CYT 20

"Hari ini benar - benar lelah." celetuk Aldi setelah merapikan barang - barangnya.

"Sama Al, aku juga. Kita cari makan dulu yuk? Kebetulan istri Pak Broto masak banyak," ajak Aldi yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Pak Broto.

"Ayo mari, sini - sini kita makan malam. Mumpung masak banyak istriku." pinta Pak Broto pada Tio dan Aldi yang memang sudah menganggap mereka seperti anak sendiri.

Tio, Aldi mengambil nasi dan juga lauk ke piring mereka masing - masing. Mereka semua makan dengan santai dan suasana rumah menjadi ramai sejak kehadiran Tio dan Aldi.

Selesai makan, Bu Broto mengambil piring kotor, nasi dan juga lauk pauk bergantian untuk di letakkan di dapur.

Sedang Pak Broto mengajak Tio dan Aldi duduk di teras bersama teman - teman Pak Broto yang lain.

* * *

Keesokan harinya, Pak Broto telah bangun pagi - pagi untuk apel rutin setiap hari mau berangkat kerja.

Semalam Pak Broto telah memberi tahu kepada para anggotanya untuk mengumpulkan persyaratan kerja di Perusahaan tersebut. Hari ini, persyaratan itu telah sampai di meja Asisten Kepala yang datang di saat hari masih gelap pukul 5 pagi.

Tio dan anggota baru yang lain telah siap untuk bekerja hari ini dan banyak anggota yang berdiri antrian untuk absen. Untuk anggota baru terpaksa mendaftar terlebih dahulu di kantor besar agar di data. Semalam Pak Broto telah memberi tahu perihal tersebut, juga Tio dan Aldi telah membeli sepatu boot untuk bekerja di lahan sawit itu.

"Tio, baru kali ini aku bekerja pagi sekali dan pukul 5 sudah apel diberi ceramah panjang kali lebar. Semoga aku betah disini Tio, belum lagi waktu mandi lihat airnya berasa bergidik aku." ujar Aldi berbisik disamping Tio yang mendengar Asisten Kepala berbicara.

"Apapun itu, tetaplah semangat bekerja Al. Demi masa depan lebih baik." sahut Tio lirih.

Setengah jam berlalu, apel telah usai. Asisten Kepala dan mandor berkumpul di kantor untuk membahas laporan di beberapa wilayah sawit. Sedang anggota sudah berjalan kaki ke beberapa wilayah yang telah di bagi para mandor.

Tio dan Aldi bergabung dengan kelompok Pak Broto karena Pak Broto adalah anggota berondol sawit, jadi itu pekerjaan yang ringan tapi juga berat bagi yang lainnya karena pertama kali bekerja di sawit.

"Baiklah, untuk Tio dan Aldi ikuti saya dan akan aku ajari cara mengambil berondol sawit yang jatuh di bawah. Untuk yang lain bergabung dengan Pak Boncel karena beliau sudah lama disini dan akan mengajari kalian. Silahkan bekerja dan semangat." kata Pak Broto menyemangati anggotanya.

"Oh ya, untuk nanti anggota baru ikut saya ke kantor besar pukul 9 pagi untuk di data lebih lanjut," seru Pak Broto.

"Siap Pak," sahut kompak semua orang.

Pekerjaan pun di mulai, awalnya Tio kesusahan dalam mengambil berondol tersebut begitu pula Aldi. Akan tetapi tak lama, Tio pun cepat belajar dalam hal dasar tersebut dan membuat Pak Broto tersenyum.

"Tio, Aldi ayo ikut saya ke kantor besar naik kapal, yang lain sudah menunggu di depan sana." ujar Pak Broto memberitahu.

"Baik Pak Broto."

Keduanya mengikuti Pak Broto dari belakang, sepuluh menit berjalan akhirnya sampai di depan kapal yang mengangkut banyak orang untuk dibawa ke kantor besar.

Sampai di kantor besar, Pak Broto mengawali anggotanya untuk masuk ke dalam kantor tersebut. Melakukan pendataan dan absen di fingerprint di kantor besar, kini Tio dan yang lainnya telah terdaftar sebagai anggota di Perusahaan Sawit tersebut walau masih anggota lepas.

