Pindah...

Selembar surat sebagai pertanda jika pernikahan siri itu telah terjadi antara Leman dan Rosita kediaman seorang ustad yang sudah terbiasa menikahkan muda-mudi di bawah tangan. Rosita dan Leman keluar dari rumah ustad tersebut dengan perasaan bahagia. Keduanya tidak berhenti tersenyum menatap satu sama lain.

Bahkan pertengakarannya dengan sang Iklima yang terjadi sesaat sebelum kepergiannya ke kabupaten rosita menguar begitu saja setelah ia dengan lantang menjawab ijab yang dilantunkan oleh ustad tersebut. Dibelakang mereka, ada kerabat Rosita yang ikut menjadi saksi pernikahan mereka sehingga tidak akan menimbulkan fitnah dikemudian hari karena Leman menginap di rumahnya.

Untuk pertama kalinya, Leman memasuki rumah orang tua Rosita sebagai suami dari wanita itu. Ia langsung dijamu oleh Rosita. Mereka menikmati makan malam yang sedikit telat karena mendahulukan prosesi ijab kabul setelah magrib tadi.

Setelah makan, Rosita mengajak Leman ke kamarnya untuk beristirahat. Leman sudah mematikan ponselnya untuk malam ini. Jika ada keadaan darurat, keluarganya akan menghubungi ke ponsel Rosita. Layaknya pasangan muda yang baru menikah, mereka juga juga menikmati malam pertamanya dengan perasaan bahagia, saling berbagi kasih sayang dan cinta yang mungkin ternodai karena ada ikatakan lain di atas kebahagian mereka.

Iklima meradang karena suaminya belum juga pulang setelah ia kembali ke rumah setelah jam kerjanya selesai. “Ini sudah lewat isya, kemana ayahmu?” tanyanya pada Andi, anak ketiga mereka.

“Tidak tahu, Ma.”

Berulang kali Iklima menelepon Leman tapi ponsel suaminya malam tidak aktif. Lalu ia menelepon putra pertamanya yang sedang kuliah. “Hallo, Bang. Kamu lagi ngapain?”

“Mau keluar cari makan, kenapa Ma?”

“Ayahmu belum pulang dari sore. Mama sudah menanyakan pada nenekmu tapi kamu tahu sendiri jawabannya.”

“Mereka tidak tahu?” tebak sang putra.

“Iya.” Jawab Iklima menahan kesal.

“Ma, Begini saja, Setelah Ayah pulang nanti, Mama jangan tanyakan apa-apa terus-“

“Terus Mama biarin saja kalau Ayah kalian menikah lagi?” Iklima langsung menyahut kata-kata anaknya.

“Dengar Abang dulu, Mak. Mamak diam saja seolah tidak terjadi apa-apa tapi mulai saat itu, Mama akan memantau Ayah mulai dari Hp dan kemana Ayah pergi. Mama ikuti saja.”

“Kalau melihat Hpnya, sama saja bohong. Mana ada orang selingkuh yang akan seceroboh itu berkirim pesan lalu pesannya disimpan. Terus kamu menyuruh Mama mengikuti Ayahmu, Kenapa tidak sekalian kamu menyuruh Mama berganti pekerjaan dari PNS menjadi mata-mata suami?”

“Jadi maunya Mama apa? Hanya itu caranya supaya kita tahu Ayah selingkuh atau tidak. Kalau Mama tidak bisa sendiri kenapa tidak menyuruh orang untuk mengikuti Ayah. Tentunya Mama harus membayar orang tersebut.” Iklima tampak berpikir sejenak lalu senyum kecilnya terbit.

“Mama rasa saran yang terakhir itu lebih baik walaupun harus mengelurkan uang.”

“Ya mau bagaimana kecuali aku di libur kuliah. Biar aku saja yang mengikuti Ayah. Tapi ingat Ma, setelah Ayah pulang, Mama jangan marah-marah dulu. Kalau Mama marah-marah takutnya Ayah malah semakin melindungi wanita itu.”

“Iya-iya. Ya sudah, Mama tutup dulu ya!”

Setelah mengakhiri teleponnya, Iklima langsung mencari kontak di ponselnya. Dia sudah memikirkan satu nama yang akan menjadi disuruh untuk mengikuti suaminya. Iklima masih dalam mode emosi bahkan saat ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya langsung terbayang ke kejadian yang sedang suaminya lakukan dengan wanita lain malam ini.

“Aku tidak akan membiarkanmu bahagia, Bang!”

