Iklima serius dengan rencananya. Ia bergegas memasuki rumah begitu sampai menjelang sore hari. Hal pertama yang Iklima cari adalah keberadaan suaminya tapi nihil. “Ayah di rumah Nenek sama Arif.” Ucap Andi yang baru keluar dari kamarnya.
Iklima langsung memasuki kamar lalu mengeluarkan sesuatu dalam tasnya. Bubuk obat tidur yang sudah ia giling di rumah sakit tadi langsung dibawa ke dapur dan setelah menyimpan obat tersebut di tempat yang tersembunyi. Iklima kembali ke kamarnya dan menjelang magrib baru keluar bertepatan dengan kepulangan Leman dari rumah orang tuanya.
Iklima memanaskan lauk pauk untuk makan malam anak dan suaminya. Lalu ia juga membuat jus untuk anak-anaknya. Seperti biasa tapi ada yang berbeda malam ini. Iklima yang biasanya tidak pernah membuat kopi untuk Leman kali ini secangkir kopi ikut tersaji di meja ruang keluarga tempat anak-anaknya berkumpul setelah makan malam.
Leman mengerutkan kening begitu juga dengan anak-anaknya karena baru kali ini rumah mereka terlihat tenang dan sesuatu yang langka telah terjadi yaitu ibu mereka dengan kerelaan hatinya membuat secangkir kopi untuk ayah mereka. Malam ini wajah ibu mereka juga terlihat berbeda. Sepanjang makan malam, Iklima terlihat bahagia dan tidak hentinya tersenyum dan berkata lembut pada anak-anaknya termasuk pada ayah mereka.
“Coba cicipi dulu, Bang!” ucapnya lalu duduk di dekat Leman.
Tanpa curiga walaupun merasa aneh terhadap tingkah istrinya, Leman tetap mencicipi kopi buatan istrinya. Sementara anak-anak mereka melirik satu sama lain penuh rasa penasaran. Satu jam kemudian, obat tidur yang terdapat dalam kopi itu mulai bereaksi. Leman terus menguap padahal ini baru jam sembilan. Biasaya ia tidur jam sepuluh atau sebelas malam tapi malam ini entah kenapa dia begitu mengantuk.
“Rif, ayo tidur!” ajaknya pada sang putra.
“Arif belum mengantuk, Yah. Sebentar lagi.”
“Ayah mengantuk sekali ini. Ayo tidur sekarang saja.”
Arif yang penurut akhirnya pergi menyusul ayahnya lalu Iklima ikut menyusul ke kamar putranya. Iklima tersenyum hampir tidak terlihat saat melihat Leman langsung tertidur sementara Arif langsung menuju kamar mandi untuk menggosok gigi. Saat itulah, Iklima langsung mengambil Hp suaminya yang masih tersimpan di saku celananya tanpa sepengetahuan Arif.
Arif kembali ke kamarnya lalu menatap sang ibu sekilas kemudian naik ke tempat tidur lalu merebahkan diri di samping sang ayah. Iklima langsung keluar dari kamar putra bungsunya begitu mendapat tujuannya. Sesampai di kamar, Iklima langsung membuka ponsel dan ternyata ponsel Leman dikunci menggunakan pola. Iklima kembali mendesah karena tujuannya gagal. Dengan begini bagaimana ia mendapatkan nomer Hp selingkuhan suaminya.
Sementara di kabupaten yang berbeda lebih tepatnya di kediaman Rosita. Wanita itu tengah menanti pesan dari suaminya karena di jam segini biasanya Leman akan mengiriminya pesan atau telepon walaupun sebentar karena biasanya Leman akan pergi ke rumah orang tuanya walau sebentar tapi malam ini tiba-tiba Leman tidak memberinya kabar.
Rosita memilih berselancar di dunia maya untuk menghilangkan kesedihan dan rasa kesepiannya terhadap Leman.
“Bang, Hp Ayah dipasang pola. Mamak tidak bisa membukanya.” Iklima mengirim pesan untuk putra sulungnya.
“Gak ada cara kalau begitu, Mak.” Balas Agus.
“Orang yang Mamak suruh ikuti Ayah bagaimana?”
“Kemarin dia tidak bisa. Mungkin minggu ini.”
“Ya sudah tunggu kabar dari dia saja. Yang pasti kali ini jangan sampai Mamak kehilangan jejak Ayah.”
“Iya, pokoknya minggu ini kita harus berhasil membongkar perselingkuhan Ayahmu.”
