Part 1

Mentari bersinar cerah pagi itu, tetapi kehangatan nya tak membuat pria berusia 30 tahun itu gembira. Alih-alih bersemangat seperti kebanyakan warga Manchester lain nya kala memulai aktivitas, Cam justru mendesah berat.

Cam lelah karena hidup nya begitu membosankan, hampa dan tak berwarna. Rutinitas keseharian nya selalu sama. Bekerja rumah, bekerja, rumah.

Hari itu pun sama seperti hari-hari sebelum nya. Bangun tidur Cam memakan sarapan yang disediakan Bibi Brown, lalu pergi bekerja. Tidak ada rutinitas yang berbeda, terutama sejak istri nya meninggal. Pekerjaan nya sudah menjadi kekasih yang ia cintai dan kantor merupakan tempat kencan favorit nya.

"Proposal proyek Nagano sudah saya letakkan di atas meja Anda."

"Terima kasih, Ed." Selepas menerima laporan dari asistenny, Cam kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil yang sedang dinaikinya. Sopirnya tak mengatakan apa pun meskipun pria itu menyadari suasana hati majikan nya sedang tidak baik.

Cam lagi-lagi membuang napas. Setelah dipikirkan, selain hidup seorang diri ternyata ia memang tak memiliki banyak teman. Selain asistennya Edward Johnson, Cam tak mempunyai teman mengobrol lain di dalam maupun di luar perusahaan, ia tak berkawan dengan bawahannya, hanya menganggap mereka sebagai rekan kerja. Lagi pula mereka terlalu segan untuk menyapanya. Bahkan, beberapa koleganya hanya berbicara seputar bisnis. Bukan karena mereka tidak mau, melainkan Cam yang terlalu menutup diri.

Sehari-hari, Cam bekerja seperti robot, tanpa senyum, tanpa ekspresi. Cam memperlakukan setiap orang begitu dingin. Kendatipun sikapnya menyerupai udara beku di Antartika, Cam tetaplah sosok yang digilai sebagian besar kaum hawa. Ketampanan dan sikap misterius nya menjadi daya tarik sendiri, membuat para wanita histeris sekaligus penasaran sehingga orang orang menjuluki nya dengan sebutan Poker Prince. Jangan lupakan betapa banyak nya pundi-pundi uang yang dihasilkan nya setiap hari.

Cam tak pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita mana pun sejak kehilangan istri nya. la masih tidak bisa mengenyahkan mendiang Fiona dari hati nya. Banyak wanita cantik yang mendekati nya. Bahkan, bibinya pun, Jovanka Bell, terus berusaha menjodohkan nya dengan berbagai macam wanita. Sayang nya, tak seorang pun dari mereka yang menarik perhatian Cam.

Seperti pagi ini, Bibi Jovanka lagi-lagi mengatur kencan buta untuk nya. Bibi nya itu menelepon ketika Cam baru saja duduk di kursi di ruang kerja nya. Karena Cam tak lagi memiliki orang tua, Paman dan Bibi Jovanka lah yang bertanggung jawab atas diri nya. Bibi Jovanka adalah adik ibu nya. Karena tak bisa mengelak, Cam dengan berat hati mendengarkan setiap kata yang diucapkan bibi nya.

"Kali ini aunty jamin, kau akan menyukai nya. Namanya Catherina Davis, usianya 25 tahun. Dia gadis yang cantik dan berasal dari keluarga baik-baik. Dia seorang desainer muda yang sukses. Aunty sudah mengatur pertemuan untuk kalian. Hari Minggu nanti di Lampion Resto. Jangan terlambat."

Jovanka Bell langsung memutuskan sambungan sebelum Cam menjawab setuju atau tidak, karena bibi nya tahu Cam pasti akan menolak jika diberi kesempatan menjawab sedetik saja.

Untuk kesekian kali nya di hari itu, Cam menghela napas berat.

Jika Cam mencoba menjelaskan pada Jovanka Bell bahwa ia tidak bisa mengikuti acara kencan buta lagi, wanita itu pasti akan langsung merecoki nya dengan ceramah panjang seputar Cam yang antisosial dan betapa Bibi Jovanka mengkhawatirkan Cam yang hidup sendirian. Oleh karena itu, ia berusaha memberikan Cam seseorang untuk dicintai. Telinga Cam akan panas mendengar nya sehingga ia lebih memilih menerima saja kemauan bibi nya.

Bibi Jovanka tidak akan mengerti bahwa Cam belum bisa melupakan Fiona dan rasa bersalah nya karena sudah membuat orang orang yang ia sayangi meninggal. Jika Cam mempermalukan diri dengan mengakui nya, wanita itu pasti akan mengomentari sikap nya yang terkesan kaku, dingin, dan tidak pernah tersenyum. Dan, bibi nya bersikeras bahwa semua itulah yang membuat Cam merasa tidak bahagia. Cam membutuhkan seseorang yang bisa menggantikan posisi Fiona. Bibi nya sengaja mengatur perjodohan itu karena takut Cam akan sendirian seumur hidup nya.

Bagaimana Cam menjelaskan bahwa ia tidak ingin berkomitmen lagi karena tidak mau orang yang ia sayangi meninggalkan nya? la bahkan tidak mau memberikan hati nya pada wanita mana pun lagi.

Seperti nya memang tidak ada pilihan. Lebih baik ia menuruti apa yang diinginkan bibi nya. Lagi pula Bibi Jovanka melakukan itu karena menyayangi nya.

Bersambung ....

EDWARD JOHNSON 😍

Nanti aku akan up satu-satu visualnya.

Terpopuler

Comments

Lia Anggraini

Lia Anggraini

bagus bgt kok ini novelnya ❤👍

2023-02-04

0

Latipa Ipa

Latipa Ipa

lanjut thoor....

2022-11-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!