Seperti janji Leman bahwa akhir pekan ini ia akan pulang ke rumah Rosita maka selesai mengajar, Leman langsung menancap gas menuju kediaman Rosita. Iklima hanya tersenyum saat mendapat pesan dari dari orang suruhannya yang mengatakan jika mobil Leman terlihat meninggalkan kabupaten mereka.
“Kamu ingin menunjukkan ketulusanmu, bukan? Maka aku akan melihat sejauh mana ketulusan yang kau agungkan itu!” batin Iklima melihat foto mobil Leman meninggalkan perbatasan kabupaten menuju kabupaten sebelah.
Dua jam kemudian, mobil Leman memasuki rumah namun rumah dalam keadaan kosong. Lelah memanggil akhirnya Leman menghubungi Rosita namun ternyata istri barunya itu justru tidak menjawab panggilannya. Leman memilih mengambil kunci cadangan yang ditempatkan oleh Rosita di bawah salah satu pot bunga di depan rumahnya.
Hari sudah malam tapi Rosita belum juga pulang hingga membuat Leman menahan marah apalagi ponselnya kali ini justru mati. Jam sembilan malam, suara mobil berhenti di depan rumah menyita perhatian Leman. Pria itu langsung ke luar dan melihat yang turun dari sana adalah istrinya. Pengendara mobil itu membuka kaca jendela lalu mengangkat sebelah tangan kepada Leman sebagai pertanda salam.
“Kalian tidak mampir dulu?” tanya Rosita basa-basi.
“Tidak, Ros. Kami langsung pulang ya! Bang, kami pamit dulu.” Ucap si pengendara mobil berjenis kelamin pria itu. Leman hanya mengangguk tapi wajahnya sangat masam. Begitu mobil temannya meninggalkan rumah, Rosita bergegas menghampiri sang suami yang sudah berkacak pinggang dengan tatapan tajam menghujamnya.
“Dari mana kamu jam segini baru pulang? Istri macam apa jam segini baru ingat rumah? Apa kamu tidak sadar sudah menjadi istriku? Apa karena aku tidak di rumah makanya kamu bebas berkeliaran dan bergaul dengan pria lain di belakangku?” Rosita terkejut sekaligus tidak menyangka jika Leman akan bereaksi seperti ini apalagi Leman juga menepis tangannya saat Rosita ingin mencium punggung tangan tersebut.
“Bang!” lirih Rosita.
“Kenapa? Apa perkataanku benar, Rosita?”
“Tidak, Bang. Aku pikir Abang tidak pulang makanya aku mengikuti ajakan teman-temanku keluar. dan pria itu salah satu temanku juga. Maafkan aku, Bang. Hpku juga mati habis baterai. Abang sudah lama pulang? Sudah makan? Bagaimana kalau kita makan di luar saja?”
“Abang tidak lapar!” Leman memutuskan masuk ke dalam lalu merebahkan badannya di kasur. Rosita memariksa dapurnya lalu mendapati jika suaminya baru selesai memakan mis instan.
“Aku beli nasi bungkus saja ya, Bang!” Leman tidak menjawab. Rosita langsung mengendarai motornya meninggalkan Leman di kamar.
Uhuk…uhuk…
Leman terbangun untuk mengambil minum karena tenggorokannya kembali gatal. Rosita membawa dua bungkus sate padang lalu ia menaruh dalam dua piring dan meletakkan di atas meja makan.
“Ayo, kita makan dulu!” ajak Rosita lembut.
Rosita meletakkan piring di depan Leman yang sedang menahan batuk. “Abang merokok lagi?”
“Iya, kenapa?” Jawab Leman ketus.
“Makan dulu yok!” Ajak Rosita lembut. Ia tidak mau membuat Leman semakin marah karena larangannya.
Semakin lama batuk Leman semakin parah bahkan ia kembali merasa nyeri di dadanya. Tidur keduanya pun tidak tenang karena semakin malam batuk Leman semakin mengganggu. Rosita bangun lalu membuatkan air hangat untuk suaminya. “Minum dulu, Bang!” Leman menerima lalu menandaskan tapi tenggerokannya semakin gatal.
“Kita ke apotik saja, bagaimana?” tanya Rosita.
