Bab 14 : Langkah Baru

Zayn masih menatapku lekat-lekat, nampak sibuk membaca apa yang sedang ada dalam pikiranku ditengah derasnya guyuran hujan.

Suara gemuruh guntur yang bersahut-sahutan seolah dapat mengetahui isi hatiku malam ini.

Kesunyian menyelimuti kami berdua kali ini, Zayn terlihat tak tahu harus berkata apa setelah melihat reaksiku beberapa saat lalu setelah ia membeberkan kejadian di balik hilangnya nyawa Papa dan Mama waktu itu.

Aku tak menyangka sekaligus kaget apa yang dulu pernah Bibi Liana katakan padaku saat masih kecil benar-benar menjadi kenyataan, namun aku masih perlu mencari bukti lebih lanjut untuk menjebloskan pelaku yang dengan keji menghilangkan nyawa kedua orang tuaku ke dalam penjara.

"Dulu mendiang pengasuhku pernah berkata seperti itu, tapi aku yang masih kecil kala itu tak lantas mempercayainya..." rintihku seraya berusaha menghapus air mataku yang terus saja mengalir sama derasnya dengan guyuran hujan di luar mansion.

"Beliau pasti tahu banyak, jika saja beliau masih hidup kita bisa mencari lebih banyak informasi darinya," Zayn berandai.

"Jadi aku harus bagaimana?" tanyaku frustasi.

Zayn merengkuh tubuh mungilku erat-erat, berusaha memberikan ketenangan setelah badai hebat sukses membuat hatiku kacau balau.

Luka di dalam hati yang selama ini berusaha aku tutupi tak juga kunjung sembuh karena memang belum menemukan penyelesaian yang mampu membuatku bisa merelakan kematian orang tuaku dengan lapang dada.

"Kita harus mengumpulkan semua buktinya pelan-pelan," gumam Zayn di samping telinga kananku.

Aku memejamkan mata, membiarkan dadaku yang sedang berdebar kencang itu beradu dengan denyut jantung Zayn yang sedang merengkuh diriku. Rasa hangat perlahan menjalari sekujur tubuhku, lambat laun membuat diriku merasa lebih tenang hingga tangisku berhenti dengan sendirinya.

"Kau sudah merasa lebih baik?" Zayn bertanya dengan lembut, merenggangkan pelukannya menciptakan sedikit jarak di antara kami.

Aku mengangguk lesu. "terima kasih, Zayn."

Zayn menghapus jejak air mataku dengan kedua ibu jarinya, senyum lembutnya terpatri sempurna.

"kalau begitu mari makan malam, bukankah berpikir juga memerlukan energi?"

Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk, mengikuti langkah Zayn yang beranjak dari ruang tamu menuju dapur.

"Apa yang akan kita makan malam ini, Zayn?" tanyaku sambil mendudukkan diri di atas kursi, memandangi punggung Zayn yang masih sibuk melihat isi kulkas.

Zayn meringis sambil menoleh padaku.

"berhubung kita sudah dua hari tidak berburu maka satu-satunya yang bisa kita makan hanyalah telur dan bawang-bawang ini."

Aku tersenyum masam. "lakukanlah apa saja yang bisa kau lakukan dengan keduanya."

Zayn meletakkan dua butir telur tadi di samping kompor lantas mengambil mangkok serta penggorengan untuk mulai mengolah dua butir telur tadi menjadi makan malam yang nikmat.

Suara merdu Zayn bersenandung kecil, membuatku terpana bagai mendengarkan nyanyian dari surga.

Tangan Zayn dengan terampil mulai meracik bahan-bahan yang ada untuk dimasak, menumis bumbu ala kadarnya yang tersedia dengan sigap membuat aroma yang menggugah selera menguar di segala penjuru dapur.

"Kau yakin aku tidak bisa memasak makan malam yang nikmat hanya bermodalkan dua butir telur?"

"Bagaimana bisa kau tahu?"

Zayn tersenyum miring. "apa kau lupa dengan siapa kau berhadapan sekarang?"

Aku hanya berdeham, salah tingkah memperhatikan Zayn yang sibuk dengan penggorengannya.

Aroma masakan Zayn begitu menggugah selera, membuat perutku seketika terasa kosong.