 

Keesokan harinya di kediaman orang  tua Rosita…

Hari ini adalah hari sabtu yang berarti hari libur untuk Rosita yang bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan. Rosma, kakak dari Rosita sudah sampai ke rumah tersebut bersama keluarganya begitu mengetahui jika adiknya sudah menikah siri dengan pria beristri. Rosma semakin panas hatinya karena hasutan dari sang suami yang menyebarkan virus perseteruan adik-kakak tersebut. Pagi itu, Leman yang duduk di luar dengan suami kakak iparnya tidak mendengar perseteruan antara istri dan kakakp iparnya tersebut di belakang.

“Aku yang menikah kenapa Kakak yang sibuk? Aku bahkan tidak meminta sepeserpun uang dari Kakak. Pagi-pagi ke sini hanya untuk ceramah, lebih baik pulang saja sana!”

“Apa hakmu mengusirku? Ini rumah orang Bapak bukan rumahmu. Kalau kamu terganggu denganku, kenapa kamu tidak cari rumah sendiri? Apalagi kamu sudah menikah, suruh suamimu cari rumah sendiri jangan menumpang di rumah mertua. Katanya PNS, orang kaya, tapi buat tinggal saja numpang. Sudah punya istri masih belum cukup lalu habis dinikahi malah tidak sanggup dinafkahi. Suami macam apa itu?”

“Kak, cukup! Kami memang akan pindah dari sini. Kakak tenang saja! suamiku jauh lebih cukup untuk menafkahiku.” Rosita membalas ucapan kakaknya dengan penuh emosi hingga tanpa sadar suaranya dinaikkan beberapa oktaf membuat Leman dan suami Rosma yang berada di depan ikut terkejut.

“Dek, ada apa?” tanya Leman menghampiri istrinya.

“Tidak ada apa-apa, Bang. Ayo kita jalan-jalan!” Rosita menarik tangan suaminya. Sementara Leman tidak bertanya banyak karena ia sudah tahu pasti pertengkaran adik-kakak itu terjadi karena dirinya.

“Dek, kalau kamu tidak nyaman tinggal di rumah Bapak, bagaimana kalau kita cari kontrakan?” seperti mendapat angin segar, Rosita langsung setuju dan hari itu juga mereka menemui beberapa pemilik rumah yang masih kerabat keluarganya.

Rosita memang sudah memikirkan ini jauh-jauh har sebelum menikah dengan Leman. Ia ingin tinggal terpisah dengan orang tuanya karena hubungannya dengan sang kakak tidak terlalu baik. Tapi Rosita tetap memilih rumah yang tidak jauh dengan rumah orang tuanya untuk memudahkannya melihat mereka sewaktu-waktu apalagi orang tuanya sudah tua.

Keesokan harinya, Rosita sudah memebereskan barang-barangnya untuk pindah ke rumah baru kontrakan setelah meminta orang untuk membersihkan rumah tersebut. Tidak banyak barang yang dia bawa dari rumahnya sehingga dalam sekali angkut langsung selesai.

Malam pertama mereka di rumah kontrakan dengan barang yang masih berserakan tapi raut wajah keduanya terlihat berbeda. Tidak ada lelah di sana yang ada hanya bahagia. Bahkan di sela-sela menaruh pakaian di lemari, Leman terus saja mengganggunya dengan pelukan dan ciuman hingga membuat Rosita mengeluarkan sedikit jeritan apalagi gigitan-gigitan mesra yang Leman berikan di pundaknya semakin membuat hubungan keduanya berambah harmonis dan mesra.

Di saat yang sama, Iklima sedang berseteru dengan mertuanya karena menyembunyikan Leman. “Orang tua macam apa yang melindungi anaknya berbuat dosa! Apa wanita itu lebih cantik dari saya sampai kalian mendukung Bang Leman untuk selingkuh? Atau jangan-jangan kalian juga menyetujui jika Bang Leman menikah lagi? iya, benar begitu, Mak?”

“Sudahlah Iklima, kenapa kamu terus berteriak seperti itu? Apa kamu tidak malu pada orang-orang kampung yang selalu menggunjingmu di belakang?”

“Mereka menggungjingku? Bukannya Mak senang karena orang-orang sudah menilai buruk diriku lalu Mak dengan bangganya mengatakan jika Bang Leman sudah menikahi wanita lain yang lebih baik dariku?”

 

***

Aku hadir lagiiiiii....

Makasih yg sudah nunggu cerita ini.... Happy reading

Terpopuler

Comments

Novita Dwi Je

Novita Dwi Je

iklima... ga capek ta maraah² trus... jd penasaran... jd kepala perawat apa ga marah² juga😜

2022-12-06

0

Herlina Eryna

Herlina Eryna

☕💪💪harus ttp semangat Thor,,, ada aku yg slalu menunggumu😁

2022-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!