Fanny khawatir sekali ia akan dijamah, sementara sebagai wanita penghibur ia tidak berhak menolak.
"Apa aku harus ikut? Kukira Madame Jasmine menyiapkan ku untuk pelanggan khusus," jawab Fanny pelan, tetapi tetap mengikuti senior nya.
"Kau tenang saja. Aku akan menjagamu. Madame Jasmine ingin kau ikut agar kau tahu cara melayani klien mu nanti. Di sana kau tidak perlu melakukan apa pun, hanya diam dan melihat?" Barbara menyeret nya pergi. Sebelum ke bar, rombongan yang terdiri dari empat orang itu pergi ke salon lebih dahulu.
***
Fanny merasa ingin muntah. Sungguh, ia muak melihat teman-teman nya di gandeng dan di jamah oleh pria-pria itu dengan sukarela. Namun, Fanny tetap mengunci bibir nya dan berusaha menahan semua umpatan dan sumpah serapah yang ingin ia lontarkan pada para laki-laki hidung belang itu.
Bagaimana pun, ia serta teman-teman nya adalah wanita penghibur dan para pria itu tetap klien yang harus di layani dan di puaskan. Namun, sungguh, baru beberapa menit ia duduk di sana, di sudut sofa nyaman yang berada di ruangan privat sebuah bar elit sambil memandangi teman-teman nya yang sedang melayani klien mereka, Fanny sudah tidak sanggup. la ingin sekali kabur. la pasti sudah melakukan nya jika ia tidak teringat ancaman serius Madame Jasmine.
Wanita itu akan menghukum murid-murid nya yang berani melawan dengan menyuruh nya melayani beberapa klien dalam satu hari dan Fanny tidak sudi melakukan nya. Karena itu, Fanny tidak akan kabur karena kabur di saat seorang wanita penghibur bertugas sama saja dengan pemberontakan.
Tapi, hingga detik ini, Fanny belum pernah melihat Madame Jasmine menghukum murid nya. Bisa jadi, hukuman itu hanya rumor yang diciptakan untuk menakut-nakuti mereka, para wanita penghibur pemula. Ketika Fanny pikir ulang, wajar saja jika pemberontakan itu tidak pernah terjadi.
Tidak ada murid Madame Jasmine yang hidup melarat. Dengan kata lain, secara materi semua kebutuhan fisik tercukupi bahkan beberapa wanita penghibur senior sanggup hidup mewah dan glamor berkat sokongan dana yang melimpah dari klien yang mereka layani. Sehingga, wajar jika para wanita penghibur yang beruntung, lebih memilih hidup sebagai wanita penghibur dari pada bekerja dengan cara normal. Semua berkat Madame Jasmine yang hanya menerima klien dari golongan atas.
Namun, bagi Fanny, jika ia bisa memilih, lebih baik hidup dengan cara normal. Sebab, bagi nya kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan harta sebanyak apa pun. Hidup sebagai wanita penghibur jelas tidak membuat nya bahagia.
Fanny menyadari nya. Sejak tadi, salah satu dari para pria itu menatap nya dengan cara tidak sopan. Sorot mata nya menyiratkan sesuatu yang sangat tidak pantas. Fanny berhasrat untuk menusuk kan jari nya ke bola mata itu, tetapi yang bisa ia lakukan hanya tersenyum. Pria itu menyeringai, senyuman nya membuat Fanny merinding. Seperti nya, dia menyiratkan respons Fanny sebagai ajakan untuk melakukan sesuatu.
Tidak! Aku harus menyelamatkan diri. Meskipun Barbara sudah berjanji akan melindungi nya, tetap saja tidak menjamin ia akan selamat sepenuh nya dari jamahan pria yang lapar. Aku harus pergi.
Fanny bangkit cukup cepat. Sebelum laki-laki itu menyadari tindakan nya, ia sudah bergegas dari ruangan itu. Namun sebelum nya, ia berbisik pada Barbara, yang sedang asyik berciuman, bahwa ia akan ke toilet sebentar.
Setiba nya di toilet, Fanny mendesah lega. Untung saja ia masih sempat menyelamatkan diri. la tidak mungkin salah mengartikan ekspresi pria tadi. Jelas sekali pria tadi berharap Fanny memberi nya pelayanan juga. Mungkin sekadar ciuman, tetapi, Fanny tetap tidak mau melakukan nya dengan sembarangan pria. Namun, jika menolak, ia akan di marahi Madame Jasmine dan wanita itu sangat tidak menyenangkan saat marah. Ah, ia sungguh membenci diri nya sendiri karena tidak bisa membebaskan diri dari nasib yang merantai hak nya sebagai manusia.