"Makanlah. kau butuh banyak tenaga karena setelah ini kau akan sangat sibuk demi menegakkan keadilan," ucap Zayn sambil menyajikan masakan buatannya di atas meja.

"Terima kasih sekali lagi, Zayn."

...****************...

Gelas porselen berwarna hitam di hadapanku nampak mengeluarkan asap tipis transparan, pertanda bahwa teh yang ada di dalamnya dalam keadaan masih cukup panas.

"Suhu udara di luar masih sangat rendah, menghangatkan tubuh dengan segelas teh buatan Elf berwajah super tampan sepertiku sama sekali tidak ada salahnya," celoteh Zayn, sekonyong-konyong datang dengan satu toples kaca berisi penuh kukis almond.

Kukis almond? hey, aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali aku memakannya tapi yang jelas rasanya sangat lezat terlebih saat dipadukan dengan teh hangat. Zayn sepertinya membaca selera orang lain dengan sangat baik.

"Kau suka kukis almond bukan? aku membelinya kemarin sebelum menjemputmu," ungkap Zayn sambil mengambil posisi duduk di seberangku.

Akibat derasnya hujan yang mengguyur sepanjang malam, tanah di sekitar mansion Zayn nampak tergenang oleh air. Rumput serta daun-daun yang ada di dahan pohon yang tinggi juga tak luput dari guyuran hujan semalam, semuanya terlihat basah.

Sinar mentari pagi yang mulai menyingsing dari ufuk timur rasanya belum cukup menghangatkan setelah dinginnya air hujan yang turun dengab brutalnya tadi malam.

"Aku sudah tidak terkejut kau menebaknya dengan sangat tepat," sahutku, membuka tutup toples kaca itu untuk mengambil kukis almond yang sudah sangat lama aku rindukan.

"Selera makananmu memang selalu bagus," Zayn memujiku lantas menyesap teh chamomile buatannya.

Aku mengunyah kukis almond itu dengan nikmat hingga habis satu keping dengan pandangan sepasang obsidian karamel milik Zayn yang terpaku sepenuhnya kepadaku. Merasa kurang nyaman, aku buru-buru meminum teh di hadapanku hingga tersisa setengah gelas.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" tuntutku pada Zayn, oknum yang membuat makanku jadi tidak tenang.

"Tidak sebelum kau merasa cukup dengan sarapanmu," balas Zayn dengan suara rendahnya.

"Jadi aku boleh makan lebih dari satu potong?" tanyaku masih tak dapat percaya akan kebaikan Zayn yang belakangan ini bertambah berkali lipat.

Zayn menatapku lurus. "aku memang membelinya untukmu."

Kupu-kupu di dalam perutku seolah berterbangan bebas, membuat perasaanku sangat asing namun ini terasa menyenangkan. Perutku terasa melilit, namun itu sama sekali tidak menyakitkan seperti saat sedang menderita diare.

Sepasang netra karamel jernih milik Zayn sangat mengagumkan, selalu berhasil membuat dadaku berdebar kencang seperti baru selesai lari maraton ratusan kilometer.

Aku memakan beberapa keping biskuit lagi tanpa menjawab Zayn, tak lupa menikmati teh chamomile buatannya yang juga terasa begitu nikmat serta harum memanjakan mulut dan tenggorokanku.

"Jadi apa yang mau kau katakan, Zayn?"

Zayn menghela. "seharusnya aku tidak mengatakan hal ini disaat kau sedang menikmati kukis almond kesukaanmu."

Aku mengedikan bahu acuh. "apa boleh buat? kau sudah membuatku penasaran."

"Kau boleh mempertimbangkan saranku ini, mau kau lakukan atau tidak nanti," sepasang mata indah Zayn kembali menatapku. "apa mobil orang tuamu yang mereka pakai waktu itu masih ada?"

Aku berdeham, berpikir sejenak mengingat informasi itu tak banyak aku dapatkan terlebih kala itu aku masih terlalu kecil untuk tahu detail kecelakaan yang menewaskan Papa dan Mama.

"sepertinya masih ada di kantor polisi Kopenhagen, kenapa?"

"Kalau begitu carilah mobil itu. tapi kau harus mempertimbangkannya lagi matang-matang."

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!