Kebencian Iklima dan Agus semakin menjadi setelah ditampar di depan orang ramai oleh kakek dan ayahnya hanya karena Rosita.
Sebulan telah berlalu dan Leman semakin sering berkunjung ke rumah Rosita. Apalagi selama seminggu ini, Leman sakit lalu memutuskan untuk tinggal di rumah Rosita. Pihak sekolah tempatnya mengajar sudah diberitahukan melalui saluran telepon.
“Kita ke rumah sakit saja ya, Bang?” Tanya Rosita karena sudah seminggu tapi Leman tak kunjung membaik walaupun sakitnya juga tidak parah. Leman mengeluh nyeri dada dan batuk. Rosita sudah membawa Leman ke klinik dan sudah mendapat obat tapi batuknya tidak kunjung reda hingga membuat Rosita gusar.
“Untuk sementara, Bapak tidak boleh merokok dulu. Kalau bisa untuk ke depannya juga tidak merokok lagi karena batuk dan nyeri dada ini akibat Bapak merokok.” Tutur seorang dokter di klinik saat itu.
Apa yang dokter itu ucapkan sama sekali tidak berpengaruh pada Leman. Walaupun batuk dan nyeri dadanya sudah berkurang. Ia tetap merokok hingga membuat Rosita merepet setiap kali melihat suaminya merokok.
“Orang meninggal itu karena ajal bukan karena rokok. Si Wan penjual ayam kemarin meninggal padahal dia tidak merokok. Umurnya juga lebih muda dari Abang.” Ujar Leman tiap kali mendengar Rosita merepet.
“Iya tapi rokok ini salah satu penyebabnya. Adek kan tidak minta Abang berhenti sekaligus tapi usahakan pelan-pelan. Lama-lama Abang akan terbiasa tanpa rokok.”
“Iya nanti Abang usahakan.”
Perdebatan kecil itu selalu terjadi setiap hari selama seminggu sampai kondisi Leman mulai membaik dan ia memutuskan untuk kembali ke rumah istri pertamanya.
“Abang pulang dulu. Kamu baik-baik di rumah ya! Kalau ada apa-apa kabari Abang!”
“Iya. Abang juga. Kalau tidak sanggup mengemudi langsung berhenti saja buat istirahat.”
“Iya.”
Rosita mencium tangan dan wajah suaminya. Pria yang sudah seminggu ini bersamanya melalui hari-hari yang panjang untuk mereka dengan segala tantangan dan permasalahan. Laporan Iklima telah naik ke kantor kepegawaian. Leman sudah menghadiri panggilan dari kantor sementara Rosita belum. Ia terkesan mengabaikan panggilan tersebut.
Masalah yang Rosita hadapi tidak berhenti sampai di situ. Dia juga harus berhadapan dengan anak sulung Leman. Agus kerap menelepon lalu mencacinya dan Rosita juga membalas Agus hingga kemarahan dan kebencian Agus semakin menjadi.
Sementara Iklima baru saja kembali dari kediaman Nek Yem. Wajahnya berseri-seri setelah rencananya mulai menampakkan hasil.
Sesampainya di rumah ia dikejutkan dengan kepulangan Leman di kediaman mereka. Leman yang sedang makan dengan lahap seperti orang kelaparan mengabaikan Iklima yang baru masuk ke ruang makan.
Sebuah senyum tak kasat mata tersungging di bibir Iklima melihat suaminya begitu menyukai makanan yang ia masak. Sebelum pergi, Iklima sudah menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya terlebih dahulu. Ia tidak menyangka ternyata suaminyalah yang melahap makanan itu pertama kali.
“Kamu tidak dikasih makan istri barumu, Bang?” tanyanya mendudukkan diri di samping suaminya.
Semenjak ketahuan oleh Iklima, Leman tidak lagi menyembunyikan hubungannya dengan Rosita. Walaupun begitu, Leman tidak mengizinkan Rosita ke rumah orang tuanya. Ia tetap menjauhkan Rosita dari Iklima.
Setelah menghabiskan makanannya, Leman langsung pergi ke rumah orang tuanya. Di sana, ia bebas berkomunikasi dengan Rosita sambil merokok.
“Abang sudah sampai? Sudah makan? Bagaimana dadanya? Masih nyeri? Jangan merokok lagi ya!” Rosita memberondong Leman dengan berbagai pertanyaan hingga Leman menjauhkan sedikit Hp dari daun telinganya.
“Abang baru selesai makan, kamu sendiri sudah makan? Dada Abang baik-baik saja bahkan tidak terasa nyeri sedikit pun.” Ujar Laman.
