"Iwan, dimana sopan-santunmu? Kakak dan kakak iparmu tidak kau salami!" hardik Nyonya Rita pada anak bungsunya yang cuek tidak mendengarkan ibunya. Tapi saat hendak keluar Iwan menoleh ke arah Wulan dengan pandangan jijik.
Pandangan Iwan pada Kakak sulungnya berubah, semenjak dia tidak sengaja melihat Ridho masuk ke dalam kamar Wulan.
Malam itu ...
Iwan yang beberapa hari ini menginap di rumah Tia atas perintah ibunya, terbangun dari tidurnya. Iwan keluar dari kamarnya untuk mengambil minum karena dia merasa kehausan. Saat hendak keluar dari dapur, dia melihat Ridho kakak iparnya masuk ke dalam kamar Wulan. Iwan yang penasaran memutuskan untuk mencari tahu apa yang kakak iparnya perbuat di sana.
Iwan berdiri di depan pintu kamar Wulan, suasana malam yang sepi membuat berisik suara Ridho berbicara dengan Wulan, sayup-sayup terdengar oleh Iwan yang mencuri dengar dari lubang kunci.
"Mas ... Kamu datang juga? Bagaimana Tia sudah tertidur?" ucap Wulan di balik pintu sembari menyambut kedatangan Ridho dengan pelukan dan pagutan mesra dari bibir Wulan yang ranum stelah memakai lipstik dengan warna pink Cherry. Aroma tubuh Wulan menyeruak masuk ke dalam hidung Ridho hingga membuat Ridho semakin terbakar gairahnya.
"Iya sayang, semua aman terkendali. Sudah aku buatkan minuman untuk Tia hingga sampai pagi pun dia baru akan terbangun," jawab Ridho sembari memeluk tubuh Wulan.
Tangan Ridho sudah bergerilya di balik baju tidur Wulan yang tipis memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. \*\*\*\*\*\*\* lirih keluar dari bibir Wulan tatkala Ridho mengecup setiap inci tubuh Wulan. Kedua tangan Ridho tak tinggal diam, dengan lembut meremas pucuk dua bulatan kenyal di dada Wulan.
"Ah ... Mas," desah Wulan.
Suara Wulan yang mendayu manja membuat Ridho semakin gelap mata. Tak butuh lama untuk pemanasan karena Wulan juga sudah dalam kondisi on. Ridho melesakkan senjatanya menghujam ke dalam lubang kenikmatan milik Wulan yang bersih dan terawat.
Memang Wulan wanita yang pintar merawat semua aset yang dia miliki. Tapi sayang hatinya tidak dia rawat dengan baik. Wulan mengira jika wanita mampu memuaskan tiga lubang milik lelaki maka dia akan bisa menguasai lelaki itu.
Iwan yang mendengar \*\*\*\*\*\*\* dari keduanya pun bergidik ngeri. Iwan cukup umur untuk mengartikan apa yang dia dengarkan. Iwan merebahkan dirinya dengan mata yang tidak bisa terpejam juga. Pikirannya melayang pada kejadian yang baru saja dia dengar dibalik pintu kamar kakak sulungnya. Iwan gelisah dan bingung apakah dia harus memberi tahu Tia atau tidak. Jika dia memberi tahu Tia maka semua orang di rumah ini pasti akan semakin membenci Tia.
Iwan ingat betul tatkala mereka masih kecil, mamanya selalu membela Wulan meskipun yang bersalah adalah Wulan. Tia yang selalu jadi korban pelampiasan amarah sang mama jika mama bertengkar dengan sang papa.
Tia selalu dianggap sebagai anak pembawa sial. Tentang perjodohan Tia dengan Ridho itu karena Wulan tidak mau dijodohkan dengan Ridho. Dia memilih menikah dengan Hans yang merupakan teman kuliahnya, sekaligus pewaris perusahaan terbesar di kota Malang.
Semenjak saat itu Iwan memilih tinggal di kost dekat dengan sekolahnya. Tapi saat liburan dia pasti kembali ke rumah Ridho yang sekarang di huni kedua orang tuanya dan Wulan.
"Maaf Ma, Iwan terburu-buru." Iwan membalas ucapan sang mama. Dia segera pergi dengan membawa motornya. Meri yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya.
"Heran Mama dengan kelakuan adekmu itu Tia, kamu nasehati dia!" ucap Meri pada Tia yang kembali duduk untuk sarapan.
"Iya Mah, nanti Tia nasehati," balas Tia.
"Sayang, Mas berangkat dulu ya," ucap Ridho bangkit dari duduknya. Tia yang belum selesai makan terpaksa berdiri hendak mengantar suaminya ke depan.
Sebelum melangkahkan kakinya, Wulan mencegahnya.
