Perlahan Manda semakin merasa tersingkir sebagai istri Romeo yang sesungguhnya. Ia tau berjuta-juta kali suaminya meyakinkan dirinya. Bahwa Manda lah wanita yang paling ia cinta. Tapi apa yang terjadi di dalam kamar, saat suaminya hanya berdua saja dengan seorang wanita hamil. Dan kehamilan terjadi oleh perbuatan Romeo.
“Malam ini kamu tidur dengannya lagi ?” tanya Manda lirih pada suami yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Tidak.”
“Bohong … seperti tadi malam kan? Kamu bahkan tidak masuk ke kamar kita untuk tidur bersamaku.” Tebak Manda dengan nada meninggi.
“Semalam aku tidak tidur di kamar ini, bukan karena tidur bersamanya juga. Aku di ruang kerja.” Jawab Romeo cuek sambil memilih pakaian yang akan ia pakai. Benar saja, setelah ia bergumul dengan Gisel semalam, Romeo sungguh merasa bersalah pada Manda. Sehingga memilih tidak tidur di kamar mereka, melainkan memilih ruang kerja untuknya melepas penat sampai pagi datang.
“Kamu yakin tidak sedang membohongiku, Sayang?” Manda melunak, tau kelemahan suaminya adalah kelembutan dan air mata.
“Sayang … jangan pernah sudutkan aku dengan semua tuduhanmu. Aku hanya minta kesabaranmu, sebentaaaar saja, Manda. Percayalah, ini hanya sementara. Tunggulah sampai anakku lahir. Selanjutnya kita akan bahagia, rumah tangga kita sempurna dengan suara tangisan bayi, darah dagingku.” Romeo sudah berlutut di depan kaki Manda yang duduk di tepian ranjang mereka.
“Aku percaya kamu, Sayang. Tapi cemburuku berlebihan, aku gila membayangkan apa yang kalian berdua lakukan saat berdua di dalam kamar tertutup itu. Kamu mencumbunya …?” masih, Manda masih menuduh Romeo menyentuh Gisel.
Romeo tak bergeming. Tidak mungkin ia mengakui bahwa dia dan Gisel sudah melanggar isi perjanjian yang sudah mereka sepakati bersama. Naluri kelelakian Romeo tersulut, saat di awal hanya ingin menyapa anaknya dengan mengelus permukaan kulit Gisel.
Gisel manusia biasa, tubuhnya berkhianat pada hatinya. Tangan Gisel yang akhirnya ikut membawa elusan di perut itu, sukses nyasar ke tempat lain. Pada lembah ngarai yang tiba-tiba lembab, ingin di jelajah dengan benda lain yang dapat menjanjikan kenikmatan dan kebahagiaan setelahnya.
“Kamu melanggar janji, Romeo. Kamu ingkar. Kamu khianati janji suci pernikahan kita. Aku yang bodoh, aku. Terima saja keputusanmu untuk meniduri wanita mata duitan itu.”Manda tak berhenti bicara. Geram yang ia tahan setiap melihat kebaikan ibu mertuanya pada Gisel membuatnya semakin benci Gisel.
“Itu tidak seperti yang kamu bayangkan, Sayang. Ikutlah bersama kami di dalam kamar. Kamu pun berhak berkenalan dengan anakku, sejak dalam perut. Akan ku katakana padanya, kamulah Mommynya.” Tiba-tiba ide keluar dari kepala seorang Romeo.
“Untuk apa aku ikut ke kamar itu? Untuk menjadi saksi percumbuan kalian? Hah … kalian bahkan tak sadar sudah begitu mengagungkan abang bayi itu yang tidak lain adalah anak haram …!!!” Ketus Manda yang semakin meninggi emosinya.
“Jaga bicara mu, Manda!!!” Hardik Romeo. Untuk pertama kalinya Romeo marah pada Manda.
“Oh … belum juga anak haram itu lahir. Tapi lihat …? Kamu bahkan sudah berani menghardikku. Lupakan saja semua janjimu akan hidup bahagia bersamaku dan anakmu itu. Kamu sudah berubah Romeo…!!” Manda tak kalah marah menyadari lelaki bucin itu sudah tak selembut dulu padanya.
“Maaf Sayang. Aku tersulut emosi. Aku menginginkan anakku, terlebih kamu.”
“Tidak, aku tidak percaya. Kamu pasti akan lebih sayang pada anak haram itu. Apalah aku. Hanya wanita mandul yang tak tau diri, mungkin dalam sekejab saja, aku akan di singkirkan dari rumah ini. Dulu aku ratu di sini, tapi sekarang tak lebih dari batu. Aku punya hati dan perasaan, Sayang. Hatiku sakiiit. Jangan kamu minta aku bisa menyanyangi anak kalian. Melihat wajahnya saja aku tak sudi.” Tangis Manda pecah, minta Romeo memahami perasaannya.
