Dengan langkah tergopoh-gopoh aku keluar dari rumah tak lupa mengunci kembali pintu utama.
Tanganku dengan sigap mengamankan kotak kayu berisi barang-barang serta dokumen terkait penyelidikan kasus kecelakaan mereka ke dalam kantong plastik yang memang sengaja kubawa.
Ujung mataku mendapati Zayn baru tiba di depan pagar rumah dengan sepeda motornya.
"Kau menemukannya?" Zayn bertanya seraya menyalakan mesin motornya.
Aku langsung naik ke atas motor. "tentu saja tapi kita harus pergi sekarang sebelum tetangga ada yang melihat kita di sini, ayo!"
Zayn lantas menarik gas motornya, melaju meninggalkan kawasan perumahan itu dengan kecepatan tinggi membuat tubuhku nyaris terpelanting kalau saja terlambat meraih pinggang Zayn untuk berpegangan.
Suara kekehan Zayn terdengar menguar, membuatku mendadak sebal ingin menjitak kepalanya.
"Apa kita harus berkelahi setelah ini?" tanyaku ketus lantas mencubit pinggang Zayn gemas.
Zayn menjawab dengan entengnya. "kalau kita berkelahi aku yakin jelas aku yang akan menang."
Motor Zayn terus melaju hingga tanpa terasa kami akhirnya tiba di mansion milik Zayn.
Daun pintu kayu mansion Zayn berderik samar setelah sang empunya memutar kenop pintu setinggi kurang lebih dua meter tersebut.
"Sepertinya kau membawa banyak barang, apa saja itu?" tanya Zayn seraya melirik kotak kayu yang kubawa.
Aku beringsut menuju ruang tengah mansion diikuti oleh Zayn untuk menunjukkan barang-barang yang ada di dalam kotak kayu itu.
Tanganku dengan cepat membuka simpul kantong plastik yang membungkus kotak kayu tersebut.
Aku memandang Zayn penuh harap setelah membuka kotaknya. "ini adalah barang-barang yang dipakai oleh orang tuaku saat kejadian nahas itu. apa kau bisa menemukan sesuatu?"
Zayn menimbang dagunya, nampak berpikir setelah melihat sekilas isi dari kotak kayu yang kubawa.
"sekarang energiku belum cukup untuk melakukan retrokognisi, mungkin nanti malam aku akan melakukannya siapa tahu kita bisa menemukan titik terang atas kematian mereka."
Aku mendesah resah. "aku harap benar-benar ada titik terang yang bisa kau temukan dalam retrokognisi itu."
"Aku yakin kita pasti akan menemukan sesuatu," Zayn tersenyum lembut. "sekarang lebih baik kita makan, aku jadi penasaran bagaimana rasa masakanmu."
Merasa tertantang, aku lantas bangkit dari dudukku lantas menuju dapur. "baiklah kalau begitu, aku akan memasakkan makanan yang paling istimewa untukmu. Bahan apa yang kau punya?"
"Aku punya daging angsa di kulkas," sahut Zayn seraya mengeluarkan daging angsa yang ia maksud di dalan freezer kulkas. "dan aku juga punya beberapa bahan tambahan yang bisa kau pilih sendiri untuk dimasak."
Aku tersenyum penuh percaya diri.
"Oh, daging angsa? baiklah aku yakin kau akan semakin menyukaiku setelah memakan masakanku kali ini."
Zayn mengambil posisi duduk di atas meja makan, memandangku penuh minat. "masaklah apa pun yang kau yakini akan dapat membuatku terkesan."
Tubuhku berbalik ke arah kulkas, membuka benda pendingin makanan itu kemudian melihat isinya dengan seksama berusaha mencari bahan yang layak aku padukan dengan daging angsa demi sajian yang nikmat untuk makan siang ini.
Setelah merenung sejenak, lalu memutuskan untuk mengambil madu serta kecap dan beberapa buah cabai dari dalam kulkas. Aku bergerak menuju westafel, mencuci semua bahan makanan yang sudah kupilih untuk dimasak.
"Aku akan membuatmu terkesan dengan hidangan buatanku kali ini, Zayn, percayalah," balasku sambil mencuci bersih cabai dan daging angsa yang masih mengeluarkan sedikit bau anyir dengan teliti, tidak menyisakan satu pun bagian yang tak terbasuh.
