Hembusan angin pesisir tetap terasa menyegarkan meski hari sudah beranjak sore. Lembayung jingga samar-samar sudah mulai menghiasi langit Kopenhagen, pertanda hari tak lama lagi akan berganti menjadi malam.
Aku dan Louis, serta beberapa rekan kerja Louis sudah berada di tempat penyimpanan bangkai mobil korban kecelakaan yang sebelumnya sudah sempat aku datangi tadi siang.
Kantor polisi sudah lebih lengang karena sebagian besar dari mereka sudah selesai bertugas dan pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya ada beberapa petugas yang masih tetap berada di kantor untuk menjalankan tugas piket.
"Apa kita harus benar-benar memeriksa kembali mobil ini, Tuan? kecelakaan itu sudah terjadi lebih dari sepuluh tahun yang lalu," ucap salah seorang rekan kerja Louis dengan wajah bingungnya.
"Apa aku harus mengulangi perintahku lebih dari sekali karena otakmu itu kurang tanggap?" sahut Louis ketus. "tolong bantu aku memiringkan mobil ini. aku yakin ada hal yang belum diselesaikan oleh polisi kala itu tentang kasus ini."
Semua orang disana tanpa terkecuali langsung menuruti perintah Louis, mereka bahu membahu mendorong mobil milik orang tuaku ke arah kiri untuk membuktikan kejanggalan yang dimaksud oleh Louis tadi. Aku hanya menyaksikan dalam diam, memandang pilu mobil yang sebagian besar bagiannya itu sudah hancur nyaris tak berbentuk.
Perlahan namun pasti mobil mulai miring hingga akhirnya bisa berdiri dengan mantap dalam posisi miring. Pandanganku tertuju pada kedua ban depan mobil dengan seksama dan mendapati banyak goresan cukup dalam di sana menimbulkan rasa curiga semakin dalam di benakku.
Apa iya kecelakaan itu bisa sampai membuat mobil ini rusak sangat parah? Sepertinya benar-benar ada sesuatu dibalik semua ini seperti yang dikatakan oleh Zayn.
"Kamu menemukan sesuatu?" tanya Louis padaku seraya membetulkan topinya dengan arah pandangan yang mengikuti arah pandangku.
"Belum, tapi entah mengapa aku merasa jika kita perlu mengecek remnya," imbuhku masih dengan pandangan tertuju pada bagian depan mobil.
Mendengar ucapanku, para pria itu lekas mengecek semua bagian mobil guna memastikan kebenaran dari perkataanku barusan. Angin bertiup lebih tenang namun tidak dengan debaran jantungku yang rasanya sama sekali tidak tenang.
"Kami akan mengeceknya dengan lebih teliti," Louis menyahut, memasang sarung tangannya lalu mulai melihat lebih dekat mobil itu.
"Tuan, kurasa rem mobil ini diputuskan dengan sengaja sebelum kecelakaan itu terjadi. Bagaimana mungkin jika remnya putus saat kecelakaan kedua sisi yang diputuskan bisa sangat rapi seperti hasil potongan dari gunting atau pisau?"
"Mobil ini juga terbakar waktu itu, bukan? ada kerusakan yang terlihat sangat rapi pada mesin mobil, Tuan."
Mendengar penuturan kedua rekan kerja Louis kini aku sudah bisa menarik kesimpulan mengapa Zayn selalu memintaku untuk mengusut kembali kasus ini.
Aku dan Louis saling berpandangan, tidak menyangka akan menemukan petunjuk besar yang sangat menarik ini.
"Tolong foto semua bukti kejanggalan itu. aku akan membuka kembali kasus ini sampai berhasil menangkap dalang dibalik semua kejadian itu," perintah Louis tegas.
Salah seorang rekan Louis yang sudah siap sedia dengan kameranya lalu tanpa menunda langsung mengambil gambar dari temuan kami. Rem yang putus, mesin yang sengaja dibuat rusak dengan keadaan rapi sungguh bisa menjadi bukti kuat bahwa ada unsur kesengajaan di dalam kasus kecelakaan yang menghilangkan nyawa kedua orang tuaku itu.