Akhirnya, Rosita membawa Leman ke apotik 24 jam. Setelah mendapatkan obat yang sesuai dengan keluhan, mereka kembali ke rumah dan Leman langsung meminum obat tersebut. Hanya dua jam waktu Leman bisa tertidur nyenyak karena setelah itu dia kembali batuk. Rosita yang kelelahan di siang hari ketika keluar dengan teman-temannya kembali harus terjaga saat Leman membangunkannya.
Dengan mata yang sulit terbuka, Rosita berusaha bangun lalu mengambil kembali obat untuk Leman. “Apa tidak apa-apa kalau diminum lagi? Kan baru dua jam yang lalu Abang meminum obat ini?”
“Abang tidak tahan. Mata juga mengantuk sekali.” Ucap Leman lalu kembali meminum obat tersebut hingga keduanya terlelap dan melewatkan salat subuh. Jam sepuluh pagi Rosita terbangun itupun karena suara dering ponselnya.
“Hallo,”
“Ros, kamu baru bangun tidur?”
“Kenapa, Kak?”
“Kamu lupa kita ada janji keluar?”
“Aduh, Kak. Aku lupa dan hari ini aku tidak bisa ikut. Bang Leman ada di rumah.”
“Oh, baiklah kalau begitu. Lanjut saja kalau begitu. Bye…”
Rosita langsung meletakkan ponselnya lalu matanya kembali terlelap sampai azan zuhur berkumandang. Leman terbangun dari tidurnya karena batuk kembali dan Rosita pun ikut terjaga.
“Bang, aku telat bangun. Kita makan nasi bungkus saja ya!” Leman mengangguk lalu Rosita kembali keluar untuk membeli nasi bungkus.
Rosita mulai khawatir dengan kondisi suaminya karena batuknya dirasa semakin parah. “Kata Bang Leman kemarin dia baik-baik saja. Apa dia sedang berbohong? Tapi saat kami bicara, dia tidak pernah batuk?”
“Kak, pakai lauk apa?”
“Kak!” Rosita terkejut saat salah satu penjaga warung memanggilnya.
Selama perjalanan pulang dan sampai di rumah, Rosita terus memperhatikan kondisi suamiya. Batuk Leman hanya berhenti sekitar dua jam setelah minum obat. “Sebelum pulang kemari, apa Abang juga batuk seperti ini?”
“Tidak! Abang juga bingung kenapa Abang bisa batuk seperti ini.”
“Em, Bang!” Leman menatap istrinya.
“Bagaimana kalau kita periksa ke pengobatan tradisional?” kening Leman berkerut.
“Tempat di mana orang-orang bisa mendapatkan obat dari hasil alam bukan bahan kimia seperti ini. Aku takut karena Abang terus saja meminum obat itu dala waktu dua jam sekali.” Leman tampak berpikir kemudian menganggukkan kepala.
Setelah menyelesaikan makan siang, mereka sepakat mendatangi tempat pengobatan tradisional. Seorang pria tua di tempat pengobatan itu membaca doa-doa lalu meniupkan dalam air mineral yang Rosita bawa seraya menatap Leman dan Rosita bergantian. Insting Rosita mengatakan ada yang lain dari tatapan Mbah tersebut namun ia tidak bisa menanyakan hal itu.
“Jadi saya kenapa bisa batuk begini ya, Mbah?” tanya Leman tanpa di sadari olehnya kepala Rosita menggeleng pelan menatap Mbah tersebut.
“Pengaruh angin dan udara serta perubahan cuaca yang membuat banyak orang mengalami hal serupa. Ini airnya diminum sekarang juga boleh supaya gatalnya tidak kambuh. Saya sarankan untuk menghentikan obat rumah sakit terlebih dahulu biar jelas yang mana yang cocok. Apa obat dari saya atau obat dari rumah sakit.”
“Baik, Mbah. Terima kasih.”
“Lebih bagus lagi kalau mengurangi merokok.” Ucap Mbah tersebut lalu kembali menatap Rosita. Suami istri itu pergi meninggalkan tempat pengobatan. Dan benar saja jika batuk Leman tidak kambuh lagi setelah meminum air mineral tersebut.
“Dek, Abang pulang besok pagi-pagi sekali ya!” ucap Leman merebahkan diri di pangkuan Rosita. Jari jemari Rosita bermain indah di kepala suaminya. Sudah lama mereka saling menahan rindu dan saat pulang kemarin sampai semalam mereka belum bermesraan layaknya orang saling merindu akibat batuk yang Leman rasakan.
“Apa yang aku takutkan sepertinya sudah terjadi.”
***
Nah.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments