Sekretaris Romeo sudah sangat kenal pada Manda istri atasannya tersebut. Bahkan tak berani dengan wanita cantik tersebut, sebab sejak awal memang Manda sudah mengancamnya jika berani bermain serong dengan suaminya. Begitulah keposesifan Manda.
“Sayaaaang …” Panggilnya dengan nada riang bahkan bahagia saat melihat suaminya dengan kacamata yang melorot ke batang hidungnya memeriksa dokumen yang menumpuk di atas meja kerja.
“Oh … sayang. Apa kabarmu hari ini.” Romeo segera berjalan menuju istrinya, lalu mengecup bibir merah menantang di hadapannya.
Untuk beberapa menit tak ada jawaban atas pertanyaan yang Romeo tanyakan tadi. Sebab hanya ada decakan berirama yang menguar dalam ruangan itu, keduanya hanya sibuk bertukar saliva sambil berjalan mengarah pada kamar pribadi di dalam ruangan CEO itu.
Bahkan kini, kancing kemeja Manda sudah terbuka tiga, tangan Romeo sudah merem as dengan lincah gundukan yang menonjol di balik kain berenda merah menyangga dadanya.
“Hatiku sedang tidak baik-baik saja, Sayang.” Jawab Manda pelan. Dan itu berhasil menghentikan aksi Romeo pada istrinya.
“Maafkan mama.” Romeo merebahkan tubuhnya lurus dan mengambil kepala Manda untuk ia letakkan di lengannya, agar berbantal pada bagian tubuhnya tersebut.
“Aku sudah terlalu sering bertengkar dengan mama. Tapi kali ini, ia sungguh sudah menghinaku. Siapa sih yang mau menjadi wanita mandul?” tangisan Manda pecah, tangis buaya betina tentunya. Bukankah ia baru saja bercinta dengan kekasih gelapnya? Lalu mengapa ia seolah menjadi wanita paling menderita saat berada di bawah pelukkan sang suami.
“Demi aku … tolong maafkan mama ya, sayang.” Pinta Romeo mengiba.
“Aku tidak akan pulang kerumah. Aku tidak bisa terus hidup bersama wanita penjual rahim itu, sayang. Bahkan rumah kita bagai neraka saat mama mu ikut berada di sana. Hatiku sakit melihat perlakuan mansinya pada ja lang itu.” Romeo menyimpan rasa marahnya mendengar Gisel di sebut ja lang oleh Manda, istrinya. Satu sisi hatinya tidak terima, jika Gisel di samakan dengan gelar itu.
“Mama dan Gisel sudah tidak di rumah kita. Pulanglah, ada aku yang selalu merindukanmu dalam setiap detik.” Jawab Romeo si bucin akut.
“Benarkah …?”
“Iya sayang …”
“Apa kamu mengusir mereka demi aku …?”
“Tidak. Mereka pergi dengan sendirinya. Dan mama minta di sampaikan permintaan maafnya karena sudah menghinamu.” Jujur Romeo pada Manda. Yang diam-diam menyungingkan bibirnya, menyimpan senyuman licik dan sinisnya.
”Syukurlah mereka sudah pergi. Sebab aku bisa gila jika terus tinggal bersama dengan mereka.” Jawab Manda dengan nada ketus.
“Semua bisa kita bicarakan baik-baik. Aku sangat menyayangkan sikapmu pada Gisel. Tidak seharusnya kamu menamparnya kemarin malam.” Romeo berusaha menegur istrinya dengan pelan.
“Kamu berpihak padanya?”
“Bukan begitu sayang.”
“Kamu sudah mencintai wanita penjual rahim itu, Romeo?”
“Tidak. Bukan begitu.”
“Hanya karena ia sudah mengandung anakmu, jadi kamu ingin membenarkan sikap mama mu yang memperlakukannya dengan baik, bahkan mengabaikan ku menantunya sendiri?” nada suara Manda sudah tidak bisa pelan bahkan nyaring. Keinginan Romeo yang sempat tersulut tadi, mendadak sirna begitu saja, karena obrolan mereka yang memanas.
“Terlepas dia wanita yang sudah bersedia mengandung anakku atau tidak. Menampar orang lain itu kriminal, sayangku. Itu tidak baik. Jangan buat kadar cintaku memudar karena sikap kasarmu. Mengapa istriku begini?” rayu Romeo manis.
“Sayang … kucing saja bisa berubah menjadi harimau, jika miliknya akan di ambil orang lain.”
“Gisel tidak pernah mengambil apapun darimu. Ia hanya kita manfaatkan rahimnya, untuk menyempurnakan rumah tangga kita.” Lanjut Romeo meyakinkan.