Zayn hanya menyunggingkan senyumnya, memperhatikan aku yang sudah mulai berkutat dengan kompor berbahan bakar minyak tanah di hadapanku. Merasa cukup yakin dengan nyala api yang kubuat, aku langsung membaluri daging angsa utuh itu dengan bumbu yang sudah kuracik menggunakan kecap, madu dan cabai tadi yang jelas membuat Zayn semakin fokus memperhatikanku.
"Kau ingin hidangan yang mengesankan, bukan? maka angsa bakar classic dengan baluran kecap dan madu ditambah sedikit cita rasa pedas ini wajib untuk kau cicipi."
"Ya, itu akan menjadi olahan daging angsa paling nikmat yang pernah aku makan."
...****************...
Sang surya telah tenggelam dari ufuk barat, menyisakan suara nyanyian jangkrik dan katak di balik rimbunnya hutan di tengah derasnya hujan yang mengguyur.
"Ah, aku jadi tidak bisa pulang ke goa," ucapku resah seraya memandang ke arah luar jendela.
Hujan turun dengan derasnya sejak sore tadi, membuatku yang sudah berniat untuk pulang ke goa kembali terjebak di sini dan tidak bisa pulang.
"Ini 'kan juga rumahmu," celetuk Zayn dengan tangan yang sibuk mengeluarkan isi kotak kayu yang kubawa dari rumahku tadi.
"Apa kau mengatakan sesuatu, Zayn?"
Zayn menggeleng cepat. "tidak, mungkin itu hanya perasaanmu saja."
Apa Elf juga bisa berbohong? masalahnya tadi aku merasa bahwa Zayn mengatakan sesuatu tetapi dengan suara sangat pelan.
"Aku akan mencoba untuk melakukan retrokognisi, doakan aku agar dapat menemukan petunjuk," tukas Zayn sembari mulai memegang baju Papa dan Mama dengan mata terpejam.
Zayn nampak sangat serius serta fokus, membuatku memilih untuk tidak mengajaknya bicara terlebih dahulu. Kedua telapak tangan Zayn meraba setiap bagian dari pakaian Mama dan Papa dengan air muka serius yang hanya bisa aku pandangi dengan harap-harap cemas.
Sepasang bola mata Zayn terlihat bergerak seirama ke kiri dan ke kanan, seperti sedang membaca sesuatu membuat dadaku semakin berdebar keras merasa was-was dengan apa yang akan Zayn katakan setelah ini.
Zayn tiba-tiba membuat kedua matanya, menghirup udara sebanyak-banyaknya berusaha memenuhi setiap rongga dalam paru-parunya dengan oksigen.
"Apa yang kau lihat, Zayn?" tanyaku tak sabaran tatkala Zayn mengalihkan atensinya kepadaku.
"Ternyata memang seperti yang aku duga sebelumnya," gumam Zayn masih dengan pandangan lurusnya padaku.
"Apa maksudmu, Zayn?"
Zayn meraih kedua tanganku dengan tatapan penuh peneguhan. "ada unsur kesengajaan dalam kecelakaan yang membuat orang tuamu tidak selamat, Adaline."
Bagai tersambar petir di siang bolong aku kaget bukan main setelah Zayn mengatakan apa yang ia lihat dari retrokognisi yang ia lakukan sepersekian waktu lalu.
"Kenapa mereka tega melakukan itu kepada Mama dan Papa, Zayn?! apa salah orang tuaku hingga orang itu tega membuatku menjadi anak yatim piatu seperti ini?! apa salahku..." aku meratap dengan air mata yang dengan leluasa lolos dari kedua pelupuk mataku.
Zayn menatapku iba. "kita harus kembali mengusut kasus kematian kedua orang tuamu, Ada. aku sungguh tidak sudi membiarkan orang itu hidup dengan tenang setelah melakukan hal yang sangat kejam itu."
Malam itu tangisku pecah dengan perasaan campur aduk, antara sedih karena nasib malang yang menimpaku sepeninggal kedua orang tuaku dengan sakitnya hatiku setelah mengetahui kenyataan pahit bahwa nyawa Papa dan Mama ternyata sudah direnggut menggunakan rencana licik yang begitu keji.
Cepat atau lambat, aku akan membuat orang itu hidup dalam penderitaan bahkan lebih perih dari pada kematian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments