Part 12

Lagi-lagi Tuan Scott tidak datang. Fanny sudah lelah merasa kecewa sehingga ia hanya diam menatap kursi di sebelah nya yang kosong. Pertunjukkan teater yang terpaksa di hadiri nya telah berakhir. Tiket itu di kirimkan Tuan Scott kemarin. la kira Tuan Scott akan datang kali ini. Namun, ternyata harapan nya tak terwujud. Rasa penasaran nya terhadap sosok misterius itu semakin berkurang.

Sekarang, siapa pun jati diri Tuan Scott sudah tidak penting lagi. Fanny hanya takut saat pertemuan itu tiba, ia tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik. Namun, ada satu hal yang sangat Ingin Fanny tanyakan jika kelak mereka bertemu. Fanny ingin tahu alasan di balik tindakan nya mengirim banyak hadiah.

Suasana hati Fanny sudah buruk sejak ia mengakui pekerjaan nya pada Cam. Dan, sekarang ketidakhadiran Tuan Scott semakin memperburuk lagi.

"Seperti nya kau tidak terlalu suka dengan pertunjukkan nya." Suara lembut wanita membuat Fanny menoleh. la langsung bertatap muka dengan seorang wanita paruh baya yang duduk di sisi kanan nya. Senyum ramah nya yang hangat membuat Fanny salah tingkah.

"Ah, tidak, bukan. Pertunjukan tadi itu sungguh menarik. Hanya saja ini kali pertama ku menonton teater sehingga belum begitu terbiasa."

"Benarkah? Aku rasa kau kecewa karena kekasih mu tidak datang. Kau terus memandangi kursi kosong di sebelah dengan sedih. Apa dia yang mengajak mu?" Pipi Fanny langsung panas. "Bu-bukan kekasih.... Dia...." Bagaimana Fanny menjelaskan nya. Ia tidak mungkin berterus terang. Wanita ramah itu pasti terkejut. Dilihat dari penampilan nya, wanita itu berasal dari kalangan berada.

"Tak perlu malu." Wanita itu terkekeh. "Kau mengingatkan ku pada seseorang. Dia tidak suka menonton teater. Tapi, karena aku menyukai nya, dia memaksakan diri untuk ikut. Akhir nya, sepanjang pertunjuk kan dia tertidur."

Fanny agak terkesima, karena ini pertama kali nya ia diajak mengobrol seakrab ini padahal mereka tidak saling mengenal. Hati nya menjadi hangat. Nyonya ini membuat nya lupa akan siapa ia sebenar nya.

"Sungguh manis. Dia pasti sangat mencintai Anda. Dan," Fanny sangat iri. Kapan ia bisa bercerita pada siapa pun tanpa beban? Selama ini, Fanny selalu takut berbicara dengan orang lain di luar sesama anak didik Madame Jasmine. Fanny takut melihat pandangan merendahkan orang-orang saat tahu jati diri nya. Fanny tidak mau di benci dan di kucilkan. Oleh sebab itu, ia selalu menutup diri terhadap orang-orang luar. Fanny bertanya-tanya apakah Nyonya ini masih mau bicara dengan nya seramah ini jika tahu pekerjaan nya? la tidak berani membayangkan.

"Terima kasih. Dia suami ku, dan dia memang sangat mencintai ku." Kini, Fanny benar-benar iri. Mencintai dan dicintai, apakah ia juga akan merasakan nya? "Maaf karena terlalu banyak bicara. Mungkin karena aku agak kesepian."

Fanny tersenyum. "Tidak masalah. Aku senang bicara dengan Anda."

"Oh ya, nama ku Audie Rodriguez." Wanita itu mengulurkan kartu nama. Fanny mengambil nya. "Salam kenal. Mungkin kita bisa mengobrol lagi kelak."

Kali ini, Fanny dengan senang hati memperkenalkan diri. "Nama ku Fanny Blair. Senang bisa bertemu dan mengobrol dengan Anda." la berharap dapat bertemu kembali. Fanny merasakan ika*tan yang tidak biasa dengan wanita ini.

Mereka keluar gedung teater bersama-sama. Fanny sedih ketika harus berpisah dan wanita itu naik mobil jemputan nya.

"Jika kau memiliki waktu luang, mampir lah ke rumah. Aku memiliki seorang putra. Aku akan sangat senang memperkenalkan mu pada nya," ucap wanita itu sekali lagi sebelum pergi.

Fanny tidak tahu bagaimana menanggapi nya. Ia hanya tersenyum dan tidak menjanjikan apa pun. la jelas tidak aka*n datang, tepat nya tidak bisa. Fanny mendesah berat. Entah ini baik atau bukan, di saat ia hidup di dalam dunia yang kotor, la malah di pertemukan dengan orang-orang baik.