Part 14

Madame Jasmine tampak terkejut. Mungkin, ini pertama kali nya ada pelanggan yang tidak puas. "Apa Tuan ingin di bantu di pilihkan?" Cam tidak membalas. Dalam pikiran nya ia hanya ingin pulang.

"Ah, atau Tuan menginginkan seorang debutan?"

"Debutan?" Cam mengangkat alis heran.

"Maksud nya, seorang gadis perawan," bisik Austin. Cam menunjuk kan ekspresi tertarik. Melihat nya, Madame Jasmine berubah antusias.

"Kami memiliki beberapa murid debutan. Anda bisa melihat dan memilih nya sendiri. Tapi, tentu ada harga khusus untuk penawaran spesial ini."

Cam kembali di sodorkan daftar murid wanita yang terlihat lebih muda dan polos, la tidak berminat dengan anak remaja yang baru beranjak dewasa, tetapi jika ada yang membuat nya tertarik, ia akan memilih nya. Lagi pula ia tidak suka barang bekas. Sebisa mungkin ia membeli barang baru.

"Wah, usia mereka antara dua puluh hingga dua puluh tiga. Mereka terlalu muda untuk mu," kata Austin.

Cam tidak terlalu mempermasalahkan nya. Kurang lebih mereka seusia Ivy. la masih bisa menangani nya. Gerakan tangan Cam mendadak terhenti. Cam terkejut ketika menemukan foto Fanny Blair berada di antara deretan foto debutan yang ditawarkan Madame Jasmine. Bagaimana....

Tunggu! Cam mengerjap. Jadi, apa yang di katakan gadis itu benar! Fanny Blair benar-benar seorang Com*fort Wo*men. Tapi, melihat foto nya berada dalam daftar ini mengartikan ia belum melakukan apa-apa. Meski pun Fanny mengaku sebagai seorang Com*fort Wo*men, ia masih suci dan polos, tepat seperti dugaan nya!

"Ho, seperti nya kau tertarik pada nya," cetus Austin senang melihat Cam begitu terpaku menatap foto Fanny. Dugaan Austin tepat sasaran. Cam memang tertarik.

"Aku ingin dia." Tanpa di sadari, keputusan itu terucap. la yakin dengan pilihan nya.

Madame Jasmine melirik pilihan Cam. Senyum di wajah nya memudar. la memandang Cam penuh sesal. "Sayang sekali, Tuan, gadis ini sudah di sewa orang lain lebih dahulu."

"Apa?!" Cam terkejut. Di sewa orang lebih dahulu! Siapa orang itu! Berani nya mendahului Cam Harrison! Cam merasa begitu marah pada orang yang bahkan tidak di kenal nya karena telah mendapatkan Fanny lebih dulu.

"Aku tidak peduli. Aku tetap ingin dia." Sikap Cam begitu tenang, tetapi ekspresi nya menunjukkan tekad. Bahkan, Madame Jasmine bisa merasakan bahaya mengancam apa bila ia tidak mengabulkan keinginan Cam. Sayang nya, ia tidak bisa memenuhi permintaan Cam begitu saja. Fanny Blair sudah terikat kontrak dengan orang lain. Orang itu pasti akan menuntut nya jika Fanny di berikan pada Cam dan membatalkan kontrak.

"Tuan Harrison, Fanny sudah terikat kontrak dengan penyewa lain. Dengan sangat menyesal aku tidak bisa menyetujui keinginan Anda," jelas Madame Jasmine. "Akan timbul masalah jika Anda tetap bersikukuh."

"Aku akan membayar dua kali lipat dari jumlah yang dibayar orang itu pada mu. Karena itu, alihkan kontrak sewa Fanny Blair pada ku."

"Hoi!" sela Austin mengerjap.

Madame Jasmine terperangah. "Tapi, uang yang di bayarkan sangat besar."

"Uang tidak jadi masalah asalkan kau menyetujui permintaan ku," jawab Cam kukuh.

Austin takjub melihat Cam bersikukuh menginginkan gadis ini. Fanny Blair tidak secantik Fiona, jika di lihat dari foto nya. Spesifikasi nya pun biasa-biasa saja di bandingkan debutan lain: Lalu apa yang menarik dari gadis itu?

Saat ini, Madame Jasmine di hadapkan pada dua di lema, antara memutus kontrak dan menyetujui keinginan Cam atau menghadapi kemarahan klien nya yang lain. Hal ini tidak pernah terjadi sebelum nya sehingga ia bingung dengan keputusan yang harus di ambil nya. Cam tampak nya bukan pelanggan yang bisa di abaikan. Cam terlihat seperti orang yang akan menggilas lawan nya yang berani menentang, la yakin bahaya yang lebih besar akan muncul jika ia menolak kemauan Cam. Pria itu begitu penuh ancaman.