Setelah mendaftar, Pak Broto pun berpamitan kepada orang - orang di kantor dan banyak yang mengenal Pak Broto karena kepribadiannya yang supel dan rendah hati itu.

Kini, mereka semua kembali ke tempat kerja masing - masing dengan menaiki kapal kembali dengan hati gembira karena telah diterima bekerja di Perusahaan Sawit.

Beberapa jam berlalu, tak terasa matahari sudah meninggi di atas kepala Tio. Perut Tio berbunyi tanda sudah lapar karena sejak pagi memang Tio belum makan. Hal itu tentu membuat dirinya terkejut karena baru pertama kali bekerja.

"Ayo sudah waktunya istirahat makan siang." seru Pak Broto memberitahu para anggotanya yang lain.

Pak Broto mendekati Tio dan Aldi yang sedang istirahat di bawah pohon sawit.

"Kalian tidak makan siang?" tanya Pak Broto menghampiri keduanya.

"Tidak bawa bekal Pak dan kami belum sempat sarapan tadi pagi." sahut Aldi yang terduduk lemas bersandar di pohon dengan memejamkan matanya.

"Kenapa kalian tidak bilang kalau belum sarapan pagi!" kata Pak Broto kaget.

"Baiklah, mumpung saya bawa bekal banyak kalian bisa makan siang. Untuk besok jangan lupa bawa bekal sendiri." timpal Pak Broto mengeluarkan bekal makan siangnya dan membagikannya bersama Tio dan Aldi.

Tio dan Aldi dengan malu - malu mengambil kertas minyak yang dibawa Pak Broto lalu mengambil nasi dan lauk. Keduanya makan dengan lahap dan dalam hati Tio berkata, "Mulai besok aku tidak ingin merepotkan Pak Broto lagi, nanti malam aku ingin bicara dengan Pak Broto dan istrinya perihal hal ini." ucapnya dalam hati.

Selesai makan siang, Pak Broto kembali melanjutkan pekerjaannya dan disusul Tio juga Aldi yang hanya membawa botol minuman untuk mencuci tangan.

Pekerjaan kembali dilakukan oleh Tio dan Aldi. Keduanya sesekali mengobrol sambil mengambil berondol sawit yang jatuh untuk ditimbang dan dibawa ke kantor divisi.

Hari sudah sore, tanda pekerjaan telah usai. Pak Broto memanggil Tio juga Aldi untuk kembali pulang kerumah.

"Akhirnya sudah waktunya pulang kerja. Haah...rasanya pinggangku mau patah duduk dan berdiri mengambil berondolan." keluh Aldi yang pertama kalinya bekerja kasar seperti ini.

"Jangan banyak ngeluh Al, kerja itu dijalani dan dinikmati. Kita gak tahu kedepannya kayak gimana." tutur Tio menyemangati Aldi dalam bekerja.

"Tiap orang beda - beda Tio, sebelumnya pekerjaanku gak seberat ini walau gaji pas - pas an." ujar Aldi kembali mengingat pekerjaannya di kota dulu.

"Iya aku tahu Al, yang penting jalani saja dulu pekerjaan ini." timpal Tio merangkul Aldi sambil berjalan menuju rumah Pak Broto.

Jarak tempat mess karyawan dan lahan sawit sangat dekat. Semua tergantung dimana kita ditempatkan di wilayah lahan sawit mana. Disitulah letak ujian terberat kita, lahan sawit terletak di sebuah pulau dikelilingi lautan dan juga binatang buas yang siap menerjang kita kapan saja.

"Kita mampir di kantor divisi dulu untuk absen." ujar Pak Broto yang berdiri di depan kotak fingerprint yang menyala hijau itu kemudian disusul oleh anggota lain yang baru saja pulang kerja, antrian absen pun terjadi karena semua orang pulang kerja dengan peluh keringat di sekujur tubuh mereka.

Terimakasih sudah mampir ke karyaku. Selamat Membaca 😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!