Sedapat mungkin Romeo meredam amarah istrinya, memeluk mencium dan menekan gerakan yang mungkin akan membahayakan Gisel yang sudah terduduk berjongkok melindungi perutnya, agar tidak terkena sasaran timpukan ibu-ibu yang ikut campur pada drama yang Manda ciptakan.
“Satpam …!!!” Seru Romeo setengab menghardik. Meminta pertolongan agar suasana ricuh itu segera berakhir.
“Sayang … pliis. Kita bisa bicarakan baik-baik.” Pinta Romeo minta di kasihani.
“Apa yang bisa kita bicarakan baik-baik lagi? Aku sudah mengikutimu sejak awal. Sungguh kamu yang datang kerumahnya dan mengajaknya pergi bersama ke sini. Ngakuu ….!!” Geram Manda yang ternyata memang lama menaruh curiga pada gelagat suaminya yang uring-uringan setelah Gisel pergi dari rumah orang tuanya.
“Iya sayang … iya. Aku salah. Memang aku yang mengajaknya ke sini. Tapi ini hanya sekedar untuk memastikan stok susu dan bahan makanannya, agar anakku terlahir sehat. Anak kita.” Romeo masih memeluk Manda dan berbicara di dekat telinganya.
“Jika hanya itu … kamu cukup memberinya uang. Tidak seharusnya kamu sampai mengajaknya berbelanja seperti ini. Aku cemburu Romeo…!!” Teriaknya pilu.
Sementara keadaan di sekitar area belanja itu sudah berangsur kondusif, sebab para satpam sudah di kerahkan untuk mengamankan area itu. Bagaimana perasaan Gisel, air mata dan peluh sudah bercampur menjadi satu. Malu bahkan pilu sudah tak dapat di pilah dengan gelar barunya sebagai pelakor yang tersemat pada dirinya, bahkan di tempat umum. Adakah rasa selain perih yang kini Gisel rasakan?
“Maaf Nyonya … mestinya tadi saya memang harus menolak ajakan Tuan Romeo.” Ujar Gisel berlalu dengan tampang dan rupa yang acak acakan. Beranjak pergi ke toilet wanita untuk membersihkan sebisanya kotoran yang menempel di pakaian, dan kulitnya. Tapi tidak dengan hatinya. Luka kembali tertancap di sanubarinya. Hilang sudah bekas tamparan di pipinya dua minggu yang lalu. Kini, mentalnya yang kena akibat ulah Manda yang sudah menuduhnya merebut suaminya. Bagian mana Gisel merebut Romeo. Ia bahkan sudah memilih untuk pergi untuk menenangkan dirinya.
Jika Gisel memang berniat merebut Romeo, mengapa tawaran untuk menikah yang tadi Romeo ajukan di tolaknya? Bukankah wajar jika mereka menikah saja, mengikat hubungan itu agar sah di mata agama, sebab mereka sudah satu tubuh bahkan akan ia telah hamil oleh Romeo. Tidak, tujuan Gisel tidak mengambil suami orang, justru ia hanya sedang terjebak oleh ulah suaminya sendiri.
Gisel mengakui, Romeo lebih tampan, mapan bahakan penyayang dari Dandy. Pria itu mampu menghadirkan ribuan kupu-kupu saat kulit mereka saling bertemu. Saat peluh mereka bercampur, dan saliva mereka saling tertukar saat proses pembuatan anak itu mereka lakukan. Tetapi, sedapat mungkin Gisel membuang rasa yang bisa membuatnya terbuai, lalu terjatuh dalam jerat yang di sebut cinta.
Sebab bagi Gisel cinta itu hanya sebuah kebohongan, karena Dandy pun dulu berlandaskan cinta saat meminangnya. Lalu lihatlah, apa yang pria itu lakukan padanya, pada rumah tangga mereka, apakah cinta masih bisa di agungkan dalam dunia ini.
“Hah … pelakor jaman sekarang memang sudah dalam bentuk dan modus beraneka ragam ya? Ya jual rahimlah, yang ngisi kesepianlah, ya dasar gatal, ya gatal aja, pake modus segala mau kasih anak, karena istri pertama mandul. Basi banget tau ga …???” celoteh seorang ibu yang sedang berada di toilet bersama Gisel. Rupanya ia juga tadi ikit dalam aksi penimpukan masal di are perbelanjaan.
“Tidak usah ikut campur dengan masalah yang ibu sendiri tidak ketahui duduk permasalahannya sejak awal.” Jawab Gisel tak terima di hina sedemikian rupa.
