Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf

Aku membuka mataku perlahan dengan kepalaku yang rasanya luar biasa berat, membiasakan cahaya yang masuk menyebar ke dalam netraku.

"Dimana aku?" gumamku seraya memperhatikan keadaan sekitar.

Aku jelas semakin bingung bagaimana bisa aku berada di dalam goa, kupikir aku sudah mati karena kelelahan dan kelaparan.

Di luar goa sedang turun hujan deras, membuat aku mengurungkan niat untuk keluar dari sana. Aku lantas duduk bersandar pada dinding goa, mengamati kondisi di sekitarku dengan seksama barangkali dapat menemukan petunjuk bagaimana bisa aku ada di sini.

Ketika sedang sibuk memperhatikan kondisi sekitar, aku dikejutkan dengan kedatangan seekor kera ekor panjang yang bulunya berwarna kuning keemasan. Wajahnya nampak menggemaskan namun aku tak berani mendekatinya karena sebelumnya belum pernah berinteraksi dengan hewan itu secara langsung.

Kera itu bergerak dengan sangat lincah, menghampiriku sambil terus mengeluarkan suara yang nampaknya bertujuan untuk memanggil kawanannya.

Tak lama setelahnya, sekitar sepuluh ekor kera yang lebih besar datang mendekat kepadaku yang jelas membuatku bingung sekaligus takut. Pelan-pelan mereka berjalan mendekat, membuatku berjalan mundur untuk menjaga jarak. Tetapi diluar dugaanku, mereka sama sekali tidak agresif membuatku merasa sedikit tenang --ya walaupun aku harus mati karena dimangsa oleh mereka pun aku merasa tidak apa-apa.

Kera kecil yang pertama kali datang kepadaku tadi lantas menyodorkan tiga buah pisang yang sangat besar kepadaku. Ragu-ragu aku menerimanya tetapi tak ada pilihan lain selain memakannya sebab tubuhku juga sudah terasa sangat lemas karena lapar.

Sekali lagi aku memandang mereka semua dan hebatnya seolah tahu kalau aku meminta izin mereka semua kompak mengangguk membuatku tersenyum lega.

Dengan lahap aku memakan pisang pemberian dari mereka berupaya mengisi ulang tenagaku yang telah terkuras habis.

"Terima kasih telah menyelamatkan hidupku. Kalian adalah satu-satunya keluarga yang kupunya sekarang," kataku sambil memandang semua kera yang duduk dengan rapi itu.

Mereka membalasnya dengan sorakan yang anehnya malah membuat perasaanku menjadi hangat sehangat ketika masih memiliki keluarga yang utuh dan harmonis.

Dua kera yang paling besar lantas menghampiri aku, mengusap punggung dan kepalaku sambil berbunyi dengan nada lembut.

Ya, seperti sedang mendapatkan kasih sayang dari Mama dan Papaku dulu.

...****************...

Tanpa terasa, aku sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan tinggal di hutan bersama kawanan kera. Mereka memperlakukan aku dengan sangat baik, membagi makanan mereka untukku serta memberikan tempat tinggal yang cukup nyaman untukku di dalam goa --setidaknya aku tidak kebasahan saat hujan datang, pun saat musim dingin seperti ini juga aku tidak merasakan dinginnya tidur tanpa tempat berlindung.

"Oli!" teriakku memanggil si kera bungsu, yang sudah aku anggap seperti saudara sekaligus sahabat.

Oli dengan gesit turun dari pohon, datang kepadaku lantas memberikan setangkai mangga berisi lima buah mangga hasil buruannya kepadaku.

"Untukku?" aku bertanya memastikan, Oli mengangguk cepat dengan mata berbinar-binar.

"Terima kasih, Oli. Tapi kayu bakar kita habis kalau kita tidak pergi mencarinya sekarang malam ini aku pasti tidak bisa tidur."

Oli mengangguk paham, ditariknya tanganku beranjak keluar dari goa. Hutan tempatku tinggal ini memiliki pepohonan yang sangat rimbun dan beragam dengan aneka buah-buahan yang tumbuh lebat menjadi makananku serta kawanan kera setiap hari.

Aku mengencangkan mantel yang tengah kukenakan, berjalan mengikuti langkah Oli menuju sumber kayu bakar.