Fanny menatap penampilan nya sekali lagi sebelum pergi. Gaun malam selutut yang begitu ketat serta glamor, tata rias seksi, dan rambut yang ditata agar tampak sensual. Meskipun tampak seperti putri konglomerat yang datang ke klub malam untuk berpesta, tetapi Fanny merasa bagaikan wanita kotor.
"Ayolah, kita lakukan di sini. Aku jamin tidak akan ada yang melihat."
"Tapi Tuan, kau sudah berjanji akan membawaku ke hotel terdekat. Kita tidak akan melakukan nya di sini."
Langkah Fanny terhenti saat mendengar suara Camilla Johnson, salah satu teman nya. Saat itu, ia hendak menaiki tangga menuju ruangan privat di lantai dua. Fanny memutar kepala ke arah datang nya suara. Tepat di bawah tangga, di sudut yang agak tersembunyi dari pandangan, tampak Camilla dan klien nya sedang terlibat pembicaraan serius.
Lelaki itu menghimpit tubuh mungil nan seksi Camilla di dinding, sambil berusaha menaik kan ujung gaun nya, sementara Camilla tampak enggan, tetapi tidak sanggup menolak. Gadis itu membiarkan diri nya di ci***i dan di ra**a di semua tempat. Fanny mungkin akan membiarkan nya, karena itu memang sudah tugas Camilla untuk menyenangkan klien nya. Namun, kaki Fanny tidak sanggup melangkah pergi begitu ia menyadari pria itu menyakiti Camilla.
Dasar laki-laki tidak berperasaan! Perilaku pria itu lebih tercela dari binatang paling hina! Kemarahan Fanny langsung naik ke ubun-ubun. Camilla memang tidak bisa menolak karena laki-laki itu sudah membayar nya, tetapi bisakah pria itu memperlakukan Camilla dengan lebih lembut dan romantis?
Tanpa pikir panjang, Fanny langsung menarik laki-laki itu.
Pria itu mengumpat karena Fanny mengganggu kegiatan nya.
"Kau tidak bisa memperlakukan teman ku seperti binatang, Tuan. Kami memang berkewajiban menyenangkan kalian, tapi bukan berarti kami harus dikasari seperti cara mu memperlakukan Camilla!"
Camilla yang masih mencoba memulih kan diri terkejut mendengar Fanny mengatakan nya. Tatapan nya beralih pada wajah klien nya. Ia memang lega karena sudah di selamatkan, tetapi ia tidak senang. Sebab, hidup nya tergantung pada kepuasan klien nya.
Dan, klien nya kini marah besar. Karena Fanny Blair
"Lalu, bagaimana aku harus memperlakukan wanita seperti kalian? Wanita ini, memang sudah sepantas nya melayani ku dengan cara apa pun yang ku sukai!"
"Apa? Kau benar-benar tak berperasaan. Teman ku bukan boneka! Dia tetap seorang wanita yang berharap diperlakukan dengan hormat."
"Hormat? Masih pantaskah kalian mendapatkan kehormatan?" Fanny tertohok di tenggorokan. Ia terlalu terkejut untuk membalas kata-kata pria itu. Fanny mengerjap pedih. Memang benar, wanita bayaran tidak pantas mendapatkan penghormatan, tetapi bukankah mereka tetap manusia?
Pria itu mencibir puas melihat Fanny pucat pasi. "Aku tidak peduli dengan kehormatan kalian. Sekarang, sebaik nya kau pergi dari sini!" Fanny hendak menghalangi jalan pria itu saat menarik Camilla pergi. Kesal, pria itu mendorong Fanny dengan amat kasar.
Fanny terhuyung dan tubuh nya jatuh menubruk tembok. "Bukan begitu caranya memperlakukan wanita." Sebuah suara terdengar tepat di belakang Fanny. Sejenak. Fanny kebingungan, bagaimana mungkin tembok bisa mengeluarkan suara? Sedetik kemudian, Fanny sadar ia bukan menubruk tembok, melainkan dada bidang dan kokoh seorang pria.
Bersambung ....
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments