Part 13

"Tunggu! Apa... apa kau bilang?!"

"Kau sudah mendengar nya. Aku tidak perlu mengulangi nya," balas Cam acuh tak acuh.

Austin tak berkedip menatap Cam. la masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Cam katakan. Jadi, tempat yang akan mereka datangi adalah sebuah rumah bordil? la memang pernah menyinggung nya beberapa kali, tetapi tidak menyangka Cam berminat mendatangi tempat semacam itu.

Mereka sekarang sedang duduk berhadapan di ruang kantor Cam, membahas beberapa hal sebelum pergi ke tempat yang sudah di janjikan.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin ke sana?" Austin bertanya dengan rasa penasaran yang membuncah.

"Aku tidak mau terus hidup sendiri, tapi aku juga belum siap menjalin hubungan serius dengan wanita. Lalu, aku teringat pada saran mu untuk mencari kekasih bayaran. Ku pikir, kau tahu di mana aku bisa menemukan nya."

"Tapi, aku tidak menyarankan mu mencari nya di rumah bordil. Kau sendiri yang berkata tidak mau memiliki kekasih seorang wanita malam."

"Aku berubah pikiran." Cam berkata dengan raut datar. "Kau melakukan ini karena tekanan dari aunty mu, bukan?"

"Tidak! Seandai nya Bibi Bell tidak terus mencoba menjodohkan ku pun, aku akan tetap melakukan nya. Aku tidak mau terus sendiri." Cam berpaling.

Austin tak mempertanyakan apa-apa lagi. la mengerti. Sejak kematian Fiona, ia tidak pernah melihat Cam tersenyum bahagia. Cam seakan di telan kegelapan. Tidak ada lagi hari cerah untuk nya. Kini, ketika Cam ingin kembali meraih kebahagiaan, mana mungkin Austin tega mencegah.

"Apa kau yakin ingin mendapat kan kekasih bayaran dari rumah bordil? Sebenar nya, aku memiliki banyak teman wanita yang senang hati membantu mu?" kata Austin seraya memberikan saran pada Cam.

"Aku tidak mau mengambil risiko suatu hari teman mu itu menuntut ku untuk menikahi nya. Sementara itu, aku tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa bila bersama kekasih yang bersedia dibayar, karena memang itu pekerjaan nya. Cam tidak mengatakan alasan sebenar nya. Ia tidak mau Austin tahu bahwa ia ingin tahu bagaimana rasa nya memiliki kekasih bayaran. Fanny Blair membuat Cam menyadari rasa kesepian nya.

***

"Ini rumah bordil yang kau maksud?"

Cam tidak percaya ketika menatap sebuah bangunan yang terlihat seperti gedung perkantoran biasa. la pikir, mereka telah salah alamat. Namun, rupanya tidak. Austin meyakinkan nya bahwa ini tempat yang benar.

"Dari luar memang terlihat seperti kantor jasa konsultasi. Tapi, sebenar nya ada bisnis emas tersembunyi di dalam nya." Mata Austin seakan mengeluar kan kerlip-kerlip bintang. Apa yang membuat nya begitu senang?

"Dari mana kau mengetahui tempat ini?" tanya Cam penasaran.

"Dari salah satu rekan bisnis ku. Dia menyarankan tempat ini ketika aku iseng menanyakan hal yang sama seperti mu. Pemilik nya bernama Madame Jasmine. Dari yang ku lihat, dia wanita cantik yang terlihat sopan dan bersahaja. Aku tidak akan menyangka dia memiliki bisnis semacam ini seandai nya bertemu dengan nya di tempat lain." Menyadari hal itu tidak menghibur Cam, Austin menambahkan. "Dia wanita yang baik, kau akan menyukai nya saat bertemu dengan nya. Dan, yang paling penting, semua anak didik nya cantik dan berkualitas. Aku yakin kau akan kesulitan memilih."

Austin berbicara dengan seorang resepsionis yang berjaga di depan lobi. Mereka langsung di persilakan masuk ke sebuah ruangan tak jauh dari sana. Ruangan itu nyaman dan berkelas, seakan semua tamu yang pernah berada di ruangan itu berasal dari kalangan elit, Austin duduk dengan santai di salah satu sofa, sementara Cam merasa sedikit gusar. la bertanya pada diri sendiri apakah keputusan nya sudah tepat. Austin tampak nya menyadari keresahan nya.