“Abang jangan bohong. Aku tidak akan percaya. Tidak usah disembunyikan kalau memang sakit, Bang. Kita ini manusia, wajar jika sakit.”
“Abang tidak bohong, Sayang. Abang malah sehat sekali sampai makan saja pakai tambah.”
“Berarti masakan Kak Iklima memang seenak itu sampai Abang tambah nasi.” Ada getir yang tersembunyi dari balik kata yang Rosita keluarkan.
Mereka berbicara sekitar 20 menit karena Leman mengantuk setelah perjalanan panjang nan melelahkan dari kabupaten sebelah. Leman tertidur di salah satu kamar yang ada di rumah orang tuanya. Sementara di rumahnya, Iklima kembali menuangkan air mineral dari dalam botol ke dalam galon dispenser seraya menyeringai.
“Kamu akan tahu rasanya dicampakkan, wanita murahan.” Setelah salat asar, Leman kembali ke rumahnya. Di atas meja makan sudah tersaji kolak lezat nan menggiurkan hingga Leman langsung mengambil sendok dan piring lalu memakan kolak tersebut dengan lahap.
Di balik pintu, Ayu dan Andi sama-sama terkejut melihat ayah mereka yang memakan makanan seperti orang kelaparan bertahun-tahun.
“Apa wanita itu tidak memberikan Ayah makanan sampai seperti orang kelaparan begitu?” bisik Ayu pada Andi.
Setelah kenyang, Leman berjalan ke kamar anaknya sampai tidak sadar ia kembali tertidur. Dan selama dua minggu Leman terus seperti itu hingga menimbulkan kecurigaan di hati Rosita karena Leman sudah jarang menghubunginya. Lalu, Rosita pun memilih menghubungi mertuanya.
“Assalamulaikum, Mak.” Sapa Rosita.
“Walaikumsalam, Ros. Apa kabar kamu?”
“Alhamdulillah baik, Mak. Mamak dan Bapak apa kabar?”
“Kami juga baik, Ros.”
“Em, Mak. Sebenarnya ada yang mau Iros tanyakan. Apa Bang Leman baik-baik saja? Sudah dua minggu, Bang Leman tidak pulang dan menelepon juga jarang. Apa Batuk dan nyeri dadanya kambuh lagi?”
“Batuk dan nyeri dada? Memangnya Leman sakit? Mamak lihat dia baik-baik saja di sini. Bahkan tidak pernah mengeluh nyeri dada ataupun batuk.”
“Tolong tanyakan sama Bang Leman ya Mak?”
“Iya, nanti kalau dia ke sini akan Mamak tanyakan. Belakangan ini Leman jarang kemari. Arief juga ke sini kalau mamak dan ayahnya kerja.” Mendengar penjelasan ibu mertuanya, ada luka tak berdarah di hati Rosita.
“Kalau begitu, Iros tutup dulu, Mak. Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam.”
Tutttt....
Ibu War menatap suaminya dengan tatapan tidak biasa. Keesokan harinya saat Leman mengantar Arif ke rumahnya, Ibu War langsung bertanya tentang keluhan Rosita.
“Kamu tidak pulang ke rumah Rosita, Man?”
“Nanti akhir pekan, Mak.”
“Kamu juga jarang menghubunginya ya?”
“Dia pasti mengerti, Mak. Nanti sampai sekolah Leman akan menghubunginya.”
Ibu War tidak lagi bertanya banyak. Melihat rumah tangga putranya mulai tenang, rasanya itu lebih dari cukup. Walaupun terbesit rasa penasaran kenapa tiba-tiba rumah tangga yang kemarin seperti neraka kini terlihat tenang. Iklima sendiri tidak pernah lagi teriak-teriak atau marah-marah sampai suaranya terdengar ke rumah tetangga.
Ibu War bergabung dengan suaminya yang sedang mencungkil biji pinang di halaman samping.
“Pak, kenapa Mamak merasa aneh dengan anak mantu kita ya?”
“Aneh bagaimana, Mak?” bapak dari Leman tiba-tiba berhenti dari kegiatannya lalu menatap sang istri.
“Rumah tangga mereka yang bertahun-tahun seperti neraka kini dalam sekejap mata menjadi tenang. Bukankah sesuatu yang tiba-tiba itu tidak baik?”
“Maksud Mamak apa?”
***
???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Herlina Eryna
serem ya iklima main dukun,tar ada karmanya baru tau rasa loh😁
2022-12-16
0