“Ah … sudah lah. Aku bosan mendengar pembelaanmu pada wanita murahan itu.” Gusar Manda seolah memang Gisel yang jahat, padahal justru ia sendiri penjahat satu-satunya dalam rumah tangganya sendiri.
Romeo galau … ingin menghubungi Gisel, sekedar menyanyakan keadaanya setelah pulang bersama mamanya tadi. Tapi, hati lainnya berkata. Untuk apa perduli dengan wanita itu. Akhirnya memutuskan untuk menghubungi mamanya adalah hal yang lazim ia lakukan sekarang.
“Apa mah …? Gisel tak bersama mama?” suara Romeo tidak pelan saat tau jika kini Gisel tak tinggal bersama sang ibu.
“Ke rumah saja, papa mau bicara.” Ucap suara khas Keynan mengambil alih ponsel dari tangan istrinya.
“Sayang … kita kerumah mama.” Ajak Romeo pada Manda yang sedang berendam dalam bath up di kamarnya. Melepas lelah raga setelah memuaskan hasratnya bersama Roy, juga merasa perlu menenangkan batinnya yang tertoreh oleh ibu mertuanya, seolah ia memang korban dalam rumah tangganya.
“Aku tidak siap bertemu mama mu.” Jawabnya datar.
“Demi aku yang selalu mencintaimu. Tolong, ikutlah bersamaku.” Pinta Romeo penuh harap.
“Aku tidak suka melihat wanita penjual rahim itu.” Lanjutnya tanpa tekanan.
“Dia pun sudah tidak tinggal di rumah mama dan papa.” Lanjut Romeo. Dan itu berhasil memancing keingintahuan Manda. Ia pun bergegas keluar dari dalam bath up, untuk membilas sabun yang masih melumuri tubuhnya. Kemudian bersiap untuk pergi kerumah mertuanya.
“Kemana Gisel pergi, Ma?” tanya Romeo saat sudah bertemu dengan ibunya.
“Hah … bahkan kabar papa tidak kamu tanyakan terlebih dahulu?” sindir sang ayah saat menuruni tangga dari ruang kerjanya.
“Maaf, Pa. bagaimana perjalanan bisnisnya?” pertanyaaan Romeo segera beralih pada sang papa.
“Baik. Duduklah.” Jawab pria tua itu pada anak dan menantunya.
“Ma …” ucap Keynan memberi isyarat pada istrinya. Yuniar menoleh sebentar kea rah suaminya. Lalu beralih pandangan pada menantunya.
“Manda … maafkan ucapan kasar mama pagi tadi. Mama emosi, saat melihatmu menampar wajah Gisel. Itu tak baik untuk perkembangan psikis janin yang sedang dalam kandungannya.” Ucap Yuniar tulus.
“Apalah aku Ma. Hanya seorang wanita mandul yang tidak berguna. Bahkan responku terhadap wanita yang sudah berbagi tubuh dengan suamiku pun, aku harus menjaga sikap.” Ujarnya mengasihani dirinya, sungguh dialah korban sesungguhnya. Romeo mengenggam tangan istrinya yang bergetar, menahan isak tangis yang bisa ia datangkan kapan mau.
“Kamu tidak pernah meminta menjadi wanita yang tidak sempurna, Tapi setidaknya hanya bertindaklah wajar dengan sesama manusia. Cemburu dan kecurigaaan yang berlebihan bisa mendatangkan petaka dalam rumah tangga kalian. Kesalahan terbesar bukanlah pada Manda. Wajar saja ia membenci Gisel, sebab bagaimanapun kamu adalah istri Romeo. Menjadi wanita yang di pilih anakku sebagai pendamping hidupnya adalah keputusan dan itu hak Romeo. Tetapi, memilih Gisel sebagai pelanjut keturuan bahkan tanpa ikatan itu jelas kesalahan Romeo. Untuk itu, sebagai orang tua Romeo, biar saya yang meminta maaf padamu.” Keynan berbicara serasional mungkin.
“Jika memang ingin mencari siapa yang paling salah, jelas Romeo oknumnya. Tetapi, segala sesuatu sudah berjalan. Maka, mari kira jalani sebaik mungkin. Biarkan Gisel menepati janjinya untuk menyerahkan anakmu sampai masa ia melahirkan.” Tegas Keynan pada anak dan menantunya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Putri Minwa
Romeo benar tuh
2023-11-07
1
Noly Yathi
bodoh nya si romie,istri sah yg jalang to
2022-12-06
0
Conny Radiansyah
Benar sekali Keynan ... tapi, lihat nanti siapa Manda sesungguhnya ...
Seru Thor ....
2022-11-12
1