“Hah … gatal ya gatal. Ga ada alasan lain selain kata itu. Kayak ga punya Tuhan saja, sampai menjual diri. Memalukan!!!” Ketus ibu tadi dengan geram.
Gisel menarik nafas ingin kembali melawan, ia pandangi sekujur tubuh wanita yang menghinanya dari ujung rambut sampai kaki. Ingin mengumpat, tapi ia tahan.
“Huuumh … semoga ibu dan semua keturuan ibu, tak pernah mengalami seperti yang sedang saya jalani.” Hanya kalimat itu yang mampu Gisel ucap untuk membalas makian terhadap dirinya.
“Oh … ya. Amiin. Amit-amit cabang bayi. Jaukan lah kami dari malapetaka sepertimu.” Jawab ibu itu dengan tatapan sinis.
Gisel mengusap perut buncitnya. Segera pulang tanpa perduli dengan segala perbelanjaan yang seharusnya ia bawa pulang. Ia hanya ingin segera sampai di rumah, menumpahkan kesakit hatianya atas segala yang terjadi di supermarket sebesar itu.
“Oh ayah, oh ibu. Mengapa pembagian hidupku sedemikian pilu. Apakah salah dan dosa ku sehingga mendapatkan gelar yang paling aku hindari sepanjang hidupku.” Ratap Gisel sendiri di dalam kamarnya. Oa menangis sejadi-jadinya.
“Hai cabang bayi … maafkanlah ulah mommymu. Janganlah kamu memusuhinya kelak, hormat dan tunduklah pada perintahnya, agar hatimu tidak ia sakiti. Berlindunglah pada deddymu. Sebab hanya dia yang sangat menginginkan kehadiranmu.” Usap Gisel pelan pada permukaaan kulit perutnya sendiri.
Sementara dalam sebuah mobil yang Romeo kemudi, terasa diam mencekam. Di sebelahnya ada Manda yang baru saja tenang dari rasa amarahnya yang berlebihan. Mobil Manda sudah di bawa oleh supir yang Romeo panggil dengan cepat. Tak lupa ia minta mengantarkan semua yang sudah ia beli dan pilihkan untuk Gisel tadi.
“Apa Gisel sepenting itu, hingga kamu rela pergi berbelanja dengannya?” tanya Manda dengan suara lemah seolah tak berdaya.
“Berapa kali aku bilang. Ini bukan tentang Gisel. Tapi anak yang sedang ia kandung. Percayalah, hatiku masih hanya ada kamu. Cintaku tak pernah luntur sedikitpun. Berilah satu rasa percaya di dalam hatimu bahwa ini semata-mata hanya demi darah dagingku yang tertitip di rahimnya.” Pinta Romeo dengan pelan.
Dreth … dreth. Ponsel Manda bergetar.
“My Honey aku sudah sangat merindukanmu. Aku sedang menginginkan tubuhmu. Aku sekarang menunggumu di apartement kita.” Isi chat yang bersumber dari Roy kekasih gelap Manda, mantan kekasih terindahnya.
“Maaf … aku terlalu cemburu padanya. Dan begitu takut kehilanganmu sayang.” Manda mengeluarkan jurus manjanya pada sang suami.
“Cukup kamu percaya bahwa aku selamanya hanya akan mencintaimu.” Usap Romeo pada puncuk kepala istrinya.
“Bisakah kamu menungguku meeting sebentar di kantor sebelum kita pulang kerumah?” tanya Romeo pelan sambil melirik arloji di pergelangan tangannya, bahwa 30 menit lagi ia harus memimpin rapat di perusahaannya.
“Bolehkah aku minta ijin menenangkan diriku di rumah Memey?” bohong Manda yang sering menceritakan bahwa ia memiliki sahabat wanita yang tinggal di sebuah apartement tak jauh dari kantor suaminya tersebut.
“Biar aku yang mengantarmu ke sana.” Romeo segera menancap gas menuju apartement yang di maksud oleh istrinya.
Adakah suami sebodoh Romeo yang begitu mudah terpedaya oleh istri yang justru bermain di belakangnya, bahkan ia sendiri yang telah mengantarkan dengan ikhlas dan dalam keadaan sadar.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
Romeo bener bener boneka
2024-05-25
0
Putri Minwa
bodoh banget ya
2023-11-11
1
Agustina Kusuma Dewi
kata yg pas adlh gendeng
2023-08-21
1