Bab 12 : Keterikatan Benang Merah

"Sepertinya akan sangat lezat jika aku memakanmu, bagaimana menurutmu?"

Aku berjalan mundur berusaha memberi cukup jarak antara diriku dan Zayn namun pria itu malah terus memangkas jarak di antara kami.

Kakiku akhirnya tak lagi mampu melangkah mundur karena punggungku sudah bertemu dengan tembok, membuat senyum miring Zayn tersungging di wajahnya seraya mengunci diriku dengan kedua tangannya.

"Apa kau setuju jika aku memakanmu sekarang juga?" oh tidak, suara Zayn terdengar sangat rendah menyebabkan pipiku terasa panas serta bulu romaku meremang.

Sensasi apa ini?!

Wajah Zayn perlahan pasti menghapus jarak antara aku dan dia, tak ada pilihan lain yang bisa aku lakukan selain memejamkan mata dengan harapan aku tidak akan mati setelah ini.

Debaran jantung ini kian menggila tatkala aroma woody serta musk dari tubuh Zayn menyeruak masuk ke dalam indera penciumanku secara paksa tanpa permisi.

Kekehan Zayn terdengar renyah kemudian.

"aku berjanji kau akan sangat menyukainya."

Lidahku kelu, sungguh seluruh bagian tubuhku rasanya kehabisan energi begitu saja hingga aku bahkan tak mampu hanya untuk sekedar menggerakkan bibirku.

Sensasi mulas sekaligus menggelitik menyerang perutku membuat perasaanku kini semakin terombang-ambing tak karuan dibuai oleh pesona Zayn yang amat memabukkan.

Jemari kokoh Zayn lantas meraih daguku, menopangnya dengan lembut hingga akhirnya bibir kami benar-benar bertemu.

Bibir Zayn yang penuh itu terasa sangat manis serta lembut membuat ciuman pertamaku terasa begitu mendebarkan sekaligus nikmat.

Zayn memagut bibirku dengan begitu lembut serta hati-hati, seakan ciuman itu mampu membawaku terbang ke surga saking nikmatnya.

Aku jatuh meluruh di atas lantai karena lututku sudah sangat lemas tak mampu lagi menopang berat tubuhku saking luar biasanya kecupan yang diberikan oleh Zayn.

Bahkan aku tidak tahu apakah masih bisa hidup besok setelah kejadian yang sangat luar biasa yang tak pernah aku sangka ini.

Zayn berlutut menyamakan tingginya denganku, kembali melanjutkan aksinya yang namun sialnya aku malah menikmati setiap sentuhan lembut nan sensual yang dia berikan pada bibirku.

"Aku menepati janjiku bukan, Nona Winters?" tanya Zayn sambil mengusap bibir bawahnya yang lembab setelah melahap bibirku.

Sial. sekarang bibir itu membuatku kehilangan kewarasan!

Aku melotot. "apa sekarang kau puas setelah memakan seorang gadis tak berdaya?"

Zayn menyelipkan rambutku ke belakang telinga, menatapku intens dengan sepasang obsidian karamelnya yang bening.

"tidak. apa kau tahu? aku berusaha menahan diri agar tidak benar-benar memakanmu."

Aku yang kehabisan kata-kata hanya bisa tercenung memandangi wajah Zayn yang terlampau rupawan itu. Ah, sepertinya ciuman barusan sungguh menghilangkan akal sehatku!

Pria itu tergelak. "duduklah di sini sampai aku selesai memasak sepertinya kau betul-betul syok karena aku menciummu secara tiba-tiba."

"Lain kali lakukanlah dengan aba-aba," celetukku seraya memandangi punggung Zayn yang sudah beringsut menuju kompor.

"Apa katamu?"

Aku mendecak. "lupakan saja! aku tidak mengatakan apa-apa."

Lagi-lagi tawa renyah Zayn mengalun.

"ternyata gengsimu besar juga hahaha, tapi tanpa perlu kau beritahu juga aku sudah tahu bahwa kau sangat menikmatinya. baiklah aku akan melakukannya dengan aba-aba lain kali."

Sekali lagi aku yakin betul sekarang pipiku sudah semerah tomat dengan suhu sepanas api dari kompor yang dipakai Zayn untuk memasak di sana.

...****************...

Matahari sudah terlihat meninggi ketika aku selesai membantu Zayn merapikan koleksi tanaman tropisnya di halaman belakang mansion.

Entah dari mana semua koleksi tanaman tropis milik Zayn ini berasal namun semua tanaman itu sangat cantik serta terawat mengingat Zayn merupakan pria yang sangat rajin.

Meski matahari bersinar cukup terik namun suhu udara yang rendah karena masih dalam musim dingin tidak membuatku merasa kepanasan seperti biasanya.

