“Mama … Gavy sama Papa di si ...” Suara anak kecil terdengar nyaring dari arah yang tidak ia tau di mana berada. Sepertinya dari atas loteng. Namun suara itu terpotong dengan sendirinya. Mungkin mulutnya sudah di bekap oleh seseorang. Gisel tau itu suara Gavy anaknya. Anak yang ia kandung 9 bulan dan ia rawat hingga kini berusia 4 tahun. Masa kan, ia tak mengenali dengan baik suara anaknya sendiri.
“Gavy … kamu di mana Nak ? Sini, Mama jemput Gavy.” Gisel berlari kesana kemari. Sementara dua orang tadi sudah membawa pergi tas berisi uang 200 juta yang Gisel bawa.
“Papa … Lepasin Gavy. Gavy mau sama Mama. Pa … paaa…” Awalnya rungu Gisel menangkap lagi suara anaknya yang sepertinya sedang berusaha untuk bersuara. Namun teriakan itu seketika tidak terdengar lagi. Mungkin mulutnya kembali di bungkam, di tutup atau apalah itu. Gisel semakin panik di buatnya. Berlari ke sana kemari. Lalu melihat ada sebuah tangga. Ia pun menaikinya, bermaksud mendapatkan tempat persembunyian para bandit penjahat itu.
Gisel naik. Dan para penjahat itu tergopoh turun dengan tangga yang lain. Ada Dandy di antara penjahat tersebut. Menggendong anaknya sendiri, demi untuk memancing kedatangan Gisel tentunya. Dengan gerak cepat, semuanya sudah berada di dalam mobil yang sudah siap membawa mereka pergi entah kemana.
Gisel mendengar deru mobil. Segera turun dan berlari keluar gedung. Mandapati sebuah mobil yang bahkan nomor polisinya tak dapat ia lihat, kabur karena jarak yang semakin jauh. Dan airmata yang sudah mengembun di pelupuk matanya.
“Gavy … Gavy. Ini Mama menjemput kamu, Nak.” Teriaknya berkali-kali. Hingga pingsan tak lagi sadarkan diri. Hanya tergeletak di depan gedung kosong di pinggiran jalan.
Gisel semalam sudah melayani Romeo dengan baik. Uang 200 juta pun sudah ia serahkan.. Perjanjian antara ia dan Gisel sudah saling mereka sepakati. Memperhatikan gerak gerik Gisel adalah hal penting yang Romeo lakukan, agar ia tidak di kelabui oleh wanita yang ia harapkan akan memberinya anak itu.
Romeo sudah meminta orang suruhannya mengikuti Gisel dari jauh. Hanya dari jauh, untuk memastikan Gisel dalam keadaan aman dan baik. Sehingga, saat Gisel tergeletak pingsan. Orang-orang Romeo dengan segera memberikan laporan pada Romeo.
“Bos … Nona itu pingsan di pinggir jalan. Tak jauh dari gedung tua.” Lapor anak buahnya pada Romeo yang akan memimpin meeting di perusahaannya.
“Segera bawa dia ke rumah sakit. Pastikan keadaanya baik.” Jawab Romeo singkat. Kemudian melanjutkan kegiatannya sesuai jadwal yang sudah di aturkan untuknya.
“Gavy ... Mama menjemput mu, Nak. Sayaaang, Mama datang menjemput kamu ...” Bahkan dalam igauannya Gisel tak henti memanggil nama anaknya.
Gisel sudah berada di ruang serba putih. Tangannya tertancap selang infus. Keadaanya lemah. Belum pulih rasa lelahnya meladeni Romeo yang tidak berhenti menumbuknya berkali-kali. Di siang hari ia sudah berjalan memenuhi janji pada sang penculik. Para penagih hutang suaminya. Yang ternyata sudah bekerja sama dengan Dandy untuk menipunya. Memperdayanya dengan menculik Gavy, anak mereka.
Be jad, bang sat, bia dab. Semua gelar itu wajar di sandang Dandy yang sangat licik bukan?
"Siapa kalian?" Gisel sudah siuman. Netranya jelas melihat dua orang berpakaian serba hitam dalam ruang rawatnya.
"Terima kasih, Nona sudah sadar. Kami orang suruhan Tuan Romeo. Untuk memastikan keadaan anda sudah membaik." Jawab salah satu dari orang berpakaian hitam tadi.
"Di mana Tuan Romeo ...?" tanya Gisel. Ia tidak tau apa harus marah atau bagaimana bersikap pada lelaki yang mengagahinya semalam. Jika saja ia tak di buat lemas hingga pagi, mungkin ia bisa lebih cepat dan kuat menghadapi penjahat tadi.
"Beliau akan kemari dalam 1 jam." Jawab orang suruhan Romeo sopan.
"Mengapa kalian bisa menemukanku ...?" tanya Gisel ingin tau.
