Di tempat berbeda, Feni gelisah beberapa hari ini karena tak melihat kekasihnya lagi. Berkali - kali menghubungi Tio nyatanya tak pernah aktif lagi dan selalu di luar jangkauan.
"Mungkinkah Mas Tio mengganti nomer ponselnya? Tapi kenapa?" gumam Feni bertanya pada dirinya sendiri.
"Lebih baik sepulang sekolah aku mampir ke tempat kerjanya Mas Tio." gumamnya lagi dan melanjutkan membaca buku di perpustakaan.
Beberapa jam berlalu, akhirnya jam pelajaran telah usai. Feni segera berlalu dari kelas serta berpamitan kepada teman - temannya karena sesuatu hal.
Feni pulang naik angkot dari sekolah ke rumahnya dan meminta Pak sopir menurunkannya di bengkel Pak Eko.
"Permisi, apakah Mas Tio ada?" tanya Feni yang berdiri di depan etalase peralatan bengkel dan kebetulan Reno yang berada di toko bengkel tersebut.
"Mencari Mas Tio ya? Nama Mbaknya siapa?" bukannya menjawab, Reno malah balik bertanya.
"Namaku Feni Mas. Mas Tio nya ada?" tanya Feni kembali seraya celingukan kana kiri berharap bertemu kekasihnya itu.
Reno tampak ragu menjawab, namun belum menjawab Sandi datang dari belakang dan mendengar percakapan mereka.
"Tio sudah tidak bekerja lagi disini sejak empat hari yang lalu." kata Sandi meletakkan barang dari gudang dan merapikan di rak - rak.
"Apa! Sudah empat hari tidak bekerja disini. Lalu kemana Mas Tio pergi. Tolong katakan padaku?" pinta Feni memohon pada teman kerja kekasihnya itu.
"Tio pergi mencari kerja keluar jawa di Riau." jawab Sandi yang masih menata barang bengkel disusun rapi di etalase maupun rak.
"APA! Keluar Jawa di Riau!" kaget Feni menjawab mendengar kekasihnya pergi tanpa memberitahu yang sebenarnya.
Feni pergi dari bengkel tanpa berpamitan kepada Reno dan Sandi lalu berjalan gontai serta mencari tukang ojek terdekat untuk pulang dan menumpahkan rasa sedih dan kecewanya pada Tio.
Reno dan Sandi hanya bisa terdiam membisu dan merasa kasian akan kekasih Tio tersebut.
"Kasian juga ya San, ditinggal pas sayang - sayange." tukas Reno ikut merasakan sedih di wajahnya.
"Mau bagaimana lagi, namanya juga orang pacaran ya begitu ada aja rintangannya. Kalau gak putus secara sepihak ya bisa jadi LDR an." ujar Sandi melanjutkan pekerjaannya.
"Cinta memang rumit yo San." celetuk Reno seraya tertawa nyengir. Sandi pun ikut tertawa dan tak mau membayangkan hal rumit jika berpacaran.
Di rumah, Feni sepulang sekolah langsung masuk ke kamar tanpa menyapa Ayah dan Ibunya yang berada di ruang tamu.
Hati Feni hancur dan sakit karena ditinggal pergi kekasihnya bekerja di Riau. Kecewa pasti, karena Tio tidak memberitahu perihal kepergiannya itu sejak terakhir kali bertemu di pasar malam waktu itu.
"Mas Tio, kamu jahat...kamu jahat! Kenapa kamu tega padaku. Apa salahku Mas!" gumam Feni diiringi isak tangis yang teredam di bawah bantalnya itu.
"Bahkan kamu tega mengganti nomor ponselmu. Kamu jahaaaat Mas Tio." Feni menahan teriakan suaranya di bawah bantal agar tidak terdengar oleh orang tuanya.
"Berarti pertemuan kita kemarin di pasar malam adalah terakhir kali kita bertemu dan kamu tak mengucapkan sepatah katapun padaku Mas." lirih Feni berucap dan kembali menangis lagi mengingat pertemuannya dengan kekasihnya itu.
Perasaan yang sempat membuat hati Feni gelisah saat menatap wajah kekasihnya yang diam tak tersenyum terjawab sudah dan kini Feni hanya bisa menyesalinya kenapa perasaan itu ditepisnya jauh.
Feni memukul bantal dan guling berkali - kali untuk meluapkan rasa kecewa dan emosinya terhadap kekasihnya itu. Feni terus menangis hingga tak terasa dirinya tertidur sampai sore hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Adama Askara
huaa huuaaa 😩
2023-07-23
1
⏤͟͟͞R • Hapsari
waaah kasian banget tuuuuh nasib bantal guling yang jadi sasaran bogem bin tinjuan dari Feni
2023-01-21
1
⏤͟͟͞R • Hapsari
maaf Ayah...Ibu....bukannya Feni gak mau menyapa tapi saat Feni masuk, Feni seakan-akan tak melihat kalian ada di sana karena yang ada di pelupuk mata Feni hanya bayangan wajah Tio aja seeeh ✌️✌️✌️
2023-01-21
1