Tiba-tiba perut Wulan mual, dia merasa sangat tidak enak di bagian perutnya. Wulan pun menuju kamar mandi untuk mengeluarkan muntahannya.
"Hoek ... Hoek ...." Wulan mengeluarkan semua isi perutnya, padahal baru saja dia menghabiskan sepiring nasi uduk.
"Mbak, Mbak Wulan kenapa?" tanya Tia sambil memijit tengkuk Wulan. Bukannya mereda tapi Wulan semakin menjadi muntahnya hingga cairan kuning yang keluar barulah dia lega.
"Wulan, kamu kenapa, Nak? Tia apa yang kau berikan pada Wulan, hah!" hardik Mama pada Tia yang masih berdiri di belakang Wulan membawakan tisu untuk mengelap bibir Wulan yang basah.
"Maaf Ma, Tia tidak tahu. Mbak Wulan baru saja datang di saat Tia menyajikan nasi goreng di meja makan. Entah mengapa setelah mendekat meja Mbak Wulan mual dan muntah, Ma," balas Tia.
"Cepat ambilkan minyak kayu putih! Biar lega perut kakakmu. Cepat, Tia!" gertak
"I-iya, Ma." Tia berlari menuju kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih yang biasa dia pakai untuk melegakan pernafasannya jika pilek. Tia membuka laci meja rias, Ridho mengamati apa yang di lakukan istrinya.
"Sayang, buat apa minyak kayu putih itu, Kamu sakit?" ucap Ridho, dia menyandarkan badannya di kepala ranjang.
"Oh ini buat Mbak Wulan, Mas. Dia muntah-muntah sampai lemas," jawab Tia. Mendengar hal itu Ridho langsung bangkit lalu turun dari ranjangnya dan keluar dari kamar.
Tia terbengong melihat suaminya yang langsung panik mendengar kakaknya sakit. Beda jika Tia sakit, hanya diminta mengambilkan obat saja, Ridho bilang walau sakit tidak boleh manja. Sedangkan hanya mendengar kabar Wulan sakit saja dia langsung bergerak menemui Wulan.
Hati Tia sangat sakit melihat suaminya lebih perhatian pada kakaknya dibanding dengan dia yang secara agama dan negara telah sah menjadi istrinya. Perubahan raut wajah dan sikap Ridho saat mendengar Wulan sakit sangat kentara.
"Mbak Wulan ... Mbak, kenapa? Sakit?" Ridho menghampiri Wulan yang duduk di kursi meja makan sambil minum teh hangat buatan Tia. Tia menatap curiga pada suaminya yang terlihat sangat mengkhawatirkan Wulan.
"Mungkin hanya masuk angin saja kok Ridh," jawab Wulan sambil menyeruput tehnya. Ridho bernafas lega takutnya karena habis bertempur semalam dengannya Wulan menjadi sakit.
"Ya sudah Mbak kalau begitu, nanti kalau merasa diperlukan untuk periksa ke dokter, nanti siang Saya antarkan ke dokter," tawar Ridho, hal ini semakin membuat Tia cemburu.
"Mbak Wulan ini minyak kayu putihnya, bisa Mbak borehkan ke perut Mbak biar enakan," ucap Tia melangkah mendekati Wulan. Ridho yang melihat istrinya menatap tajam padanya, dia segera bangkit lalu mengambil sarapannya sendiri.
Mama dan Papa Tia yang melihat itu semua hanya diam mereka asyik menyantap sarapannya.
"Wulan benar apa yang dikatakan Ridho, tidak mengapa kan Tia jika sebagai adik ipar Ridho mengantar Kakak iparnya sendiri periksa? Toh di sini juga tidak ada yang bisa mengantar selainnya," ucap Mama sembari menyantap makanannya.
Tia terhenyak, Ibu nya sendiri yang malah menyuruh Ridho untuk mengantar Wulan. "Ma, Tia bisa kok kalau hanya mengantar Mbak Wulan periksa ke dokter yang ada di klinik dekat pasar sana," jawab Tia.
"Kamu tidak lihat kakakmu sangat pucat wajahnya? Kalau nanti terjadi apa-apa di jalan siapa yang akan bertanggung jawab hah!" bentak Mama.
Tia terdiam, dia memang tidak bisa melawan Mamanya. Mata Tia menatap Ridho yang pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Suaminya sendiri hanya diam melihat dirinya dibentak ibunya. Tia merasa asing di rumahnya sendiri.
"Iya Mah, Maaf." Tia membalikkan badan masuk kembali ke kamarnya. Tia menangis di kamar mandi. Dia tidak ingin terlihat rapuh tapi tetap saja dia tidak bisa menyembunyikannya.
Siang harinya ...
"Mbak Wulan sudah siap? Ridho antar sekarang ya?" ucap Ridho. Bukannya menghampiri istrinya terlebih dahulu tapi Ridho langsung menemui Wulan yang memang sedari tadi menunggunya pulang di jam makan siang.
"Iya, terima kasih sebelumnya Rid." Wulan tersenyum bahagia sedangkan Tia menatap dengan tatapan yang sendu. Sakit hati yang dia rasakan tak mampu membuatnya berbicara tuk sekedar mengucap kata hati-hati.
Ridho dan Wulan dengan senyum yang bahagia menaiki mobil Ridho, hasil dari hidup irit yang dia terapkan dalam rumah tangganya.
"Mas, bagaimana kalau Aku beneran hamil?" tanya Wulan yang memegangi perutnya yangasih rata itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Susilawati
ayo lah Tia jgn terlalu lembek jadi perempuan
2024-07-05
0
Nike Natalie
ibu SM anak kekny sundal
2024-04-21
2
Muri
ibu laknat membiarkan anaknya jd pelakor anaj yg lain😇😇
2023-12-01
6