Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran

Aku berdeham, berpikir sejenak mengingat informasi itu tak banyak aku dapatkan terlebih kala itu aku masih terlalu kecil untuk tahu detail kecelakaan yang menewaskan Papa dan Mama.

"sepertinya masih ada di kantor polisi Kopenhagen, kenapa?"

"Kalau begitu carilah mobil itu. tapi kau harus mempertimbangkannya lagi matang-matang," Zayn menyahut dengan air muka serius.

Aku merasa sangsi mendengar perkataan Zayn, mengingat jarak antara hutan tempatku tinggal dan pusat kota Kopenhagen tidaklah dekat.

Aku harus melalui perjalanan yang cukup panjang hanya untuk tiba di kantor polisi, bisa-bisa aku menghabiskan waktu seharian hanya untuk pulang pergi dari hutan ke kantor polisi.

Zayn mendecak sebal. "apa kau masih memikirkan jarak ketimbang mengungkap kebenaran untuk orang tuamu? hah, anak macam apa kau ini?"

"Aku akan menghabiskan waktu yang tidak sebentar jika pergi dengan berjalan kaki, Zayn. bukankah kau tahu pusat kota dan hutan ini letaknya sangat berjauhan?" aku protes usai Zayn mengungkapkan pendapatnya.

"Hey, setidaknya aku bisa mengantarmu ke terminal bus agar bisa pergi ke Kopenhagen dengan lebih mudah. ya, walau memerlukan waktu yang cukup lama setidaknya itu lebih baik ketimbang kau harus jalan kaki sepanjang hari," Zayn berusaha membujukku agar pergi ke kantor polisi sepertinya. Aku juga bingung entah mengapa Zayn seperti begitu bersemangat untuk mengusut kasus kematian orang tuaku.

Zayn bangkit dari duduknya, membuka tirai jendela membiarkan cahaya mentari masuk lebih dalam menerangi seluruh ruangan.

"agaknya Tuan dan Nyonya Winters kecewa mengapa mereka mempunyai anak semata wayang yang payah sepertimu."

Ucapan Zayn sukses membuat mataku melotot.

"apa maksudmu, pria gila?"

Zayn menaikkan kedua bahunya acuh.

"kalau aku jadi mereka aku akan sangat kecewa, bagaimana mungkin aku menghabiskan seluruh kasih sayang dan cinta untuk seorang anak semata wayang yang tidak mau mengungkapkan kebenaran hanya karena terkendala oleh jarak?"

"Kau memang berhak memutuskan untuk mengusut tuntas kasus ini atau tidak, tapi betapa pengecutnya kau jika tidak mau melakukannya," imbuh Zayn lantas menyeruput teh miliknya.

"Apakah aku akan berhasil?"

"Jika niatmu tulus aku yakin jalanmu akan selalu dipermudah oleh Tuhan," Zayn menyahut kalem sambil mengunyah kukis almond.

Warna langit yang perlahan namun pasti mulai beranjak menjadi semakin cerah membuatku menarik kedua sudut bibirku. Sinar sang surya terasa menghangatkan tubuhku, menambah energi baru dalam diriku yang selama ini selalu terpuruk dalam kesedihan yang berlarut-larut.

"Rintangan pasti akan selalu ada, tapi jika keyakinanmu teguh pasti kau akan selalu bisa melewati semuanya dengan baik," ucap Zayn dengan seulas senyum tipis. "mau kuantar ke terminal? keberangkatan menuju Kopenhagen akan berangkat dua jam lagi."

Bayang-bayang masa laluku bersama Mama dan Papa lagi-lagi berputar secara otomatis bagaikan film dokumenter di dalam otakku.

Aku menghirup oksigen sebanyak yang mampu ditampung oleh paru-paruku, berusaha mempersiapkan diri untuk membela kebenaran yang seharusnya sejak dulu aku perjuangkan.

"Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang, Zayn. aku tidak mau sampai ketinggalan bus."

...****************...

Awan-awan kecil nampak berbaris menutupi langit biru dengan sinar mentari yang sudah sangat terang, sebuah cuaca cerah dengan angin pesisir yang bertiup lembut.