"Apa kita harus masuk lebih dalam ke hutan itu, Oli?" tanyaku takut-takut setelah melihat pohon-pohon besar dengan batang lapuk.

Oli mengangguk cepat, menarik tanganku untuk melangkah lebih cepat membuatku tak memiliki pilihan lain selain tetap mengikuti Oli.

Setelah beberapa saat, aku dan Oli berhasil menemukan pohon besar yang telah tumbang.

Berbekal pisau ditangan, aku mulai mengambil ranting-ranting kecil pohon itu untuk dijadikan kayu bakar yang bisa dipakai hingga beberapa hari ke depan. Aku menyusun kayu-kayu yang telah kami kumpulkan, memasukkannya ke dalam selendang yang kubawa.

"Hei, Oli! Apa kau lihat itu?" aku bertanya kepada Oli yang sedang sibuk mengumpulkan kayu bakar setelah mataku mendapati pemandangan yang tidak biasa di bagian hutan yang lebih dalam.

Oli memandangi aku dengan bingung, bertanya apa maksud dari perkataanku.

Aku mendecak, menggendong kayu bakar yang sudah berhasil kami kumpulkan lantas menarik Oli menuju sesuatu yang menarik perhatianku sepersekian detik lalu tersebut.

Kami berjalan lebih jauh ke dalam hutan walau dengan perasaan was-was namun rasa penasaranku lebih tinggi.

Dinginnya udara serta lebatnya salju yang mulai menusuk tulang pun tak aku hiraukan demi memuaskan rasa penasaranku.

"Sejak kapan ada bangunan besar di pelosok hutan seperti ini?" aku bertanya kepada Oli, namun kera kecil itu malah menggeleng dengan sorot mata bingung.

Oli bahkan tidak tahu? Sungguh menarik.

Bagaimana bisa ada mansion mewah di pelosok hutan seperti ini? Nampaknya pemilik mansion ini adalah keluarga besar yang kaya raya hingga bisa memiliki properti luar biasa seperti itu.

"Ayo temani aku memuaskan rasa penasaranku, Oli!"

Dengan langkah gesit aku beringsut menuju mansion besar itu tidak mempedulikan rasa dingin yang kian menusuk tulangku.

Dari dekat aku mengawasi mansion tersebut, sebuah bangunan megah bernuansa putih yang terlihat sangat mencolok ditengah rimbunnya pepohonan hutan.

"Siapa disana?!"

Aku terkejut luar biasa tatkala mendengar sebuah suara berat dengan nada dingin menguar saat aku mendekati mansion itu.

Pandanganku lantas aku arahkan ke atas, sumber suara dan malah semakin kaget setelah bertemu pandang dengan sang pemilik suara. Seorang pria yang tampan, ah bukan, dia terlalu tampan dengan mata bersorot tajam, rambut legam bagai sayap gagak serta hidung runcing bak paruh elang lengkap dengan bibir ranum yang penuh membuatku tercenung memandangi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.

Pria itu beranjak, menghilang dari pandanganku namun sukses membuat pikiranku kosong untuk beberapa saat. Sungguh, dia terlalu tampan seperti bukan manusia membuatku terhipnotis.

"Siapa kau?" sekonyong-konyong pria itu kini sudah berada dalam jarak beberapa meter saja di hadapanku membuat diri ini seperti orang linglung.

"Eum, namaku Adaline..." jawabku, menundukkan kepala tak sanggup beradu pandang dengan pria terlalu tampan itu.

"Bagaimana bisa seorang gadis hidup ditengah hutan seperti ini?" pria itu tergelak. "dan lagi kau cukup cantik dengan matamu yang sebiru kristal itu."

Aku tak mampu mengendalikan diriku yang kini menjadi salah tingkah, berupaya tak mau beradu pandang dengan pria itu dengan terus mengalihkan pandangan.

"Ah, ngomong-ngomong namaku Zayn."

Zayn? Nama yang sangatlah tidak familiar di tanah Denmark dan cukup membuatku bingung. Apa iya dia bukan orang asli Denmark?

"Tepat sekali gadis manis," Pria itu tersenyum penuh misteri seolah dapat membaca isi pikiranku, "masuklah dulu aku tahu kau sangat kedinginan sekarang."

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!