Ancaman...

Iklima tiba di rumah disambut Leman dengan wajah menahan marah. Sebuah senyum sinis tersungging dari bibir Iklima begitu melihat pemandangan yang tidak biasa siang ini. “Rupanya istri sirimu tukang mengadu juga ya? Kenapa, kamu mau marah atau mau pukul aku? Silakan kalau kamu berani!” tantang Iklima berdiri di depan suaminya.

“Jadi selama ini kamu mengikutiku?”

“Ck, kamu baru tahu kalau aku bisa melakukan itu? Bahkan aku bisa berbuat lebih kalau mau. Kenapa? Apa sekarang kamu takut, Bang? Kalian pasangan tua yang tidak tahu malu. Aku akan membuat perhitungan dengan kalian! Lihat saja nanti!” Ancam Iklima lalu berjalan melewati Leman namun tiba-tiba lengannya dicengkram oleh Leman hingga membuat Iklima menoleh ke belakang.

“Lakukan apa saja yang kau mau!” ucap Leman penuh penekanan lalu melepaskan cengkraman tangannya.

Sementara di dalam rumah, Andi dan Ayu juga Arif ikut mendengar apa yang orang tuanya bicarakan. Setelah Iklima masuk ke rumah, Leman memilih pergi ke rumah orang tuanya. Hanya anak-anak mereka yang masih berada di ruang TV.

“Kamu kemarin dibawa ke rumah istri baru Ayah?” tanya Ayu berbisik pada adiknya.

“Dia mana tahu.” Sela Andi si anak ke dua.

“Bunda Ita baik, Kak, Bang. Arif dibelikan mainan, makanan dan diajak jalan-jalan. Bunda Ita tidak marah-marah sama Ayah. Bunda juga memperhatikanku dengan baik.” Tutur Arif polos membuat kakak dan abangnya melongo.

Sementara di kamarnya, Iklima kembali berbicara dengan putra sulungnya. “Bang, kamu kapan pulang?”

“Akhir minggu ini ya, Mak!”

“Cepatlah! Mamak mau mengajak kamu ke suatu tempat.”

“Abang usahakan untuk pulang akhir pekan ini. Terus apa Mamak mau melaporkan Ayah?”

“Iya. Mamak tidak akan membiarkan Ayahmu hidup tenang dengan wanita murahan itu.”

Di saat yang sama, Leman yang sedang berada di salah satu kamarnya juga sedang bertelepon dengan Rosita. Mereka sempat berbicara sesaat setelah Iklima pulang dari kediaman Rosita siang tadi. “Jadi bagaimana kalau Kak Iklima melaporkan Abang ke kantor?”

“Paling Abang dipecat atau bisa ambil pensiun dini.”

“Abang kok santai sekali begitu?”

“Lalu Abang harus apa? Saat Abang sudah berumur begini tidak ada lagi yang Abang pikirkan. Anak-anak memiliki tunjangan dan harta warisan yang Abang tinggalkan. Lalu apa lagi yang harus Abang kejar? Uang? Abang sudah berada di usia mapan secara finansial jadi tidak terpikir lagi untuk mengumpulkan uang. Abang hanya ingin hidup tenang dan bahagia dengan wanita yang Abang cintai yaitu kamu!”

Rosita kehilangan kata-kata saat Leman dengan yakin mengatakan jika ia tidak peduli lagi dengan status PNSnya. Lalu bagaimana dengan dirinya? Jika statusnya dengan Leman diketahui pihak kantor maka orang tua dan adik laki-lakinya yang akan menjadi korban. Selama ini, dirinyalah yang menjadi tulang punggung keluarga karena kakaknya yang bernama Rosma seperti angkat tangan pada adiknya.

Setelah puas berbincang dengan Rosita, Leman keluar dari kamar lalu menjumpai orang tuanya. “Apa yang akan Iklima lakukan, Man? Kalau kamu dilaporkan, apa kamu bisa dipenjara?” tanya Ibu War gelisah.

“Insya Allah tidak, Mak. Leman tidak melakukan kejahatan hanya melanggar aturan kepegawaian. Paling ringan ya tindak disipilin dan hukuman beratnya ya pecat.”

“Lalu Rosita bagaimana? Dia juga PNS dan tulang punggung keluarganya. Kasihan dia kalau sampai dipecat gara-gara kamu.”

“Kita lihat saja dulu, Mak. Apa yang akan Iklima lakukan setelah ini.” Jawaban yang Leman berikan nyatanya tidak mampu mengusir kegundahan di hati wanita tua itu.

