Piring Pecah

Prangggg….

Suara pring pecah kembali terdengar dari rumah sebelah yang tidak lain adalah rumah Leman dengan istri dan anak-anaknya. Leman membangun rumah tepat di samping rumah orang tuanya namun tetap terbatas oleh pagar. Rumah mereka juga berjarak karena masing-masing memiliki tanah yang luas. Ada alasan tersendiri kenapa Leman membangun rumah di samping rumah orang tuanya. Itu karena tanah itu adalah tanah warisan dari orang tuanya lalu istri Leman yang bertugas di sebuah rumah sakit sebagai perawat berstatus pegawai negeri sipil memudahkannya untuk meninggalkan anak-anak di rumah orang tua Leman.

“Nek, Adek takut.” rengek Arif yang masih berusia lima tahun.

Ibu Wardiah selaku ibu dari Leman kerap mengusap dadanya setiap kali mendengar pertengkaran anak dan menantunya itu. Sebagai orang tua, ia dan suaminya hanya bisa berdoa semoga rumah tangga anak dan menantunya akan damai seperti saat awal-awal pernikahan dulu.

Suara bentakan, teriakan terus terdengar dan yang selalu mendominasi adalah suara Iklima. Leman bukan pria emosional yang senang berteriak atau membentak. “Nek, kenapa ayah dan ibu selalu bertengkar?” Ibu Wardian dan suaminya yang bernama Bapak Mahyeddin atau biasa dipanggil Pak Din itu hanya bisa menatap satu sama lain saat Ayu, anak Leman yang berumur 12 tahun itu datang ke rumah mereka.

Setiap kali orang tuanya bertengkar, Ayu dan abangnya yang bernama Andi selalu datang ke rumah Ibu Wardiah karena tidak sanggup mendengar pertengakaran orang tuanya yang kerap kali terjadi. sementara, adik kecil mereka justru dari pagi sudah di rumah neneknya. Tidak jarang, anak itu juga memilih tidur di sana saat ibunya harus piket malam di rumah sakit saat ayahnya sibuk membantu usaha keluarga mereka.

Leman lahir dari keluarga berada dengan kekayaan berupa tanah, sawah, ruko dan kebun. Tapi orang tuanya tidak terlihat seperti orang kaya. Mereka sangat bersahaja dan terlihat sederhana.

“Ibu menuduh ayah selingkuh. Makanya, Ibu marah.” ucap Andi, anak tertua Leman yang berumur 15 tahun. Sedangkan anak pertama Leman berumur 19 tahun bernama Agus yang saat ini sedang berada di kota. Agus sedang melanjutkan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi negeri di kota. Dia hanya pulang saat libur kuliah.

Ibu Wardiah sebenarnya pernah mendapati anak laki-lakinya sedang berbicara di telepon dan kelihatan dari raut wajahnya saat itu, Leman terlihat tersenyum tanpa henti dan dari cara bicaranya seolah ia sedang berbicara dengan seorang wanita.

Sementara di rumah sebelah, Iklima masih saja meluapkan emosinya dengan kata-kata hingga membuat Leman tidak tahan lagi. Ia memilih pergi menyusul anak-anak ke rumah orang tuanya. Hanya di sana ia bisa merasakan ketenangan. Tidak jarang, ia memilih tidur di sana untuk menghindari pertengkaran dengan Iklima.

“Ya selalu kamu seperti itu, Bang! Kamu selalu bersembunyi dalam ketiak ibumu saat ada masalah. Terus saja kamu berbuat begitu. Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkanmu bahagia dengan wanita itu. Aku akan mencari wanita itu, Bang! Dasar pengecut!” teriak Iklima di belakang suaminya.

Leman tiba tepat jam enam sore setelah seharian berkunjung ke kabupaten sebelah untuk bertemu Rosita dan keluarganya.

Ia juga dijamu makan siang oleh orang tua Rosita. Setelah itu, Leman meminta izin untuk berbicara dengan orang tua Rosita tentang niatnya untuk menikah dengan Rosita. Ternyata selama hampir dua bulan  menjalin komunikasi dengan Rosita memalui telepon, Leman langsung memantapkan hatinya pada Rosita hingga ia tidak menyia-nyiakan kesempatan seperti saat ini.

“Saya ingin melamar Rosita jika Bapak dan Ibuk merestui. Saya akan membawa orang tua saya untuk melamarnya secara resmi ke sini.”

“Apa Nak Leman sudah tahu kalau si Ta seorang janda?” tanya Buk Maryani.

Leman mengangguk, “Saya tidak masalah dengan itu, Buk, Pak. Dan tentang status saya, Iros akan mengatakannya nanti pada Bapak dan Ibuk. Saya yakin, dia belum menceritakan tentang saya pada Bapak dan Ibuk.” Orang tua Rosita mengangguk pelan.

