Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen

"Kecelakaan pasangan suami istri Winters? apa ini dokumen menyangkut kasus kecelakaan kedua orang tuamu?"

Aku mengangguk. "apa berkasnya masih lengkap?"

Louis nampak menimbang, sepertinya pertanyaanku tak dapat langsung ia jawab dengan tegas.

"kurasa semua dokumen aslinya sudah dilimpahkan di kejaksaan atau pengadilan."

Aku menghela kecewa mendengar jawaban Louis, dadaku rasanya seketika sesak dan berat menerima kenyataan bahwa kasus kematian orang tuaku yang telah berlalu lebih dari satu windu itu sepertinya memiliki jejak yang sangat samar untuk dikuak kembali.

"Kamu tidak usah khawatir, aku akan berusaha menemukan salinan dokumen terkait kecelakaan itu selengkap-lengkapnya," imbuh Louis dengan senyum menenangkan khasnya.

"Apakah itu masih mungkin?"

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini kalau kita mau berusaha. aku yakin dalam database salinan dokumen mengenai kasus itu masih ada," sahut Louis dengan mata tertuju pada monitor komputernya. "kamu hanya perlu menunggu, aku akan berusaha mencarinya sampai mendapatkan semua salinan berkasnya dengan lengkap."

"Sungguh, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya berterima kasih padamu," cicitku sambil memandang Louis yang masih sibuk berkutat dengan komputernya.

Louis cemberut. "berhentilah mengomel dan pergilah ke pusat kota dengan uang ini, ada festival besar di sana."

Terlepas dari penampilan fisiknya, Louis sama sekali tidak berubah. Dia tetaplah sosok kakak penuh kasih sayang dan pengertian sejak dulu yang membuatku sangat menyayangi serta menghormati dirinya seperti saudara kandungku sendiri.

"Bawalah radio ini, aku akan langsung menghubungimu setelah berhasil mendapatkan semua dokumennya," tambah Louis seraya memberikan aku sebuah walkie-talkie.

Aku mengangguk patuh, beringsut keluar dari kantor Louis dengan beberapa lembar uang dan walkie-talkie di dalam saku celanaku.

Beberapa petugas yang berpapasan denganku tersenyum ramah, membuatku merasa begitu dihargai.

Tiba-tiba seorang polisi tampan menghampiriku di depan gerbang utama kantor polisi dengan seulas senyum. "anda nona Tomlinson? saya Mark, diperintahkan oleh Tuan Inspektur untuk mengantar anda, mari saya antar menuju pusat kota tempat festival."

Ah, Louis bahkan sampai memerintahkan anak buahnya yang sibuk hanya untuk mengantarku.

Dia tetap tidak terduga masih sama seperti dulu, suka melakukan hal-hal yang tidak perlu hanya untuk membuatku senang.

"Baiklah petugas Mark, terima kasih. tolong antarkan aku ke festival dan temani aku menghabiskan semua uang ini," balasku sambil menunjuk ke arah jalan arteri kota.

Senyum Mark tidak memudar. "mari, lewat sini."

Dibawah naungan langit biru kota Kopenhagen yang cerah, aku dan Mark berjalan beriringan melewati keramaian pusat kota sembari berbincang ringan. Kedai-kedai kecil di pinggir jalan nampak menyajikan berbagai macam hidangan ringan mulai dari yang bercita rasa manis hingga pedas pun lengkap tersedia.

Aku lupa kapan terakhir kali melihat festival, namun kali ini festival yang aku saksikan jauh lebih meriah dan ramai ketimbang festival yang terakhir kali kulihat. Orang-orang berlalu lalang, saling bercengkrama satu sama lain seraya menyaksikan festival tahunan satu ini. Suara musik terdengar menggema di sepanjang jalanan pagelaran festival, menambah kesan meriah festival ini.

"Bisakah anda merekomendasikan makanan enak untukku sebagai teman menyaksikan festival ini?" tanyaku pada Mark yang tengah sibuk menyaksikan rombongan marching band memainkan alat musik mereka masing-masing.

"Bagaimana dengan crepes dan waffle? menurut saya makanan manis adalah yang terbaik," jawab Mark sambil menunjukkan kedai kecil yang menjual crepes dan waffle yang memang bersebelahan.