"Tapi siapa yang tega melakukan ini kepada orang tuaku?" tanyaku lirih, memandang Louis dengan mata berkaca-kaca.
Louis mengusap puncak kepalaku.
"aku yakin ada unsur internal dalam kasus ini. pokoknya kamu tenang saja, sebagai kakak aku akan membantumu hingga berhasil menangkap dan menjebloskan pelakunya ke penjara."
...****************...
Langit kelabu dengan hembusan angin kencang membuatku mengeratkan jalinan pakaian tebalku. Nampaknya hujan deras akan kembali turun, buru-buru aku berjalan melewati jalan setapak untuk masuk ke dalam kawasan hutan tempat aku dan Zayn tinggal.
Semalam Louis mengajakku menginap di rumahnya setelah sekian lama tidak bertemu, bahkan ia tak keberatan menyiapkan makan malam untuk kami berdua. Liam juga ikut menginap di sana, hingga kami menghabiskan banyak waktu untuk melepas rindu sebagai saudara.
"Oh, kukira kau sudah lupa jalan pulang," sindir Zayn yang tengah sibuk memberi makan para hamster dengan tangannya.
"Aku akan pulang ke goa," aku menimpali dengan enggan, entah mengapa air muka Zayn terlihat sangat masam siang ini.
"Kau boleh pulang ke sana kapan saja tapi tidak sekarang. apa kau tidak lihat hujan sudah mulai turun?" omel Zayn dengan tangannya yang kini membawaku masuk ke dalam mansion.
"Tapi kenapa wajahmu masam sekali?"
"Itu karena kau tidak pulang semalam!"
"Memangnya aku harus memberitahukan semuanya padamu juga?" balasku acuh sambil membuka mantel, menaruhnya sembarang di atas sandaran sofa.
Wajah Zayn semakin muram. "aku hanya mau tahu dimana kau tidur semalam."
"Aku tidur di rumah Louis, kakak angkatku semasa di panti asuhan dulu yang sekarang merupakan seorang inspektur. kakak angkatku yang satu lagi bernama Liam bekerja di bidang hukum," aku menjelaskan dengan ogah-ogahan.
Zayn berbalik menuju dapur. "sepertinya mereka berdua memanglah kakak yang baik."
Merasa lelah berjalan cukup jauh, aku memutuskan untuk duduk di atas sofa. "merekalah yang dulu menyelamatkan hidupku. waktu terus berjalan tetapi kebaikan mereka sama sekali tidak berubah."
"Apa kau mau minum sesuatu?" tawar Zayn yang sudah berada di ambang pintu dapur.
"Tidak, Zayn. terima kasih. sungguh, aku kakiku hanya pegal karena berjalan cukup jauh."
Zayn tetap masuk ke dalam dapur meski aku sudah bilang tidak pada tawarannya.
"Kau tidak harus minum hanya saat sedang haus," kata Zayn yang kembali ke ruang tamu dengan pitcher kaca yang terisi penuh serta dua buah gelas. Zayn lalu menaruhnya di atas meja, mengedikan dagunya sebagai isyarat bahwa aku harus minum.
"Kemarikan kakimu," kata Zayn sambil menarik kedua kakiku ke dalam pangkuannya.
Aku mendelik kaget. "apa yang kau lakukan?!"
"Tentu saja memijat kakimu," jawab Zayn santai dengan tangan yang mulai sibuk memijat kakiku.
"Kenapa kau melakukannya?"
Zayn mendengus sebal. "kenapa kau terus bertanya? diam dan nikmatilah agar syaraf dan otot kakimu menjadi lebih rileks."
"Seperti katamu, nampaknya kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuaku memang didasari oleh unsur kesengajaan," aku berujar dengan senyuman getir. "aku dibantu oleh Louis untuk memeriksa ulang mobil itu dan kami mendapati fakta bahwa rem mobil serta beberapa komponen mesin dirusak secara sengaja secara rapi."
"Dan yang pelaku inginkan adalah semua harta orang tuamu."
"Apa yang kau maksud itu adalah mereka?"
Zayn mengangguk mantap. "ya. maka dari itu kita harus segera mengumpulkan bukti kuat untuk menjerat mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments