Suasana di rumah Romeo cendrung tenang. Jauh dari segala riuh rendah suara yang bernada tinggi. Keduanya adalah suami istri yang aku, dan jarang berselisih paham. Tapi tidak kali ini. Setelah Romeo memutuskan untuk menggunakan jasa rahim Gisel untuk di buahiagar mendapatkan keturunan. Kini semua berubah, terutama setelah Yuniar sang mama yang membawa Gisel kerumah mereka.
Manda memang bukan istri yang patuh apalagi menurut. Ia sudah terbiasa di manja dan semua keinginannyalah yang menjadi acuan bagi Romeo untuk bertingkahlaku. Manda juga bukan tipe menantu yang selalu meletakan rasa hormat setinggi-tingginya pada sang mertua. Mereka bagai dua orang yang selalu berseteru. Sebab sejak awal pernikahan pun, Yuniar sesungguhnya takmenyukai wanita pilihan anaknya ini.
“Pergi saja kalian dari rumah ini. Sayangi saja wanita penjual rahim dan calon anak haram itu…!!!” Ketus Manda tanpa memikirkan etika dan segala macam bentuk tata karma terhadap orang yang lebih tua darinya.
Plakh …
Yuniar memang berusia tua, namun belum renta. Tangannya masih kuat saja menggampar pipi menantunya yang selalu seenaknya menjawab pertanyaannya.
“Jaga bicaramu …!!!” Kata itu yang Yuniar sampirkan bersamaan dengan layangan tanmganya tadi.
“Bagian mana yang harus aku jaga …? Apa aku salah? Awalnya ia akan menjual rahimnya, hah …!!! Lambat laun ia akan merebut suamiku. Dan katakana padaku, apa aku salah menyebut anak itu adalah anak haram, jika ia tumbuh pada rahim ibu yang tidakmemiliki ikatan secara hukum dan agama dengan laki-laki yang menitipkan benih padanya … apa dia yang kini Mama bela?” Tangis Manda pecah. Bahkan yang ia sampaikan itu tidak semuanya salah.
“Romeo tidak akan membeli rahim seorang wanita lain, jika kamu bisa hamil … dasar wanita mandul…!!!” oh Tuhan … Yuniar sungguh tidak berpihak pada Manda. Kompasnya sangat tegas mengarah pada Gisel, wanita yang bahkan belum enam bulan ia kenal.
“Hina Mah … hinakan saja terus rahimku yang kering. Jika itu membuat kalian bahagia …!!!” Manda bahkan tidak menghabiskan sarapannya. Niatnya akan mengurus suaminya yang sedang mabuk di kamarpun ia lupakan. Mengambil mantel, kemudian memilih pergi dengan kendaraan roda empatnya menuju sebuah apartement yang tak asing untuk ia sambangi.
“Permisi Nyonya … sepertinya aku memang tidakpantas untuk tinggal di sini. Semua yang Nyonya Manda katakana tentang anak ini benar adanya. Dan aku merasa tidak benar tetap berada di sini. Biarkan aku hidup sendiri sampai anak ini lahir. Aku berjanji akan tetap menyerahkannya pada kalian, sesuai kesepakatan.” Gisel sejak tadi ada di luar kamar. Dan dapat melihat secara langsung pertengkaran antara Manda dan mertuanya.
“Tidak … kamu tidak boleh pergi dari rumah ini. Cucuku harus mendapatkan kasih sayang sejak dalam kandungan. Dan jika ada yang harus pergi di antara kalian. Itu adalah Manda, bukan kamu.” Jawab Yuniar tegas.
Entah Yuniar model mertua macam apa. Yang bahkan lebih memilih wanita yang rahimnya di bayar oleh anaknya, di bandingkan menantunya sendiri. Wanita yang sangat di cintai oleh anak semata wayangnya tersebut.
“Aku tak ingin menjadi wanita yang di sebut perebut suami orang Nyonya. Cukup sakit gelarku sekarang adalah wanita penjual rahim. Tolong … berpihaklah pada posisiku sekarang. Tuan Romeo hanya ingin anak, maka ijinkan aku mewujudkan itu dengan berada di tempat lain. Menikmati kehamilan ini dengan caraku, sebelum anak ini sungguh tak akan aku miliki lagi.
Sejak awal Gisel tak pernah melibatkan perasaannya dalam hal pembuatan anak ini bukan. Ia hanya wanita yang sedang tersesat saat membutuhkan banyak dana demi melunaskan hutang suaminya. Sehingga, tanpa selalu bersama Romeo pun bukanlah suatu masalah yang sulit baginya. Bukankah Secara biologi, kehamilan terjadi karena adanya pertemuan sel telur dan sp3rma dalam rahim. Sehingga pada proses reproduksi itu, baik Gisel maupun Romeo sungguh tak membawa perasaannya. Baginya mereka, membuahi Gisel adalah suatu target yang harus ia capai.
“Nyonya … ijinkan aku menjaga kehamilan ini sendiri di tempat lain. Aku berjanji akan menyerahkannya sesuai dengan perjanjian yang sudah kami sepakati.” Gisel sudah tidak memanggil Yuniar dengan sebutan Mama seperti permintaannya. Gisel sudah semakin sadar akan posisinya, seperti yang Manda ingatkan semalam. Ia tak lebih tinggi dari seorang pelayan. Yang berada di sana hanya untuk di bayar dan mendapatkan upah atas pekerjaannya.
“Jika kalian tidak membuat anak itu dengan rasa cinta, setidaknya kalian berdua bisa merawatnya dengan kasih sejak ia tumbuh di dalam rahimmu. Agar kelak ia sungguh menjadi anak yang baik.” Lirih Yuniar seolah putus asa.
Mengapa Manda tak mengerti maksudnya tentang kasih sayang sejak dalam kandungan. Ia sadar telah berkata kasar pada Manda tadi, dengan gamblangnya menyebut menantunya sendiri adalah wanita mandul. Mestinya ia lebih pandai mengatur emosinya, sebagai seorang ibu ia telah menorehkan luka dalam hati wanita pilihan anaknya. Sebagai sesame wanita pun ia takberhak menghakimi dan menngeluarkan kata hinaan semacam itu. Yuniar menyesal telahmenyakiti hati menantunya, tapi entahlah hati kecilnya sejak awal selalu berkata jika Manda bukanlah pilihan terbaik anaknya.
“Nyonya … yang di katakana Nyonya Manda tidak salah. Aku hanya seorang wanita penjual rahim. Yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Bahkan rela menjual anakku untuk kalian. Sehingga cukuplah bagiku sebutan itu, Janganlah nanti gelar perebut suami orang pun aku sandang. Itu akan lebih menyakitkan bagiku.” Pinta Gisel tak kalah lirih. Hatinya mencelos, ia sungguh tak berniat mengambil apapun dari siapapun.
Dalam perjanjian mereka nyata tersepakati jika setelah garis dua, mereka tak boleh lagi berhubungan intim. Tetapi mereka sudah melewati batas itu, sebanyak dua kali. Tidakkah jika Gisel selalu berada di rumah itu, akan ada yang ke tiga, ke empat dan seterusnya. Dan tujuan Gisel bukan itu. Ia hanya ingin segera menyelesaikan misi ini, agar segera mencari keberadaan anaknya Gavy.
“Maafkan Mama. Mari kemasi barang-barangmu. Kita akan pulang.” Yuniar sadar bahkan menyesal telah berpihak pada Gisel wanita asing yang sesungguhnya tal lebih baik dari seorang pellacur. Yang menjual dirinya demi uang. Dimana akal sehatnya tadi, saat begitu terang-terangan menyakiti hati wanita yang sangat di cintai anaknya. Bukankah ia pun telah membuat kecewa anaknya, saat ia menyakiti sesuatu yang sangat di cintai oleh sang anak.
Gisel menarik nafas lega. Biarlah untuk sementara ia kembali ke rumah orang tua Romeo. Walaupun sebenarnya yang ia inginkan adalah tinggal sendiri untuk menenangkan diri. Sebab sesungguhnya kenyataan hidupnya sekarang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sama sekali tak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya.
“Kalian mau kemana …” seruan suara baritone yang terdengar masih serak berasal dari atas tangga depan kamar Romeo.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Putri Minwa
mantap
2023-11-05
1
Sandisalbiah
kamu NANYAKK.. mereka mau kemana...?
2023-07-28
0
Conny Radiansyah
pergi semua ... tinggal loe sendiri Romeo 😲
2022-11-11
1