Aku mengangguk antusias. "ayo, temani aku membelinya untuk Louis juga. aku yakin kakakku selama ini sudah bekerja dengan sangat keras selama ini."

"Ya, Tuan Inspektur selalu bekerja keras membuatku kadang merasa iri dengan etos kerjanya yang sangat tinggi," Mark menimpali.

"di semua penjuru negeri dalam instansi kepolisian, hanya dia yang bisa menduduki jabatan itu dalam usianya yang masih sangat muda."

Setelah memesan waffle dan crepes aku kembali menyambung perbicangan dengan Mark.

"sejak kecil dia memang selalu penuh semangat, aku jadi tidak heran kalau dia sukses dalam usia semuda itu."

Kami memutuskan untuk makan di bangku besi tepi sungai, membuatku merasakan Deja Vu saat sedang bersama Zayn waktu itu.

Angin bertiup lembut, membuat beberapa helai rambutku yang terlepas dari ikatannya melambai perlahan mengikuti pergerakan angin.

"Adaline, apa kamu masih di festival?"

"Iya, ada apa, Kak?"

"Kembalilah ke kantorku segera bersama Mark, jangan ajak dia berkencan!" perintah Louis mutlak dari walkie-talkie.

Aku dan Mark lantas saling pandang, sepertinya Louis menemukan sesuatu yang amat penting dari database kepolisian terkait kasus kecelakaan itu.

Mark tergelak. "apa barusan dia melarang kita untuk pergi berkencan?"

Aku ikut terkekeh. "anda mendengarnya dengan sangat jelas, bukan?"

"Tuan Inspektur sepertinya sangat pemilih mengenai calon adik iparnya," canda Mark yang lagi-lagi membuatku merasa geli.

"Tentu, biar bagaimana pun Louis adalah kakak yang baik," balasku diselingi tawa.

Aku dan Mark lantas kembali menuju kantor polisi dengan beberapa jenis makanan yang sempat kami beli tadi. Mark bersikap sangat gentleman, membawa semua belanjaan sambil bersenandung menikmati indahnya hari cerah di pusat kota.

Setibanya di kantor Louis, dia menyambut kami dengan tatapan penuh curiga.

"Ada apa?" tanyaku dengan cengiran lebar.

Louis menyipitkan matanya. "kalian tidak saling bertukar nomor telepon, 'kan?"

"Itu adalah ide yang sangat bagus, Tuan. aku akan meminta nomor telepon Nona Tomlinson setelah ini," canda Mark dengan senyum menggoda.

"Memangnya kenapa, Kak?" godaku setelah melihat wajah sebal Louis.

"Mark adalah anak buahku, kamu tidak boleh berkencan dengannya sebelum dia bisa naik jabatan," tukas Louis serius.

Aku tergelak. "aku tidak memandang pria hanya berdasarkan penghasilannya."

"Kembali kerjakan tugasmu, Mark," perintah Louis mutlak kepada Mark.

"Baik, Tuan."

"Huh, anak itu bisa-bisanya dia berpikir untuk berkencan denganmu," omel Louis kembali menghadap komputernya.

"Apa yang berhasil kakak temukan?" aku kembali bertanya pada Louis sambil membuka bungkusan makanan yang kubeli, bermaksud membaginya dengan Louis.

Louis bangkit dari duduknya, menyerahkan sebuah amplop besar berwarna cokelat padaku.

"banyak, aku sudah menemukan semua salinan berkasnya. kemari dan simpan ini baik-baik."

Aku menerima amplop itu dengan sukacita.

"terima kasih banyak, Kak."

Dibantu oleh Louis, aku menghabiskan semua makanan yang tadi kubeli di festival dengan hati senang. Benar kata Mark, makanan manis dapat menambah kebahagiaan apalagi saat dinikmati bersama orang terkasih.

"Kita perlu melihat kembali mobil orang tuamu, seperti katamu aku juga yakin ada sesuatu yang janggal di mobil itu hingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri," ungkap Louis seraya menunjukkan potret mobil orang tuaku pasca kecelakaan itu baru terjadi.

"Aku akan mencoba mengajukan kembali kasus ini untuk diusut ulang. sebelum itu mari kita lihat dulu mobilnya," tambah Louis yang aku balas dengan anggukan setuju.

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!