Mama Tia yang bernama Meri itu seolah yakin jika Tia akan takut untuk keluar dari rumah itu.
"Ma, kenapa mama berpikir bahwa Tia tidak bisa hidup sendiri jika keluar dari rumah ini? Mama memang mana pernah mau mengakui sedikit saja kelebihan yang Tia miliki. Tia selalu saja salah dan tidak memiliki kelebihan apapun dibanding Kak Wulan. Bukan begitu, Ma?" tanya balik Tia pada mamanya.
Meri merasa tertohok dengan ucapan Tia barusan, memang selama ini dia tidak pernah sedikitpun melihat kelebihan Tia, yang ada di matanya hanya Wulan dan Aris saja.
Meri tidak dapat memungkiri kenyataan jika dia melihat Tia maka dia akan mengingat malam yang mengerikan itu. Kejadian yang ingin dia lupakan seumur hidupnya tapi tidak bisa karena ada Tia yang menjadi pengingat malam naas itu
Malam itu, dua puluh satu tahun yang lalu ....
"Mas, Mas mau kemana? Ini sudah malam Mas. Aku takut sendirian di rumah," ucap Meri pada Cahyo suaminya sekaligus ayah Wulan.
"Dek, Mas di panggil mandor untuk datang ke Pabrik sekarang juga, ada mesin yang mati. Mas sebagai teknisi harus segera memperbaikinya." Cahyo menjawab pertanyaan istrinya sembari memakai baju dan celana seragam pabriknya.
"Tidak bisa besok aja, Mas, kasihan Wulan masih kecil dan kita baru pindah ke sini," ucap Meri berusaha membujuk suaminya.
"Iya, Mas tahu dek, tapi bagaimana lagi ini sudah jadi tugas Mas. Untuk itu sekarang kita diberi fasilitas boleh tinggal di Mes yang pabrik sediakan. Kita tak perlu susah lagi cari kontrakan bukan? Tolong Dek, Mas tidak mau kehilangan pekerjaan lagi hanya karena sifat manjamu itu," potong Cahyo. Dia tidak ingin kejadian tahun lalu terulang kembali dimana dia dipecat dari pekerjaannya hanya karena Meri yang sednag hamil Wulan tidak mau ditinggal kerja.
Cahyo segera memakai sepatunya dan mengemas semua alat -alat mekaniknya. Dia sudah tidak mau lagi menggubris rengekkan Meri yang tidak berdasar. Meri yang sednag menyusui Wulan tidak bisa mengejar Cahyo yang sudah keluar dari kamar dan bergegas pergi ke pabrik. Dalam hati Meri dia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa malam ini.
Setelah Meri selesai menyusui Wulan dan meletakkan Wulan di tempat tidur, dia mulai ikut merebahkan diri di samping Wulan yang tertidur nyenyak. Belum juga dia nyenyak tiba-tiba pintu rumah di ketuk dari luar.
Tok Tok ...
Meri mengira yang pulang adalah suaminya dia segera bergegas membuka pintu. Tapi alangkah terkejutnya Meri tatkala bukan suami yang berada di depan pintu melainkan sang mandor pabrik temapt suaminya bekerja.
"Pak Mandor, ada apa Pak? Bukankah Mas Cahyo sudah ke pabrik setelah Bapak kirim pesan tadi untuk ke sana?" ucap Meri gugup karena mata Si Mandor tertuju pada belahan dadanya yang ternyata belum dia kancingkan dasternya.
Sang Mandor tersenyum, dia memindai seluruh tubuh Meri dari atas sampai bawah. Celakanya Meri hanya memakai daster tipis yang hanya sebatas paha saja. Dia biasa jika tidur mengenakan daster sperti itu karena gerahnya udara di rumah. Memang yang namanya Mes atau rumah kecil yang disediakan oleh pabrik hanya beratap seng dan berdinding tembok dengan tinggi cuman 3 meteran.
"Hem ... Hem ... Saya hanya di mintai tolong oleh Cahyo untuk mengambilkan alat yang tertinggal, tolong ambilkan," ucap Si Mandor sambil mengusap air liurnya yang menetes.
"Alat apa ya, Pak? Saya kurang tahu mengenai alat-alat milik mas Cahyo," jawab Meri lagi.
"Boleh saya masuk dan membantu mencarinya? Karena ini sangat penting," ucap Si Mandor sambil merangsek masuk ke dalam rumah.
Meri yang polos pun hanya bisa mengikuti dari belakang. Saat Meri masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas yang biasa Cahyo bawa untuk bekerja, Si Mandor menutup pintu dan menguncinya.
"Maaf, Pak, di sini tidak ada alat apapun. Sepertinya Mas Cahyo sudah membawa semua di tas satunya tadi yang dia bawa." Meri mengobrak-abrik isi tas.
"Oh begitu ya, coba saya lihat tasnya." Si Mandor mendekati Meri yang masih merogoh isi tas suaminya. Tiba-tiba Si Mandor memeluk tubuh Meri dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Bzaa
ooooh ternyata....
2024-07-21
0
Rinafm Utomo
Meri... Rita....?
2024-07-05
0
Silvia Hardianingsih
begitu ceritanya sehingga Bu Meri begitu membenci tia
2024-05-10
1