Kendaraan roda empat yang Yuniar dan Gisel naiki bergerak dengan kecepatan sedang. Taka da kata dan obrolan di antara keduanya saat di perjalanan. Gisel sibuk sendiri dengan pikirannya sendiri. Memikirkan cara agar bisa hidup sendiri tanpa Yuniar juga Romeo. Gisel sungguh tidak memiliki niat sekalipun untuk melanjutkan hubungannya dengan pria yang telah bersepakat akan membeli anak yang ia kandung sekarang.
Dalam benak Gisel hanya ada Gavy, anaknya yang pergi bersama suamiya. Bukan pula karena cintanya pada Dandy. Bahkan nama lelaki itu sudah secara langsung dan cepat terhapus dalam ruang hatinya. Hati kecilnya yang sudah tertoreh luka oleh pria yang masih berstatus sebagai suaminya sendiri.
Sedangkan dalam hati Yuniar pun, masih di lingkupi rasa bersalah akan ucapannya pada Manda, menantunya. Selama ini mereka memang tak pernah akur. Tetapi selalu ada Keynan Subagia, suaminya yang selalu mampu meredam emosi dan menenangkannya. Ini bukan yang pertama kalinya ia bertengkar dan adu mulut dengan Manda. Namun untuk berkata kasar dan menghina Manda sedalam itu, inilah yang pertama. Dan anehnya iapun turut sakit hati karena ucapannya sendiri.
“Ayo turun, kita sudah sampai.” Ajakan Yuniar pada Gisel saat mobil itu sudah singgah di depan rumah megahnya.
Tanpa menjawab Gisel mengikuti ajakan Yuniar dan segera masuk ke rumahmegah lalu menuju kamar yang di siapkan untuknya.
“Papa … “ Seru Yuniar saat melihat suaminya berada di ruang tengah rumah mereka.
“Iya … mama dari mana saja?” sambut Keynan pada istrinya, memeluk dan mengecup kening wanita yang hingga di usia tua pun masih sangat cantik.
“Kita bicara di kamar saja.” Ajak Yuniar menarik tangan suaminya, agar masuk ke dalam kamar mereka. Di dalam sanalah Yuniar mengakui semua perbuatannya pada Manda, Yuniar tau. Ia pasti akan di tegur oleh sang suami. Tapi baginya, sesalah apapun perbuatannya. Mengakui adalah hal terpenting yang harus ia sampaikan pada sang suami. Tak ada yang mereka berdua tutupi, sebab itulah tulang rusuknya. Mereka hanya dua raga namun satu jiwa.
Keynan mendengarkan dengan seksama cerita yang Yuniar sampaikan padanya. Sembari mengelus pucuk rambut yang sudah memiliki dua warna itu. Kepala istrinya berada didepan dadanya, sehingga pakaian bagian depan suaminya basah akibat air mata yang jatuh atas penyesalannya sendiri.
“Mama … sikapmu pada Manda itu berlebihan. Bagaimanapun Manda itu wanita yang sangat Romeo cintai. Bahkan bukan kehendaknya memiliki permasalahan sulit mendapatkan keturunan. Bukankah, mama juga pernah mengalami hal itu dahulu. Sehingga kita hanya memiliki satu anak saja. Papa sangat menyayangkan penghinaan mama terhadap menantu kita.” Respon papa Romeo pada istrinya.
“Mama menyesal Pa. Mama juga sudah minta maaf untuk kesalahan mama.” Jawab Yuniar masih terisak.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar Yuniar dan suami di ketuk dari luar, Membuat keduanya merenggang dan Yuniar segera menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya.
“Siapa …?” tanya Yuniar sambil melangkah ke arah pintu kamarnya.
“Saya Nyonya.” Jawab suara dari luar. Yang jika Yuniar tidak salah itu adalah suara Gisel.
“Ada apa sayang …?” tanya Yuniar ramah dan selalu baik pada Gisel wanita yang tengah mengandung calon cucunya.
Belum sempat rungu Yuniar menangkap suara jawaban dari Gisel. Tapi kepala Gisel sudah sejajar dengan telapak kaki yang berpijak pada lantai marmer di depan kamarnya.
“Saya mohon Nyonya. Ijinkan saya hidup sendiri. Tolong, biarkan saya merawat kandungan ini sendiri. Saya berjanji akan tetap menyerahkannya untuk kalian.” Pinta Gisel memohon di kasihani oleh Yuniar.
Keynan bahkan tak sempat melihat raut wajah wanita yang kini bersimpuh di kaki istrinya. Namun, dari yang ia dengar. Ia dapat menyimpulkan jika wanita itu sungguh sedng dalam mode permintaan yang sungguh sungguh.