"Kami mengikuti Nona, sejak keluar hotel." Jawabnya singkat.
"Gavy ... Lalu mana anakku Gavy. Tidak kah kalian juga melihat mobil yang membawa lari anak dan uang yang ku bawa tadi?" tanya Gisel berharap akan menemukan anaknya.
"Tidak Nona. Tuan hanya memerintahkan kami melihat Nona dari kejauhan. Kami hanya di minta menjaga Nona, tidak dengan yang lainnya." Jawab mereka tegas dan lugas.
"Gavy ... Di mana kamu? Kemana ayahmu yang brengssek itu membawamu pergi." Teriak Gisel. Jiwanya goncang. Belum habis geramnya saat tau suaminya memiliki banyak hutang. Kini ia harus terima bahwa anaknya pun di bawa kabur suami yang sudah tak layak di sebut suami itu.
"Gavy ...!!! Aku harus mencari Gavy." Gisel berteriak kembali, duduk dan berusaha mencabut selang infus di tangannya.
Bak orang gila, tak hentinya meronta. Tak henti memanggil nama Gavy anaknya. Dan berusaha lari dari pertahanan dua orang suruhan Romeo.
"Lepas ...!!! Lepaskan aku. Aku ingin mencari anakku. Lepas ... Jangan halangi aku." Marahnya meledak ledak. Memukul berkali-kali pengawal yang harus terima menjadi sasaran amukan wanita yang harus mereka jaga.
Tok
Tok
Suara ketukan dari luar, meminta di buka. Tapi pengawal Romeo tak berani membukanya, takut Gisel akan kabur.
"Buka pintu, ini aku." Tanpa sapaan dan nada tunggu. Ponsel pengawal itu sudah tersambung dari Romeo.
"Jaga dia." Perintah pengawal satu dengan yang lainnya. Sebab ia akan membuka pintu untuk Romeo yang akan masuk ruang rawat itu.
"Toloooong. Tolooong. Selamatkan anakku." Gisel bersujud di hadapan Romeo. Tepat saat pria itu sudah berada di ruang yang sama dengannya.
Romeo meraih kedua tangan Gisel. Memapahnya untuk duduk di tepian bed pasien.
"Kalian keluarlah, jaga di luar." Perintah Romeo pada dua pengawal suruhannya.
"Ceritakan padaku yang terjadi." Romeo merapikan rambut Gisel yang kusut masai akibat amukannya sendiri.
"Gavy ... Gavyku di bawa kabur oleh ayahnya. Dandy breng sek itu ternyata bersekongkol dengan penagih hutang kemarin." Ungkap Gisel saat sudah agak mereda emosinya.
"Mana uang yang ku berikan semalam?" tanya Romeo pelan. Tak ingin menambah tekanan pada wanita yang sudah ia settubuhi semalam.
"Sudah ku serahkan semuanya. Dan mereka malah membawa kabur anakku." Gisel menatap kosong dinding putih dalam ruangan tersebut.
"Kenapa tidak minta kawal polisi?" tanya Romeo.
"Mereka mengancam akan melukai Gavy jika aku membawa polisi."
"Mengapa tidak membawa aku, untuk menjemput anakmu?" cecar Romeo lembut.
"Sampai detik ini pun. Aku hanya tau namamu Romeo Subagia, dan istrimu bernama Manda. Kamu adalah pria yang bersepakat membeli rahimku untukku mendapatkan uang. Selebihnya aku tidak tau apapun tentangmu." Urai Gisel masih dengan tatapan nelangsa, dengan suara lirih menyampaikan isi hatinya, mengutuki kebodohannya yang mudah di tipu daya.
Romeo menarik nafas, membuang kasar. Membenarkan jika mereka berdua memang tidak pernah bertukar nomor ponsel. Atau apapun agar bisa saling terhubung. Untung saja Romeo sempat memerintahkan anak buahnya untuk mengekori Gisel. Jika tidak, bukan hanya uang 200 juta yang hilang. Tetapi kesempatan mendapatkan keturunan dari wanita ini pun raib.
"Nanti aku akan mengerahkan orang-orangku untuk melacak keberadaan suami dan anakmu. Aku tidak mau, kamu banyak pikiran. Aku tidak mau kamu stres. Bibit premuimku harus tumbuh sehat dalam rahimmu. Sembuhlah untuk calon anakku, uangku sudah kamu terima. Lanjutkan sesuai perjanjian." Ucap Romeo datar.
Gisel tersadar. Bagaimanapun, pria ini memang telah banyak menderita kerugian keuangan untuknya. Tidak mungkin Gisel lari dari perjanjian itu kan.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
Romeo pasti bisa menemukan suami brengsekmu Gisel
2024-05-24
0
Sandisalbiah
sia.. sia dong pengorbanan Gisel...
2023-07-28
2
aisyah
lanjut
2023-07-28
0