Namun, apabila ia setuju, pelanggan yang sudah menyewa Fanny lebih dulu pasti akan marah. Dia sudah menandai Fanny sejak lama dan sudah banyak mengeluarkan uang. Madame Jasmine resah. Fanny Blair, mengapa dia begitu beruntung sampai di perebutkan dua pria kaya?

Selagi Madame Jasmine merenung, Austin berkata kepada Cam. "Seperti nya kau sangat menyukai pilihan mu sampai rela mengeluar kan begitu banyak uang demi mendapatkan nya." la tahu Cam bukan tipikal pria yang akan menghambur kan uang untuk seorang wanita simpanan.

"Saat aku sudah memutuskan, aku tidak suka di halangi. Aku harus mendapatkan nya apa pun yang terjadi," balas Cam dingin. "Ah, baiklah." Austin mengalah. la tahu Cam adalah orang yang sangat kompetitif. Kata kalah tidak ada dalam kamus nya. Cam tahu apa yang terbaik untuk nya dan sebisa mungkin akan mendapatkan nya. Mungkin karena itulah Cam mampu meraih kesuksesan besar di usia nya yang masih muda.

Cam sebal karena Madame Jasmine membutuhkan waktu lama untuk memutuskan. la nyaris menggebrak meja agar wanita itu segera menentukan pilihan. Namun, sejak kapan la menjadi tidak sabaran seperti ini? Dan, mengapa ia marah? Emosi nya mencuat sejak mendengar Fanny telah dimiliki orang lain. Sekali lagi, mengapa? Fanny bukan siapa-siapa bagi nya.

Mengapa Cam memiliki perasaan posesif terhadap sesuatu yang belum menjadi milik nya? "Kenapa? Kau ingin aku menambah tawaran ku? Baiklah, aku akan memberi mu tiga kali lipat jika kau menyetujui keinginan ku," kata Cam tiba-tiba.

Austin tersedak mendengar nya dan Madame Jasmine mulai goyah. Tiga kali lipat? Wah, ia bisa untung banyak jika menyetujui nya. Namun, sekali lagi, membatalkan kontrak kerja yang sudah di setujui sebelum nya merupakan hal yang pertama kali ia lakukan. Bagaimana ini? Jika ia menolak, ia akan melewat kan kesempatan emas; mendapat kan jackpot yang di tawarkan Cam.

"Baiklah." Madame Jasmine memberikan keputusan sebelum Cam benar-benar menggebrak meja karena kekesalan nya sudah mencapai batas.

Ekspresi Cam kembali tenang. "Kau setuju mengalihkan nya pada ku?"

Masih tersisa keraguan di wajah Madame Jasmine. "Baik, aku akan bicara pada pelanggan sebelum nya." la yakin sudah melakukan hal yang benar.

"Bagus." Cam menghela napas. Astaga, apakah ia sekarang merasa lega? Sungguh reaksi yang aneh.

Mereka kemudian mendiskusikan kontrak serta segala peraturan yang berkaitan dengan masa kerja Fanny saat bersama Cam. Cam dengan tenang berkata, "Fanny Blair akan tinggal di rumah ku."

Pernyataan itu membuat mata Austin nyaris keluar. "Apa yang akan kau katakan kepada aunty mu jika dia mengetahui hal ini?"

"Seperti yang sudah ku katakan sebelum nya, dia adalah kekasih ku."

"Aku yakin aunty mu tidak akan setuju."

"Biar ku urus masalah ini. Kau cukup tutup mulut jika aunty ku bertanya."

Cam sangat serius. Austin hanya bisa menuruti nya. Ini keputusan yang di ambil Cam untuk kebahagiaan nya. Pasti sudah di pikirkan masak-masak dan merupakan keputusan terbaik. la berharap ini akan berakhir bahagia.

Setelah semua kesepakatan di setujui, Madame Jasmine menoleh pada asisten nya. "Panggil Fanny kemari. Beritahukan bahwa ia akan bertugas mulai hari ini." Begitu asisten nya pergi, la kembali menatap dua pria yang duduk di hadapan nya.

"Senang bekerja sama dengan Anda. Kuharap dia bisa menyenangkan mu."

Cam menatap foto Fanny di layar iPad. "Kita lihat saja nanti."

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!