"Tia, kamu lanjutin makan saja, biar Mbak yang bukakan pagar untuk Ridho. Sekalian Mbak mau keluar buat beli sayur di depan rumah. Takut nanti keburu habis sayurannya," ujar Wulan beralasan.
"Iya Tia, habiskan saja makanmu kasihan Ridho yang capek-capek kerja tapi kau seenaknya membuang makanan," ucap Nyonya Rita mendukung Wulan.
"Iya Mbak tidak apa-apa, terima kasih ya ... Mas, maaf ya kalau aku tidak bisa mengantar sampai depan." Tia mencium punggung telapak tangan suaminya. Itulah yang selalu Tia lakukan jika Ridho hendak berangkat ke kantor. Sementara itu Wulan berjalan di belakang Ridho yang seolah memang Wulan hanya sekedar membuka dan menutup pintu gerbang tapi tidaklah begitu adanya. Di garasi mobil Ridho menarik tubuh Wulan untuk masuk sebentar ke dalam mobil. Dengan penuh nafsu keduanya berciuman seolah semalam belum terpuaskan.
"Mas, sudah ... Kamu terlambat nanti," ucap Wulan menyadarkan Ridho yang masih asyik memainkan bukit kembar Wulan yang menyembul dari sarangnya. Wulan selalu memakai pakaian yang seksi menunjukkan lekuk tubuhnya. Tia sebenarnya sudah mengingatkan tapi Ridho selalu menenangkannya dengan mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan barang bekas orang lain.
"3 menit lagi sayang, Mas tidak akan pernah puas untuk bermain dengan milikmu ini." Ridho masih belum juga melepaskan tangannya dari memilin bola coklat kecil itu. Wulan sangat menikmati permainan adik iparnya itu. Hans suaminya tidaklah selihai Ridho dalam bercinta.
"Mas ... Sudah, cukup ... jangan membuatku lepas kendali. Aku sudah basah!" ucap Wulan sembari memejamkan matanya. Ridho masih asyik menikmati wajah cantik Wulan yang terpejam. Tapi teriakan tukang sayur menyadarkannya.
"Sayuuur ... Sayuuur ... Sayur segar komplit ... Ayo -ayo bunda dibeli- dibeli," teriak tukang sayur memekakkan telinga karena memakai pengeras suara.
"Sial! Aargh ... kurang ajar tukang sayur itu. Merusak kesenanganku saja," gerutu Ridho. Dia segera beranjak dari tubuh Wulan yang pakaiannya sudah tak beraturan lagi. Ridho merapikan penampilannya dengan menyisir uakng rambut lalu memakain parfum kembali.
"Maaf Mas, penampilanmu jadi berantakan. Aku segera keluar dulu membuka pintu gerbang sebelum pada curiga karena teriakan tukang sayur yang tidak berhenti sebelum ada yang beli," ucap Wulan yang juga merapikan bajunya lalu keluar dari mobil dan menuju ke pintu gerbang.
Wulan membuka pintu gerbang agar mobil Ridho bisa keluar. Wulan tersenyum sambil menundukkan kepala ketika mobil Ridho melewatinya.
"Wah, Mbak Wulan belanja sayur apa?" tanya ibu tetangga samping rumah Ridho. Kebetulan rumah Ridho berada di komplek perumahan.
"Ini Bu mau bikin sayur lodeh dengan laut ikan asin," jawab Wulan seraya memilih sayuran.
"Kok Mbak Wulan terus sih yang belanja. Mbak Tia kemana?" tanya ibu itu lagi.
"Iya Bu, memang sudah jadi tugas saya yang belanja. Maklum hanya numpang di rumah Tia. Tia sedang istirahat di dalam," jawab Wulan bohong.
"Wah, Mbak Wulan rajin sekali ya ... Enak Mbak Tia tuh, tapi gak kasihan apa, kakak kandungnya seperti ART nya saja," sahut ibu satunya yang kebetulan juga berbelanja.
Di arah lain, ada yang mengepalkan tangannya mendengar ibu-ibu itu membicarakan Tia. Ia adalah Iwan yang masih bertengger di atas motornya. Dia melihat semua yang dilakukan Ridho dan Wulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Sri mulyanah Mulya
ipar membunuhmu
2024-07-11
0
Erik Andriansyah Ibrahim
duuuuuh baru bab 3 dh buat esmosi nh
2024-07-04
0
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
asli bahaya bgt orang kayak gini, mending ketemu sm mak lampir sekalian deh yang ketauan jahatnya nusuk dr depan drpd ini mulutnya manis tp penuh fitnah sm kebohongan, nusuk dr belakang amit2 ketemu sama orang kayak gini
2024-06-04
2