Setelah berbalas pesan dengan Agus, Iklima merebahkan dirinya di atas ranjang yang sudah lama dingin seperti hubungannya dengan Leman. Iklima mengingat-ingat masa lalu mencoba mencari akar permasalahan yang menimpa pernikahannya tapi lelah dia berpikir namun tidak juga menemukan titik temu.
“Ada apa dengan pernikahanku? Kenapa sampai seperti ini? Apa yang salah denganku dan Bang Leman?" Iklima bermonolog sendiri.
“Aku sudah menjaga diriku bahkan tubuhku luar dalam sudah kubenahi tapi kenapa setiap melihat Bang Leman, aku selalu curiga dan marah-marah? Apa yang salah dengan pernikahanku? Aku menjaga tubuhku dengan baik, berdandan bahkan bagian intimku jauh dari bau ikan asin maupun terasi. Gigiku juga tidak berkarang dan mulutku juga tidak bau. Lalu apa yang menjadikan hubunganku dengan Bang Leman seperti neraka?” Iklima berpikir keras hingga terlelap.
Di tengah malam saat semua orang terlelap, Iklima jutsru terbangun dengan keringat sebasar bulir jagung di keningnya. Nafasnya naik turun mengingat apa yang baru saja dilihat dalam mimpinya.
“Tidak mungkin! Ini hanya mimpi! Aku tidak akan percaya pada hal-hal seperti ini.”
Malam itu Iklima mencoba memejamkan mata kembali tapi sayangnya kilasan mimpi tersebut terus berputar di otaknya. Iklima keluar dari kamar untuk mengambil air minum di kulkas. Entah kenapa setelah bermimpi, ia merasa sangat haus saat ini.
Keesokan harinya, keanehan sikap Iklima kembali membuat Leman dan ketiga anaknya bertanya-tanya. Bagaimana tidak merasa aneh jika ibunya yang biasa marah-marah kini diam.
“Mamak kenapa, Yah?” tanya Andi saat Leman mengantar mereka ke sekolah.
“Iya, Yah. Dari semalam sikap Mamak aneh.” Sahut Ayu.
“Mamak tidak marah-marah kalian malah penasaran. Giliran marah-marah kalian justru mengeluh. Jadi yang benar bagaimana?” gurau Leman pada kedua anaknya.
Sementara di rumah, orang tua Leman juga ikut penasaran dengan perubahan tingkah Iklima saat mengantar anak bungsunya ke rumah mereka. Tanpa banyak bicara, Iklima meninggalkan Arif yang langsung berlari ke dalam rumah neneknya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, Iklima langsung bergegas menuju mobilnya. Dengan kecepatan sedang, Iklima melajukan mobilnya dan kali ini arah perjalanannya bukan menuju ke rumah sakit melainkan ke sebuah pemakaman umum yang terletak si sebuah kampung. Iklima turun dari mobilnya yang ia parkir di depan pintu masuk lalu berjalan kaki menuju sebuah makam.
“Apa kabarmu? Kenapa tiba-tiba kau mendatangiku semalam? Berhentilah! Leman sudah memilih wanita lain bukan aku maupun kamu. Posisi kita sekarang sama. Wanita itu sudah menang melawanku. Dia sudah merebut Leman dariku dan sepertinya kau bahagia melihatku menderita, bukan? Aku yakin ini yang kau inginkan. Kehancuran rumah tanggaku adalah kebahagian dan ketenanganmu di dalam sana. Aku tidak menyangka jika kau yang sudah mati masih memikirkan suamiku. Terima saja takdirnya kalau Bang Leman memang ditakdirkan menjadi suamiku. Baiklah, aku mau kerja dulu dan setelah ini lebih baik jangan pernah menggangguku lagi!” Iklima berjalan meninggalkan kuburan itu dengan hati bahagia.
Iklima merasa menang setelah mengancam pemilik kuburan itu. Sudah lama dia tidak pernah bermimpi tentang pemiliki kuburan itu hingga semalam sosok itu kembali mengganggunya.
“Jangan harap akan melihat penyesalan dariku karena kamu sendiri yang bodoh.”
***
Jangan lupa beri bintang dan favoritkan ya...terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Dhasanty Nurma
ada cerita tersembunyi di lklima...makin penasarn😍
2022-12-10
0
Aida Fitriah
aku ga suka iklima tapi aku jg tidak membenarkan leman🙃🙃🙃🙃
2022-12-09
0
Herlina Eryna
lanjut kak penasaran nih💪
2022-12-09
0