Setelah menyampaikan tujuannya pada orang tua Rosita, Leman meminta izin pada mereka untuk mengajak Rosita keluar.

“Di mana tempat yang enak buat santai?” tanya Leman setelah mendapat izin dari orang tua Rosita.

“Ke pantai, mau?” Leman mengangguk lalu keduanya memasuki mobil menuju pantai yang biasanya didatangi oleh Rosita bersama teman-temannya saat melepas penat.

“Sekarang kamu sudah yakin kan sama niat saya untuk menikah denganmu?” tanya Leman begitu mereka duduk di salah satu bangku yang disediakan di sana.

“Tapi saya belum yakin.”

“Kenapa? Karena saya sudah beristri?” Rosita mengangguk lemah. Pandangannya tertuju ke hamparan laut lepas di depannya.

Leman menatap wajah Rosita dari samping. Wajah cantik yang membuat hatinya bergetar kembali setelah sekian tahun lenyap oleh keadaan.

“Kenapa? Apa kamu tidak menyayangi Abang? Apa Abang tidak layak mencari kebahagiaan Abang sendiri? Kalau kamu bertanya-tanya alasan tidak menceraikannya itu karena Abang tidak mau anak-anak Abang sedih dan terluka dengan perceraian kami.”

“Maaf, Bang. Aku belum bisa memberi jawaban saat ini. Orang tuaku juga belum tentu merestui apalagi jika nanti mereka  mengetahui status Abang yang masih beristri.”

“Dek, Abang akan tetap mengajak orang tua Abang bertemu keluargamu. Biarkan mereka yang mengatakan bagaimana kondisi sebenarnya pernikahan Abang supaya kamu dan keluargamu percaya.”

“Terserah Abang saja.”

Setelah menyampaikan semua keinginannya, Leman langsung mengajak Rosita untuk pulang. Ia juga harus menempuh perjalanan lagi selama dua jam untuk sampai ke rumahnya. Dan begitu sampai di rumah, Leman langsung disambut oleh amukan Iklima yang sedang melupakan amarahnya saat mengetahui dari anaknya jika ia sudah pergi dari sebelum siang dan baru pulang jam enam sore.

“Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang. Wanita mana yang kamu jumpai sampai kamu tega meninggalkan anakmu di rumah ibuk? Ouh, jangan-jangan Ibumu juga mengetahui dan merestuimu untuk berselingkuh? Luar biasa keluargamu.”

“Ma, berhentilah memfitnah orang tuaku. Kenapa kamu selalu menyalahkan mereka? Ini urusanku dan tidak ada hubungannya dengan mereka.”

“Jadi yang aku katakan itu benar? Kamu berselingkuh di belakangku, begitu?”

“Aku juga tidak membenarkan tuduhanmu!” Kilah Leman.

Pranggg….

Iklima membanting piring bekas makanan anaknya ke lantai.

“Katakan, dari mana  kamu?” Iklima yang tidak bisa menahan emosi langsung menarik kerah baju suaminya.

“Aku tidak akan membiarkanmu menikah lagi! ingat itu!”

“Lalu aku harus hidup di neraka ini denganmu, begitu? Selama kau bertahan dengan perangai burukmu maka aku juga akan mencari penggantimu!”

“Apa? Penggantiku? Jangan harap Leman!” sarkas Iklima menatap Leman dengan ekor matanya lalu dengan berkacak pinggang di depan Leman, Iklima kembali berkata, “Selamanya kau akan terikat denganku! Jangan harap kau bisa menceraikanku! Aku pastikan tidak akan ada wanita yang akan menjadi istrimu!”

 

***

Hai...hai...

Tinggalkan Komentar dan jangan lupa LIKE...

Makasih....

Terpopuler

Comments

Novita Dwi Je

Novita Dwi Je

😞no komen... harusnya cerai dulu baru nyari lagi... kasian iros... nti dikira pelakor... tapi klo iros nya mau.. ya mbuh wes

2022-12-06

0

istrinya Taehyung 💜

istrinya Taehyung 💜

tapi entahlahhh...
kalo masalah menjadi orang ketiga itu selalu salah apapun itu alasannya..
kalo sudah tidak cocok seharusnya memutuskan satu hubungan dulu,baru memulai hubungan baru...


entahlah mbak rani,kalo bahas masalah orang ketiga aku bawaannya pengen mewek ajah🥺🗿🗿

2022-11-04

0

Umi Hanik

Umi Hanik

ya jelas leman cari wanita lain lah...
istrinya aja kaya gitu 😮‍💨

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!