"Aku bahagia Wulan, tapi pasti kan itu anakku bukan anak mantan suamimu?" Ridho melirik ke arah Wulan. Dia takut jika anak itu adalah anak Wulan dengan mantan suaminya.
"Mas, Aku yakin anak ini adalah anakmu karena saat persidangan perceraianku kemarin Aku sedang haid. Jadi Aku yakin jika ini adalah anak hasil cinta kita," jawab Wulan menyakinkan Ridho.
Ridho tersenyum bahagia, anak yang dia nantikan dari rahim wanita yang sedari dulu dia cintai akhirnya terwujud juga. Ridho yakin akan menceraikan Tia secepatnya.
Sementara di rumah Tia sudah bersiap mengikuti Ridho dan Wulan. Sengaja dia memberi jeda waktu agar Mamanya tidak curiga. Ketika Tia sudah yakin Mamanya sudah masuk ke kamar bersama Papanya, Tia keluar dari rumah dan menaiki Taksi yang sudah menunggunya dari tadi.
"Pak kita ke rumah sakit terdekat," ucap Tia pada supir taksi. Secara tidak sengaja Tia mendengar percakapan Wulan dan Ridho di depan pintu rumah sebelum berangkat tadi bahwa mereka akan pergi ke rumah sakit yang berada di Jalan Tentara Pelajar kurang lebih satu kilometer dari rumah Tia.
Tia turun dari taksi dan memasuki Rumah Sakit, saat masuk lobi dilihatnya Ridho dan Wulan sedang mengantri pendaftaran. Tia memutuskan untuk mengamati dari kejauhan. Setelah Ridho dan Wulan selesai mengisi pendaftaran mereka menuju ruang praktek dokter.
Tia mengira mereka akan ke dokter umum, tapi ternyata Ridho dan Wulan menuju ke ruang prektek dokter Obgyn. Tia meremas gaun pink selututnya. Dia gemetar dan merasakan sesak dadanya. Untuk apa mereka ke dokter Kandungan dan bukan ke dokter umum. Dan betapa sakitnya melihat Suami dan Kakaknya berjalan dengan bergandengan sesekali saling menggoda.
Tia melangkah mendekati ruang praktek dokter itu, saat terdengar nama pasien yang dipanggil oleh Suster penjaga adalah Nyonya Ridho Setiawan, Tia merasakan seluruh tubuhnya lemas seperti tak bertulang. Itu adalah nama suaminya dan benar saja Wulan dan Ridho masuk bersama.
Bagai disayat sembilu, hati Tia hancur mendapati kakak kandungnya telah merebut suaminya. Tia melangkah dengan langkah yang goyah sambil berpegang pada tembok Rumah sakit menuju arah keluar. Saat dia sampai di lobi, Tia melihat Hans mendorong kursi roda dengan wanita paruh baya di atasnya. Segera Tia menghampiri Hans mantan kakak iparnya itu. Tia berusaha agar Hans tidak melihat suami dan kakaknya keluar dari ruang praktek dokter kandungan yang arahnya searah dengan jalan yang akan di lalui Hans.
"Kak Hans ...," panggil Tia, membuat Hans menghentikan langkahnya.
"Tia?"
"Iya Kak, ini Tia. Kakak mengantar ibu?" jawab Tia sembari menghampiri ibu Hans dan mencium tangannya. Ibu Hans tersenyum melihat Tia, zaman sekarang jarang ada wanita yang bertemu dengan orang lebih tua mencium tangannya.
"Iya, ini jadwalnya Ibu kontrol kesehatan seperti biasanya. Kamu sendiri sedang apa di sini?" tanya Hans, sedang Ibu Hans tersenyum pada Tia.
"I-ini cek kesuburan di dokter Obgyn." Tia menunjuk dengan wajahnya ruang praktek dokter kandungan yang sama dengan Wulan sambil mencari tahu apakah Wulan sudah keluar dari ruangan tersebut.
Tia bernafas lega saat mendapati Wulan terlihat dari belakang sudah berbelok menuju ruang tunggu Farmasi yang beda arah dengan tempatnya berdiri saat ini.
"Oh, mau program hamil ya? Kakak do'akan semoga berhasil ya ... Baiklah, sampai ketemu lagi ya, ini mau segera ke ruang periksa dokter spesialis penyakit dalam." Hans menoleh ke arah ibunya yang sudah menunggu lama.
Tia tersenyum kecut mendengar kata Hans, dia terpaksa berbohong demi menyelamatkan suami dan kakaknya dari cemoohan Hans. Tia membuang nafas kasar, dan itu membuat Hans menatapnya dengan tatapan heran. Seharusnya wanita yang didoakan pasti akan menjawab terima kasih tapi ini malah diam dan membuang nafas kasar.
Bruuk ...
Tas bawaan Ibu Hans terjatuh, Tia segera memungut tas tersebut lalu diberikan pada Ibu Hans.
"Terima kasih, Nak, kau sungguh wanita yang cantik dan baik. Semoga kau selalu bahagia," ucap Ibu Hans--Ningsih sembari menerima tas yang diambil Tia.
Tia tersenyum, dia merasa sangat nyaman dengan perhatian Ningsih, Wulan seharusnya bersyukur memiliki ibu mertua yang baik, tidak sepertinya yang tidak tahu bagaimana Ibu mertuanya. Karena saat Ridho menikahinya dulu tidak ada satu keluarga pun yang hadir.
"Sama-sama, Bu, Aamiin ... terima kasih do'anya Bu," balas Tia dengan senyum yang tulus.
"Nak, itu bukannya mantan istrimu, Wulan?" ucap Bu Ningsih sambil menunjuk ke arah sosok wanita.
Deg ...
Tia dan Hans saling bertatapan setelah menoleh ke arah yang ditunjuk Bu Ningsih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Ipeh Saripeh
gak bisa bayangin sakit hatinya Tya...semoga Wulan dan Rido mendapatkan balasan yang sangat menyakitkan
2024-03-18
2
Endang Setyowati
iya betul se rapat " nya menyimpan bangakai. pasti akan ketahuan juga.
wkwkwk
2023-11-21
2
Eddy Junaedi
ups ketauan jg deh
2023-11-17
0