Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa

"Tepat sekali gadis manis," Pria itu tersenyum penuh misteri seolah dapat membaca isi pikiranku, "masuklah dulu aku tahu kau sangat kedinginan sekarang."

Aku memandang Oli sejenak, meminta persetujuan primata cerdas itu untuk menerima tawaran Zayn. Lagi pula, aku sungguh penasaran bagaimana bisa pria kaya raya sepertinya malah memilih untuk hidup di dalam hutan ketimbang di kota yang penuh dengan kenikmatan dan kemudahan jika mempunyai banyak uang. Oli melompat ke bahuku, memberi isyarat bahwa ia setuju membuatku kembali memusatkan perhatian kepada Zayn.

"Apa kau sungguh tidak keberatan?" tanyaku memastikan.

Sungguh, aku berani bertaruh bahwa Zayn sangat gagah nan rupawan bak seekor rusa jantan yang sedang mengendus bahaya. Dia terlihat sangat hati-hati namun sepertinya ingin mengenalku lebih dalam membuatku merasa tertarik.

"Sama sekali tidak keberatan jika hanya untuk dua gelas teh," balas Zayn santai namun tak melunturkan kesan dingin sekaligus misterius.

Zayn berjalan masuk ke dalam mansion, mengedikan dagunya sebagai isyarat agar aku masuk mengikutinya. Angin berhembus semakin kencang nampaknya badai salju akan datang membuatku tak yakin bisa kembali dengan selamat ke dalam goa. Terakhir yang kuingat saat tinggal di Kopenhagen, badai salju itu sangat mengerikan bahkan memakan korban jiwa cukup banyak.

Aku berjalan mengikuti Zayn namun tetap menjaga jarak, memperhatikan setiap detail bangunan mewah dengan bahan dasar kayu ini. Mansion milik Zayn mengusung tema alami, semua perabotan di dalamnya terbuat dari bahan alam seperti kayu, batu atau kulit hewan. Dinding mansion dibalut dengan cat warna putih, membuat semua ornamen di dalamnya nampak sangat hidup.

"Aku membangun tempat ini dengan sembilan puluh persen bahan alami. ya, selain cat dinding dan peralatan mandi serta masak semuanya kubuat sendiri," papar Zayn sambil membentang karpet berbahan bulu domba sebagai alas untuk kami duduk.

"Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku semakin penasaran karena karpet bulu domba ini terasa sangat lembut, membuatku merasa lebih hangat.

"Dengan sedikit kekuatan," balasnya dengan seulas senyum misterius.

Aku menatap Zayn lamat.

Sungguh, dia nampak bukan seperti manusia biasa membuatku sangat penasaran lagi heran. Dan lagi aku bingung kenapa telinga Zayn--

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Zayn yang sukses memecah lamunanku yang sibuk memikirkan rasa penasaran yang membuncah dalam benak ini.

Zayn menyodorkan gelas porselen putih berisi teh yang masih menguarkan asap tipis.

"minumlah dan berhenti melamun."

"Tidakkah kau merasa penasaran kepadaku?" pancingku, berusaha mencari tahu lebih banyak tentang pria tampan berambut legam serta bulu mata lebat nan lentik itu.

Zayn meneguk teh miliknya hingga tandas kemudian mengisinya kembali dengan pitcher kaca berukuran sedang. "sejujurnya iya. bagaimana bisa kau berada di hutan ini?"

Aku menghela pendek, memandang gelas porselen dengan hiasan khas Eropa di tanganku.

"aku terlalu miskin untuk sekedar hidup di tempat dimana manusia seharusnya hidup, Zayn."

Pria itu kontan memusatkan perhatiannya padaku.

"kata-katamu sungguh membuatku semakin penasaran."

Sepasang manik berwarna cokelat karamel yang jernih itu sukses membuatku merasa tertarik, namun buru-buru hatiku menapik perasaan tak biasa tersebut agar tidak menjadi bumerang bagi diriku sendiri nantinya.

"Tetapi hal itu memang benar terjadi," pungkasku cepat. "meski sejujurnya aku juga ingin memiliki tempat tinggal yang nyaman seperti saat masih kecil dulu."

Zayn membetulkan kerah kemejanya yang miring.

"sepertinya kita akan lebih sering bertemu setelah ini, Nona Adaline."

Aku tersenyum tipis. "bagaimana kau bisa seyakin itu Tuan Zayn?"

"Karena cepat atau lambat kau akan membutuhkan bantuan dariku."

...****************...