Berita kedatangan istri sah Leman ke rumah Rosita akhirnya sampai juga ke telinga Rosma, kakak Rosita. Ia dan suaminya langsung datang ke rumah orang tua Rosita malam itu juga.

“Mamak dan Bapak harus meminta Rosita untuk bercerai dengan suaminya. Apa dia akan mengorbankan pekerjaannya dengan laki-laki beristri itu? Apa di dunia ini sudah tidak ada pria lajang lagi sampai harus menikah dengan suami orang?” Ucap Rosma berapi-api di depan orang tua dan suaminya.

“Iya, Mak. Rosita itu PNS dan kalau sampai istri sah Leman melaporkan mereka, bukan hanya Leman yang kena, Rosita juga akan kena. Sangat disayangkan kalau Rosita sampai dipecat hanya gara-gara menikahi pria beristri.” Sahut suami Rosma yang merupakan seorang kepala sekolah menengah pertama.

“Mak dan Bapak tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah menikah dan umurnya juga sudah lebih dari cukup untuk berpikir. Dia pasti tahu apa risiko yang akan menimpanya jika menikahi laki-laki beristri. Mak dan Bapak tidak bisa mengatur hidupnya lagi. Ini bukan pernikahan pertama untuknya jadi dia pasti sudah memahami segala sesuatu yang mungkin terjadi.” ujar Mamak Rosita panjang lebar.

Sejujurnya, wanita tua itu juga takut jika anak perempuannya kalau sampai dipecat tapi apa yang harus ia lakukan jika ini semua keputusan dan keinginan Rosita. Sebagai seorang wanita, Ibu Maryani paham betul apa yang putrinya rasakan. Rosita adalah wanita yang tidak munafik jika dia selalu memimpikan seorang suami yang menyayangi dan mencintainya dengan tulus. Dan hanya dari diri Leman, ia menemukan arti ketulusan dan cinta yang bergairah dan bersemangat. Walau keduanya tidak muda lagi tapi rasa cinta keduanya seperti anak muda yang sedang kasmaran.

“Apa aku egois kalau aku ingin menghabiskan sisa umurku denganmu, Bang?” ucap Rosita di depan bingkai foto Leman dan dirinya seraya membayangkan kehidupan pernikahannya yang baru seminggu.

Dreetttt….

“Ya,” sapa Rosita pada si penelepon yang tidak lain adalah kakaknya.

“Kamu di mana?”

“Rumah, kenapa?”

“Bapak dan Mamak mau bicara. Mereka menyuruhmu ke sini sekarang!”

“Em, bentar!” dengan malas, Rosita bangkit dari rebahannya lalu menyambar kerudung instan, Hp dan kunci motornya.

Rosita sudah menduga jika topik yang akan dibicarakan oleh orang tuanya itu pasti tentang kedatangan istri Leman kemarin.

“Ada masalah apa, Mak?” tanya Rosita begitu masuk. Di sana juga sudah ada kakak dan abang iparnya.

“Apa benar kalau istri suamimu ke sini? Lalu bagaimana? Apa kamu akan dipecat dari PNS?” Rosita menarik nafasnya melirik kedua manusia yang sudah membuat orang tuanya gelisah.

“Aku sudah memikirkan itu, Mak, Pak. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa kalau kalian mendoakanku.” Rosita tidak mau membuat orang tuanya berpikiran macam-macam tapi sayang, Kakaknya tidak berpikir sejauh itu.

“Bagaimana kami bisa tenang kalau tahu apa yang akan menjadi risiko yang akan kamu hadapi. Orang-orang berlomba-lomba menjadi PNS tapi kamu dengan santainya menghadapi ancaman itu hanya karena seorang pria.” Rosma mulai menyulut api peperangan.

“Iya, Ta. Terlalu berisiko jika kalian dilaporkan dan Abang yakin tidak lama lagi suamimu akan dipanggil ke kantor. Istri pertamanya juga bisa memenjarakan dia jika tuntutannya tambah. Lebih baik kalian akhiri saja pernikahan ini demi masa depan kalian masing-masing!”

Deg…

 

***

Terpopuler

Comments

Hary Nengsih

Hary Nengsih

gak tau komen apa ,,tetap aja yg kedua yg salah

2022-12-14

0

Aida Fitriah

Aida Fitriah

makin sebel sama isi kepala leman sama rosita. seekor pelakor gimanapun keadaan istri pertama ttp di cap seekor pelakor lah leman rosita di mata masyarakat. cerein dulu istri pertama baru nikah itu yg bener

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!