Suhu udara terasa sudah lebih tinggi ketimbang hari-hari sebelumnya membuat aku memutuskan untuk tidak lagi menggunakan mantel tebal yang terbuat dari bulu beruang pemberian Zayn beberapa minggu yang lalu. Aku tidak tahu persis bagaimana bisa Zayn membuat mantel berwarna hitam itu dengan sangat presisi hanya dengan mengandalkan jahitan tangannya.

Para nelayan nampak sibuk mempersiapkan diri di atas kapal yang masih bersandar untuk kembali melaut setelah beberapa bulan tidak bisa pergi ke laut untuk menangkap ikan sebab air sungai Sont yang membeku total.

Tak hanya para nelayan, para pedagang juga terlihat sibuk membuka toko masing-masing bahkan ada pula yang beruntung sudah mendapatkan pelanggan yang datang untuk berbelanja berbagai kebutuhan pokok.

Kota Kopenhagen di siang hari memang luar biasa indahnya dan semakin dipercantik dengan kebersihan kota yang sangat terjaga lengkap dengan infrastruktur yang memadai, mampu menunjang semua kegiatan sehari-hari warga kota tanpa terkecuali.

Bangunan-bangunan bergaya arsitektur Victoria menjulang tinggi dengan warna-warna yang amat menarik membuat rasa rinduku akan masa lalu bersama kota yang dibelah oleh sungai Sont ini mulai terobati.

Kakiku terus melangkah hingga akhirnya tiba di Frederiksberg Slot, salah satu bangunan paling megah di Denmark yang sejak aku kecil hingga kini selalu aku kagumi keindahannya. Pohon-pohon mapel yang tumbuh di pinggir jalan masih nampak botak tanpa daun, menandakan suhu ekstrem yang melanda kota belakangan memiliki dampak yang cukup signifikan.

Tanpa terasa aku akhirnya tiba di kantor polisi pusat kota Kopenhagen setelah melewati perjalanan yang cukup menguras waktu serta tenaga. Dua orang polisi yang sedang berjaga di pos jaga terlihat sedang menikmati makan siangnya, membuatku merasa agak tidak enak hati untuk bertanya kepada mereka.

"Permisi, Pak. maaf mengganggu waktu makan siang Anda sekalian," sapaku tatkala aku telah berdiri tepat di depan pintu pos jaga.

Keduanya lantas saling pandang, kemudian buru-buru berdiri untuk menghampiriku.

"selamat siang, Nona. ada yang bisa kami bantu?"

Aku mengangguk segan. "bisakah saya masuk untuk melihat melihat mobil korban kecelakaan?"

"Kenapa Nona ingin melihatnya?" tanya sang polisi dengan rambut blonde.

"Orang tua saya adalah salah satu korban kecelakaan beberapa tahun silam," jawabku cepat.

"bolehkah saya masuk?"

Sang polisi berambut cokelat gelap lalu mengangguk. "baiklah kalau begitu ikuti saya, Nona."

Aku mengangguk, mengikuti langkah sang polisi yang menurutku memiliki wajah yang masih sangat muda dengan senyuman yang manis.

"Sudah berapa lama Anda menjadi polisi, Pak?" tanyaku setelah kami sampai di bagian terbelakang kantor polisi dimana mobil-mobil korban kecelakaan dikumpulkan.

Polisi itu tersenyum, lagi-lagi senyum yang manis.

"belum genap dua tahun. sepertinya umur kita tidak berbeda jauh."

Aku ber-oh ria, cukup senang karena tebakanku tidak meleset.

"Kalau begitu Nona silakan melihat-lihat, saya harus kembali ke pos jaga."

"Terima kasih, Pak."

Sepeninggal sang polisi muda, aku berjalan seraya melihat-lihat berbagai macam bentuk bangkai mobil yang sudah tak karuan bentuknya karena kecelakaan. Mataku terus mencari dan mencari sampai akhirnya aku mendapati mobil sedan milik kedua orang tuaku terletak barisan ketiga dari jajaran bangkai mobil yang tersusun dengan sedemikian rupa itu.

Tanganku mengusap permukaan kap mobil yang sudah tidak mulus lagi itu, goresan-goresan dalam memenuhi mobil sedan tersebut pun dengan beberapa bagian body mobil yang penyok parah akibat benturan keras. Air mataku seketika lolos dari tempatnya membayangkan nasibku jika saja waktu itu aku tetap memaksakan kehendak untuk ikut bersama Mama dan Papa.

"Oh, Adaline? apakah kamu Adaline Winters?"

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!