"Nah, sudah selesai. sekarang waktunya pergi," ucap Zayn sembari meletakkan kembali peralatan berkebun di dalam gudang.

"Kau mau pergi ke mana?" aku bertanya sambil menyusun pot plastik kosong ke dalam rak penyimpanan.

Zayn menoleh padaku. "Kopenhagen, ada pekerjaan yang harus kulakukan untuk mendapatkan lebih banyak uang. kau mau ikut?"

Aku mengangguk. "tentu. sepertinya aku harus kembali ke rumah orang tuaku untuk mengambil beberapa barang."

"Ada?"

"Ya?"

"Ambil semua barang yang dikenakan oleh orang tuamu saat kejadian nahas itu terjadi."

"Untuk apa?"

Sorot mata Zayn berubah menjadi serius.

"lakukan saja. cepat, kita harus pergi karena sekarang kebetulan Paman dan Bibimu sedang pergi ke luar kota."

"Tapi aku tidak tahu dimana mereka menaruh kunci rumah," gumamku sembari melangkah masuk lewat pintu belakang mansion.

Zayn menepuk dahi mulusnya lalu tersenyum masam. "aku tahu bodoh itu gratis, tapi kau tidak perlu memborong semuanya!"

Aku yang tidak terima langsung mencubit perut Zayn. "apa katamu?!"

"Paman dan Bibimu itu adalah pasangan yang sangat ceroboh, mereka menaruh kunci rumah di fentilasi pintu utama."

Bibirku mengerut, membentuk huruf o.

"bagaimana bisa kau tahu?"

"Kau mau pergi sekarang atau terus mewawancarai aku?" tanya Zayn sinis sambil menanggalkan kaos oblong berwarna hitam yang tadi dikenakannya tanpa rasa bersalah.

Buru-buru aku memalingkan wajah, ini adalah adegan yang sangat berbahaya!

"Kau tidak perlu malu kalau ingin melihatnya aku sama sekali tidak keberatan kok," ejek Zayn yang sedang sibuk mengancingkan kemeja biru navy bermotif kotak-kotaknya.

"Aku heran kenapa Elf diciptakan dengan wajah terlalu rupawan namun otaknya tidak waras," cibirku sebal.

Zayn nampaknya sudah enggan berdebat, dia lantas menarik tanganku untuk keluar dari mansion bersama-sama.

"Hari ini kita naik motor karena aku harus bekerja beberapa kali dalam satu pekan di kota jadi aku membelinya," Zayn menuntunku ke sisi kiri halaman depan mansion, tempatnya menaruh motor di dalam sebuah garasi kecil.

"Lalu, apa kau punya SIM?"

Zayn merotasikan bola matanya. "apa kau lupa aku adalah seorang Elf?"

Mau bagaimana lagi? aku harus percaya bahwa Zayn dapat mengendarai motor dengan baik karena tidak punya pilihan lain.

Setelah puas memperdebatkan hal-hal tidak penting denganku, Zayn akhirnya melajukan motornya dengan kecepatan sedang keluar dari hutan. Zayn bilang sebenarnya ia ingin membeli mobil namun jalanan hutan yang tidak bagus tentunya tidak memungkinkan Zayn untuk dapat memiliki mobil. Satu-satunya pilihan yang ada hanyalah motor trail adventure yang kini kendarai.

Kali ini perjalanan keluar dari hutan tidak lagi terasa panjang, terlebih aku dan Zayn sejak tadi sibuk saling melontarkan lelucon hingga akhirnya kami tiba di rumahku.

"Ingat, ambil semua barang-barang yang dipakai oleh orang tuamu saat kejadian itu. aku akan menjemputmu kurang dari satu jam lagi," titah Zayn yang aku tanggapi dengan anggukan.

Selepas motor Zayn pergi, aku lantas masuk ke dalam pekarangan rumah.

Bermodalkan kursi tamu di teras aku berhasil menemukan kunci rumah yang tergeletak begitu saja di ventilasi udara pintu utama.

Tanpa membuang lebih banyak waktu aku masuk ke dalam rumah menuju kamar orang tuaku untuk mencari semua benda yang dipakai oleh keduanya di saat kejadian perkara.

Lemari demi lemari, kabinet demi kabinet aku telusuri guna mencari semua benda yang dimaksud oleh Zayn tadi, bahkan aku tidak sungkan masuk ke dalam kolong kasur atau meja untuk mencari benda-benda krusial tersebut.

"Oh, benda apa itu?" gumamku setelah menemukan sebuah kotak kayu berukuran sedang di dalam lemari pakaian.