“Gisel … jangan begini.” Susah payah Yuniar menolong Gisel agar berdiri di hadapannya.
“Tidak Nyonya. Aku tidak akan berdiri. Sampai Nyonya ijinkan aku pergi dari rumah ini. Tolong Nyonya … tolong kasihani aku.” Pinta Gisel dengan penuh paksaan.
“Kalau Romeo tidak dapat menjaga mu saat hamil anaknya, mestinya mama yang harus intens menjagamu. Tapi, kalau kamu tidak di sini, bagaimana mama bisa menjaga calon cucu mama.” Yuniar tetap berusaha mendirikan Gisel dari posisinya.
“Tolong beri aku kepercayaan saja Nyonya. Aku akan menjaga kehamilan ini dengan baik, sampai cucu kalian ini lahir. Tolong … percaya saja padaku.” Ulang Gisel masih dengan nada penuh permintaan.
“Silahkan. Pergilah kemana kamu merasa nyaman selama mengandung. Dan datanglah kembali untuk membuktikan semua yang telah kamu ucapkan tadi.” Suara tegas Keynan mendekat pada Istri dan wanita yang rahimnya Romeo pakai untuk mendapatkan keturunan,
Kepala Gisel menengadah mencari sumber suara. Dan manik matanya terhenti pada seorang pria tua namun masih terlihat tampan di dalam kamar dan kini sudah berdiri sejajar dengan Yuniar.
“Terima kasih Tuan. Aku berjanji akan kembali untuk menyerahkan cucu kalian.” Jawab Gisel berdiri sendiri merasa permintaannya sudah di kabulkan.
“Papa …” Tangan Keynan terangkat, memberi kode agar istrinya tidak menolak atau membantah ijin yang sudah ia berikan tersebut.
“Pergilah …” Perintah Keynan tegas memandang lekat wanita mungil yang sedang mengandung calon cucunya tersebut.
“Kami akan membantu kepindahanmu, Gisel.” Yuniar mengikuti arah tubuh Gisel yang sudah berbalik akanmeninggalkan Yuniar dan suami.
“Tidak usah menerima tawaran istriku. Pergilah sesuai keinginanmu.” Tegas Keynan sungguh seolah mengusir Gisel secara halus.
Yuniar sudah di persalahkan tentang Manda oleh suaminya tadi. Dan kini ia tak berani melawan saat suaminya sudah menjatuhkan perintah agar Gisel pergi dari rumah mereka.
“Ini nomor ponsel saya. Jika Tuhan mengijinkan, kurang lebih enam bulan lagi, saya akan datang mengantar cucu kalian. Terima kasih atas kebaikan selama ini, saya pamit.” Gisel sudah dengan satu buah tas berisi pakaiannya, dan akan bersiap meninggalkan rumah mewah itu.
“Mengapa papa mengijinkan Gisel pergi …?” tanya Yuniar pada suaminya selepas kepergian Gisel.
“Bukankah baru saja kamu menangis dan menyesal telah menyakiti hati Manda dengan perkataanmu. Lalu mengapa perbuatanmu kemudian menumpuk sakit hati menantu kita?” Keynan balik bertanya pada sang istri.
“Gisel mengandung cucu kita, Pa …!”
“Ya … hanya karena itu. Kamu menyanjungnya tanpa memikirkan perasaan menantumu sendiri. Coba lah berada di sisi Manda. Hatinya belum sembuh akan kenyataan kesehatan rahimnya, tetapi harus melihat bagaimana mertuanya memperlakukan seorang wanita yang bahkan baru di kenal dengan pelayanan berlebihan, hanya karena sedang mengandung. Apa kamu yakin itu darah daging Romeo?” Keynan mencoba menyadarkan Yuniar.
“Tapi Gisel itu wanita baik-baik, Pa. Bukan pellacur.”
“Apa namanya seorang wanita yang mau berhubungan badan tanpa menikah dan di berikan imbalan setelahnya, kalau bukan pellacur?” tanya Keynan pada istrinya
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
Laaah, kirain keynan orang yang bijak
2024-05-24
0
Carlina Carlina
waduuuuhhhhhhh papa kenan kok bgitu🥺🥺
2023-08-02
1
Rosmery Napitu
kehidupan bapak keynan...kurang berpihak pada Gisel,demi nyawa anak yg dipermainkan suami sendiri ,
seorang ibu rela jadi apapun demi anak,asal bpk tau itu
2023-07-28
1