"Banyak orang penting di negeri ini yang menggunakan jasa murid Madame Jasmine. Wanita itu memang hanya menerima pelanggan dari kalangan atas. Kau tidak perlu khawatir. Madame Jasmine menjamin kerahasiaan setiap pelanggan. Akan timbul skandal yang besar jika bisnis ini sampai terbongkar oleh media."

Kendati pun Austin sudah meyakinkan, Cam tetap gundah. la sudah ada di sini, lalu mengapa ia merasa ingin angkat kaki secepat nya? Mungkin masih belum terlambat. Keputusan nya mencari kekasih bayaran akan ia pikirkan ulang. Ia melupakan segunung masalah yang timbul apabila ia tetap meneruskan niat nya.

Cam baru berniat bangkit dari sofa untuk pergi ketika seorang wanita cantik dan asisten nya masuk. Austin berdiri. Cam mengikuti nya. Tampak nya, wanita itu yang Austin sebut Madame Jasmine.

"Tuan Carter, sudah lama tidak bertemu. Tak kusangka Anda akan berkunjung kembali kemari," sapa wanita itu di hiasi senyum ramah.

"Madame, bagaimana kabar mu? Kau semakin cantik dari terakhir kali ku lihat." Austin menjabat tangan nya. Cam hanya menunduk kan kepala.

"Anda tidak berubah, tetap pandai melontarkan pujian." Wanita itu mempersilakan mereka duduk. "Urusan apa yang membawa Anda kemari?"

"Begitulah, kali ini teman ku yang membutuhkan jasa murid mu." Austin kemudian memperkenal kan Cam pada Madame Jasmine. Austin pun berbicara mewakili Cam menjelaskan tujuan kedatangan mereka. Wanita itu memandangnya seraya mengamati, begitu pula yang dilakukan Cam.

Madame Jasmine terlihat seperti wanita berusia 30 tahun, tetapi Cam yakin usianya lebih tua. Selain itu, ia berparas cantik, bersahaja, dan sopan. Austin benar, dia tidak terlihat seperti orang yang menjalan kan bisnis semacam ini.

"Jadi, Tuan Harrison, wanita seperti apa yang kau ingin kan?" Pertanyaan itu menyentak Cam. Sementara, Austin tersenyum.

Jika di tanya wanita seperti apa yang ia inginkan, Cam akan menjawab seperti Fiona. Namun, tidak ada wanita seperti Fiona lagi di dunia ini. Karena itu, Cam hanya menjawab sekena nya. "Aku hanya membutuhkan wanita yang bisa memahami ku. Selebih nya aku tidak peduli."

"Hei, sebutkan dengan lebih spesifik. Jika hanya itu akan menyulitkan Madame Jasmine saat memilihkan wanita yang cocok untuk mu," tegur Austin.

"Jangan khawatir soal itu. Aku memiliki data semua murid ku yang bisa di lihat, berikut foto nya, sehingga Tuan Harrison bisa memilih sendiri wanita yang sesuai." Madame Jasmine menoleh pada asisten nya. Gadis muda itu langsung memberikan sebuah iPad pada Cam yang menampilkan data murid-murid.

Austin duduk merapat ke Cam untuk memberikan pendapat. Cam mengecek satu persatu. Setiap profil yang di tampilkan hanya di amati nya sekilas, lalu berpindah. Sejauh ini, tidak ada yang menarik minat nya. Semua foto dalam daftar memiliki paras cantik, tetapi tidak ada yang membuat hati nya tergerak. Paling tidak, walau pun hanya wanita simpanan, ia harus memiliki rasa.

"Kenapa? Tidak ada yang sesuai untuk mu?" tanya Austin begitu melihat Cam menghela napas. lalu mengembalikan iPad itu pada Madame Jasmine.

"Tidak," ungkap Cam tegas dan datar. Seperti nya, ia memang harus memikir kan ulang keputusan nya memiliki wanita simpanan.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!