“Aku mengajakmu ke kamar itu, supaya kamu percaya kami tidak melakukan apa-apa saat berdua di dalam sana.” Bohong … Romeo sudah mulai pandai membohongi istrinya. Apakah benar masih Manda yang ia puja.
“Tidak perlu. Bukankah ada Tuhan yang lebih tau apapun yang kalian perbuat. Dan mungkin sudah nasibku, menjadi wanita yang sengsara akibat kemandulan ini.” Romeo memeluk Manda erat. Jelas ia merasa bersalah, sebab semalam ia memang melakukan hubungan intim bersama Gisel. Tapi, baginya itu sebagai suatu kekhilafan. Romeo tak sungguh-sungguh ingin berkhianat dari Manda.
“Tuan di panggil Nyonya Besar.” Suara pelayan dari luar kamar terdengar dengan jelas.
“Sana … temui ibumu. Pasti dia sedang memerintahmu untuk menyayangi anak haram itu lagi.” Ketus Manda tak bisa membendung kesal hatinya.
“Cukup Manda.” Jawab Romeo, lalu melengos pergi meninggalkan istri yang selalu menyudutkannya.
“Ada apa Ma …?”
“Temani Mama, pergi ke acara amal. Ini sebenarnya kegiatan rutin Papa dan Mama. Tapi kamu sendiri tau, Papa sedang tidak di sini.” Yuniar meminta dengan penuh harap.
“Oke … baiklah. Pukul berapa …?”
“30 menit lagi.” Jawab Yuniar senang. Romeo anak yang manis dan penurut. Tak pernah membuat hati orang tuanya luka. Kecuali dalam hal memilih istri. Entah mengapa, hati kecil Yuniar bicara jika Manda bukanlah wanita yang baik untuk putra tunggalnya itu. Tapi, karena semua keinginan orang tuanya tak pernah ia bantah. Maka, saat hanya Manda wanita yang Romeo pilih untuk jadi istrinya. Kedua orang tuanya pun tak bisa berkutik.
Rumah Romeo mendadak sepi. Saat Romeo dan Yuniar sungguh telah pergi. Tersisa Gisel dan Manda juga beberapa orang pelayan yang masih terlihat mempersiapkan makan malam untuk kedua wanita dalam rumah tersebut.
“Nyonya Gisel, makan malam sudah siap.” Ketuk seorang pelayan di depan pintu kamar yang di tempati Gisel. Tepat saat Manda berada tak jauh dari depan kamar itu, sehingga ia memang dapat mendengar dengan jelas panggilan terhormat itu pada Gisel.
“Sarah … sekali lagi kamu panggil dia Nyonya. Akan ku robek mulut mu!!!” Sengit Manda pada pelayan yang kaget dengan hardikan yang di tujukan padanya.
“Maaf … maafkan saya Nyonya Manda. Saya hanya menjalankan perintah.” Sarah menunduk tak berani pada majikannya tersebut.
“Perintah … Perintah. Perintah siapa?” ketus Manda tak suka.
“Nyonya Besar. Nyonya Yuniar.” Jawabnya dengan menundukkan kepala.
“ Ini rumah saya. Saya yang berkuasa di sini. Bukan wanita tua yang kamu sebut Nyonya besar itu. Kamu mau saya pecat …?” Manda sepertinya memang tak pernah bisa pelan dalam hal berkomunikasi. Selalu dengan nada tinggi penuh tekanan.
“Maaf Nyonya … ampun. Jangan pecat saya.” Pinta sarah mengiba.
“Ada apa …?” Gisel yang baru keluar kamar pun sedikit bingung saat melihat Sarah sudah berada di bawah kaki Manda. Tepat di depan kamarnya.
Plakh
Manda sungguh tak suka melihat wajah Gisel yang sok suci. Manda merasa harus menunjukkan siapa dia sesungguhnya. Sebelum semua akan rusak di injak-injak oleh oleh Gisel.
“Tidak usah banyak tanya. Kamu … statusmu juga tidak lebih tinggi dari pelayan ini. Jangan sok di rumah ini. Jangan lupa … kamu hanya wanita penjual Rahim. Tidak lebih. Jadi jangan pernah berlagak manja dengan suamiku. Dan ingat … anak yang kamu kandung itu anak haram. Anak hasil dari berhubungan tanpa ikatan.” Manda tersenyum sinis. Merasa puas memiliki kesempatan menghina Gisel.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
semakin kamu tidak bisa mengendalikan emosi, semakin cepat kamu tersingkir Manda
2024-05-24
0
Rosmery Napitu
redam sedikit dong Manda....
kamu pilih di hancurkan atau mengalah sedikit...
jgn egois,ini lah resiko dan tantangan dlm sebuah pernikahan,jgn munafik ,jika saudaramu laki punya istri mandul, tepat nya diposisi Romeo , bagaimana
hidup timbal balik dong...
2023-07-28
0
Sandisalbiah
mandul aja begitu sombong dan aroga apa lagibkalau dia normal.. hais Roeo nya aja yg goblok bin o'on... cinta gak pake logika.. gak masuk di akal...
2023-07-28
0