Ridho menatap sekeliling. Ada yang hilang dari hatinya. Walau hanya sedikit, ada rasa tidak rela jika Tia pergi.
"Mas, bagaimana? boleh tidak?" tanya Wulan lagi.
"Ah, tentu saja boleh." Ridho tergagap. Dia lantas memasuki kamar mandi. Dengan mengguyur badannya dengan air, pastilah pikirannya akan tenang kembali.
"Terima kasih Mas. Aku akan mengambil semua barangku dulu," sukar Wulan sembari meninggalkan kamar Tia untuk mengambil barangnya.
Di dalam kamar mandi, Ridho termenung. Ada rasa kasihan pada Tia. Dia yang setiap hari melayani Ridho dari urusan makan, mandi dan semua kebutuhan Ridho.
"Tia, semoga kau baik-baik saja di luar sana," batin Ridho bermonolog. Ada sedikit kekhawatiran dalam diri Ridho akan keadaan Tia.
Dengan wajah yang berseri, Wulan membereskan semua barangnya. Dia meras puas, semua usahanya menunjukkan hasil. Kini dia menjadi satu-satunya ratu di rumah ini.
"Tia, terima kasih adikku. Kini aku lah ratu penguasa di rumah ini," seringai Wulan. Wulan merasa puas sudah bisa menguasai apa yang Tia miliki.
Sementara itu di sebuah mini market, Tia membeli kebutuhan untuk makan dan mandi. Tia dengan hati yang gembira berbelanja beberapa sayuran, buah, dan alat mandi.
"Mulai hari ini, aku akan mulai belajar hidup mandiri. Semangat Tia!" Tia menyemangati dirinya. Berkat bantuan supir taksi itu, Tia mendapat kontrakan dengan harga yang murah tapi nyaman dihuni.
Bruk ...
Tak sengaja kereta dorong belanjaan Tia menabrak sesosok lelaki. Tia mendongakkan wajahnya, menatap pemilik tubuh itu.
"Kak Hans?"
"Tia?"
"Eh, kamu kenapa ada di sini Tia? Apakah ikut tugas Ridho?" cecar Hans--mantan kakak ipar Tia, suami Wulan.
"Eh, i iya, Kak. Tapi aku di sini sendiri," jawab Tia gugup.
"Loh Kenapa Tia?" tanya Hans penasaran.
"Panjang, Kak," jawab Tia menyembunyikan sakit hatinya.
"Aku memiliki banyak waktu untuk mendengarkan ceritamu," sahut Hans lagi. Hans memaksakan senyumnya, karena dia sangat kecewa, Tia menolak untuk bercerita.
"Mmm ... iya, Kak, tapi kapan-kapan saja. Aku masih harus beberes di kontrakan ku dulu," jawab Tia menunduk.
"Kamu mengontrak? Dimana? Kakak antar ya?" tawar Hans pada Tia.
"Eh, tidak perlu, Kak. Aku masih ingin sendiri dulu," jawab Tia.
Hans memahami, pasti Tia membutuhkan privasi untuk menenangkan hatinya.
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi. Kalau butuh apapun, kau bisa menghubungi kakak. Apartemen kakak ada si sekitar sini," ucap Hans. Dia memberi waktu pada Tia untuk menenangkan dirinya.
"Terima kasih, Kak," jawab Tia.
Tia pun segera pamit menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.
"Mbak, semua totalnya tiga ratus ribu. Silakan," ucap penjaga kasir.
"Iya, Mbak, ini uangnya." jawab Tia. Tia menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah.
"Oh maaf, Mbak. Ternyata belanjaan Mbak sudah di bayar pemilik mini market ini," ucap penjaga kasir itu.
"Loh kok bisa, Mbak? Siapa pemiliknya?" ucap Tia celingukan mencari pemilik mini market. Tia heran ternyata belanjaannya sudah dibayar.
"Itu Mbak." Tunjuk penjaga kasir.
Tia menoleh ke arah yang ditunjukkan sang kasir. Tia mendapati sosok Hans yang sedang berbicara dengan seseorang.
"Terima kasih Mbak, sampaikan terima kasihku pada tuan itu," ucap Tia. Sebenarnya dia ingin mengucapkan langsung, tapi melihat Hans sedang sibuk berbicara maka dia urungkan niatnya.
Tia berjalan keluar dari mini market itu. Sembari menunggu taksi, dia berjalan menyusuri pinggiran ruko tidak jauh dari mini market. Tiba-tiba hujan turun, Tua pun berteduh di emperan toko.
"Jangan bergerak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Bzaa
nanti juga ada azab nya
2024-07-21
0
Siti Heryani
penindasan seorang suami terhadap harkat martabat perempuan, tpi perempuan jg yg menimbulkan terjadinya penindasan itu..😔 seperti pelakor 😩
2024-03-28
4
Asnaini Abdullah
🤬😡😡😡
2024-03-17
0