Gumpalan awan kelabu nampak bergerak mengikuti arah tiupan angin menarik perhatianku dan Oli yang sejak tadi fokus memperhatikan awan dengan bentuk-bentuk unik itu lewat di atas goa.

Cuaca terlihat kurang bersahabat, langit mendung dengan tiupan angin yang cukup kencang membuatku sedikit mengantuk.

"Oli, bagaimana menurutmu soal Zayn?" aku bertanya pada Oli yang sedang sibuk menikmati dua buah pisang di tangannya.

Oli mengangguk-angguk, sepertinya sangat antusias saat mendengar pertanyaanku terkait dengan Zayn pria yang kami temui beberapa waktu lalu.

"Apa menurutmu dia menarik?" aku terkekeh geli melihat antusiasme Oli terhadap Zayn.

Oli kembali bergerak penuh antusias, menarik-narik tanganku seolah mengatakan sesuatu yang menarik membuat apel yang hendak kumakan nyaris terjatuh karena ulahnya.

"Ya, ya, ya. aku tahu dia sangat tampan dan menarik sepertinya kau setuju denganku," aku terkekeh geli melihat Oli dengan begitu antusias menirukan gaya rambut Zayn dengan cara mengacak-acak bulu di kepalanya.

Aku menggigit apel merah di tanganku, kembali memperhatikan jajaran awan yang berlalu di atas kepalaku. Memikirkan bagaimana nasibku kelak dimasa depan, apakah akan tetap tinggal di hutan seperti ini hingga akhirnya hayat atau bisa menemukan kebahagiaan dengan keluargaku sendiri nantinya. Gigitan demi gigitan kulakukan dengan pikiran berkecamuk hingga akhirnya apel di tanganku habis. Salju turun semakin lebat membuatku memutuskan untuk ikut masuk ke dalam goa mengikuti kawanan kera yang lain.

Angin berhembus kencang serta lebatnya salju yang turun membuat suhu tubuhku menurun drastis. Aku mengencangkan jalinan mantel yang kupakai, berjalan masuk ke dalam goa berbarengan dengan Oli yang berjalan di sisi kiri tubuhku.

Para kera yang tinggal bersamaku itu sangat disiplin, mereka sudah bangun sebelum matahari terbit untuk berburu makanan baik itu para pejantan mau pun para betina semuanya bahu membahu untuk mengumpulkan persediaan makanan untuk musim dingin panjang ini. Mereka juga sangat menjaga kebersihan, membuatku merasa sangat betah tinggal bersama mereka.

"Ayah," panggilku pada kera jantan terbesar sebagai pemimpin kawanan setelah aku berhasil turun dari atas goa.

Kera berusia cukup tua itu menoleh kepadaku, meminta aku untuk menyelesaikan kalimatku.

"Persediaan air minum kita hampir habis, Ayah."

Dia mengangguk, penuh aura kepemimpinan seperti biasanya setelah aku mengatakan bahwa persediaan air minum kami di dalam goa sudah menipis namun badai salju yang turun nyaris setiap hari membuat kami cukup kesulitan.

Sungai terletak sangat jauh, aku mana mampu membawa banyak air sambil menahan tubuhku agar tidak tersapu badai membuatku terus memikirkan cara yang aman agar bisa mendapatkan banyak air dengan resiko lebih kecil.

Ayah mendorong kecil punggungku, menyuruhku masuk ke dalam goa mengingat salju sudah turun semakin lebat. Apa aku harus pergi ke mansion Zayn lagi untuk meminta sedikit air? sepertinya dia memiliki saluran air yang langsung terhubung ke sungai. Itu bukanlah ide yang buruk sepertinya kurasa setelah hujan salju mereda aku akan kesana untuk meminta sedikit air padanya.

Oli datang mendekat kepadaku dengan dua buah mangga besar di tangannya lantas duduk di hadapanku dengan tenang.

"Oli, setelah hujan salju berhenti tolong temani aku pergi ke mansion Zayn ya. pasokan air kita sudah semakin menipis."

Oli tersenyum lebar sambil memainkan alis tipisnya, menggodaku dengan penuh semangat.

"Aku butuh air untuk minum, Oli. jangan menggodaku!"

Namun Oli tetaplah Oli, seekor kera bandel yang usil. Dia malah terus menggodaku, alhasil aku malah jadi tertawa melihatnya memperagakan sikap dingin Zayn dengan sangat lucu.

"Baiklah, sepertinya aku memang membutuhkan dia seperti yang dikatakannya tempo hari."

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!