Tanganku terulur untuk meraih kotak itu. Ya, kotak kayu berisi barang bukti serta berkas-berkas penting untuk kasus kecelakaan maut yang menewaskan kedua orang tuaku.

Aku memandang nanar foto Mama dan Papa dalam kotak itu. "aku bersumpah mereka tidak akan bisa hidup dengan tenang sampai kapan pun hingga ajal yang menjemput mereka."

Episodes
1 Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2 Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3 Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4 Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5 Bab 5 : Dingin nan Memukau
6 Bab 6 : Lara sang Beauty
7 Bab 7 : Night Changes
8 Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9 Bab 9 : Pasangan Winters
10 Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11 Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12 Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13 Bab 13 : Retrokognisi
14 Bab 14 : Langkah Baru
15 Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16 Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17 Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18 Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19 Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20 Bab 20 : Setitik Cahaya
21 Bab 21 : Tidak Mudah
22 Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23 Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24 Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25 Bab 25 : Petunjuk Baru
26 Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27 Bab 27 : Pencarian Baru
28 Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29 Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30 Bab 30 : Kejutan
31 Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32 Bab 32 : Kehidupan Baru
33 Bab 33 : Little Things
34 Bab 34 : Keadaan Genting
35 Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36 Bab 36 : Dunia Yang Asing
37 Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38 Bab 38 : Bertemu Para Elf
39 Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40 Bab 40 : Upacara Penobatan
41 Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42 Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43 Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44 Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45 Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46 Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47 Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48 Bab 48 : Keahlian Baru
49 Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50 Bab 50 : Pohon Wisteria
51 Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52 Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53 Bab 53 : Pulang
54 Bab 54 : Pergantian Musim
55 Bab 55 : Bersua Kembali
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Awal Kisah sang Beauty
2
Bab 2 : Kehidupan di Panti Asuhan
3
Bab 3 : Bertemu Dengan sang Elf
4
Bab 4 : Rasa Penasaran Yang Tidak Biasa
5
Bab 5 : Dingin nan Memukau
6
Bab 6 : Lara sang Beauty
7
Bab 7 : Night Changes
8
Bab 8 : Zayn dan Kopenhagen
9
Bab 9 : Pasangan Winters
10
Bab 10 : Langit Kelam Kopenhagen
11
Bab 11 : Hilangnya Kesabaran sang Beauty
12
Bab 12 : Keterikatan Benang Merah
13
Bab 13 : Retrokognisi
14
Bab 14 : Langkah Baru
15
Bab 15 : Langkah Menyingkap Tabir Kebenaran
16
Bab 16 : Bantuan Tak Terduga
17
Bab 17 : Birunya Langit Kopenhagen
18
Bab 18 : Saksi Bisu Peristiwa Pilu
19
Bab 19 : Menelisik Kembali Isi Dokumen
20
Bab 20 : Setitik Cahaya
21
Bab 21 : Tidak Mudah
22
Bab 22 : Api Asmara Yang Menggelora
23
Bab 23 : Cinta Zayn yang Manis dan Dingin
24
Bab 24 : Langkah yang Dipermudah
25
Bab 25 : Petunjuk Baru
26
Bab 26 : Pencarian Bukti Kuat
27
Bab 27 : Pencarian Baru
28
Bab 28 : Menyingkap Tabir Kebenaran
29
Bab 29 : Manisnya Buah Kesabaran
30
Bab 30 : Kejutan
31
Bab 31 : Menyatunya sang Beauty dan Elf
32
Bab 32 : Kehidupan Baru
33
Bab 33 : Little Things
34
Bab 34 : Keadaan Genting
35
Bab 35 : Berangkat ke Dunia Elf
36
Bab 36 : Dunia Yang Asing
37
Bab 37 : Kehidupan di Dunia Elf
38
Bab 38 : Bertemu Para Elf
39
Bab 39 : Pengharapan Besar Para Elf
40
Bab 40 : Upacara Penobatan
41
Bab 41 : Beralihnya Kekuasaan
42
Bab 42 : Ratu Manusia Pertama Bagi Para Elf
43
Bab 43 : Hari Kelahiran Sang Pewaris Tahta
44
Bab 44 : Eksekusi Pelaku Percobaan Kudeta
45
Bab 45 : Negeri Surga Yang Pulih
46
Bab 46 : Kehidupan Pasangan Kerajaan
47
Bab 47 : Perjalanan Menuju Desa
48
Bab 48 : Keahlian Baru
49
Bab 49 : Upacara Penyampaian Keluhan Rakyat
50
Bab 50 : Pohon Wisteria
51
Bab 51 : Liburan Hari Pertama
52
Bab 52 : Liburan Hari Kedua
53
Bab 53 : Pulang
54
Bab 54 : Pergantian Musim
55
Bab 55 : Bersua Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!