Masih di dalam ruangan presidential suite. Tempat di mana Romeo dan Gisel membuat suatu kesepakatan yang entah akan menguntungkan pihak mana. Gisel bahkan sudah tak perduli, jika Romeo hanya akan menipunya. Sekedar mengiming-iminginya dengan uang 100 juta malam ini. Gisel sudah tak memiliki akal sehat.
Romeo masih berpakaian rapi, awalnya. Duduk berselonjor di atas sebuah sofa empuk dalam ruangan bersuhu sejuk di dalam sana. Sementara Gisel sudah memulai lagi aksinya. Sebagai wanita yang tengah menjual dirinya. Melakukan hubungan intim bukanlah yang pertama bagi seorang Gisel, sebab ia adalah seorang wanita bersuami. Tapi, melakukannya dengan pria asing yang tak memiliki ikatan apapun dengannya, ini tentu yang pertama kalinya. Bahkan terpaksa.
“Lakukan pekerjaanmu dengan benar.” Perintah Romeo seolah tak memiliki hasrat pada wanita yang sejak tadi berusaha menggodanya. Dengan tangan, dengan mulut, lidah dan dengan organ apapun yang tubuhnya miliki, ia kerahkan untuk bekerja dengan maksimal.
“Tuan tenang saja. Sudah ku katakan, aku akan melayanimu dengan luar biasa. Aku tidak hanya akan memberimu seorang anak. Tapi aku akan membuatmu tidak pernah ingin berhenti, bahkan candu untuk selalu melakukannya denganku.” Suara itu terdengar menantang, Gisel berlagak seperti loonte senior. Seolah dia pemain kelas kakap. Yang memiliki jam terbang tinggi.
Pakaian Romeo sudah tanggal. Berserak di lantai marmer dalam ruangan tersebut. Celananya sudah tidak pada tempat seharusnya. Gisel totalitas. Jika tadi mulutnya merajia deretan gigi Romeo. Tapi tidak dengan sekarang.
Posisi Gisel sudah berlutut di depan kaki Romeo yang terbuka sempurna. Dan kepalanya sedang sibuk dengan gerakan maju mundur di depan bagian sensitif Romeo. Gisel bagai pekerja seeks komersial sungguhan. Yang memanjakan lawan mainnya dengan maksimal. Lagi, bahkan itu adalah pengalaman pertama baginya. Dandy suaminya tak pernah ia layani sedemikian rupa. Ini semata-mata hanya demi uang. Apapun akan ia lakukan.
“Aaaaah … kamu membuatku ingin keluar.” Desis Romeo tak tahan. Akhirnya memilih menggendong Gisel dan melempar tubuh mungil itu ke atas kasur empuk beralas warna putih bersih, tujuh langkah dari sofa yang ia duduki tadi.
“Eeemmhh …” Gisel pun tak bisa menahan erangan manjanya. Saat tubuhya sudah tak terhalang apapun, akibat kecepatan supersonic tangan Romeo yang sudah melucutinya pakaiannya.
Romeo segera menyerang semua titik sensitive Gisel yang berada di bawahnya. Bayangan Manda mendadak sirna, ia sudah tak sadar jika wanita di bawahnya itu bukalah istri sahnya. Gisel sudah berkabut, dalam otaknya hanya ada tumpukan uang. Merespon semua permainan yang Romeo berikan untuknya adalah jalan tercepat agar ia dapat segera hamil bukan?
Gisel hampir kehilangan oksigen, ketika Romeo menyesap bibirnya lama, hampir tak berjeda, juga dalam. Sementara tangannya sudah begitu liar, memainkan mute kecil di bawah sana. Licin dan lembab. Itulah keadaan di bawah sana. Bagian terpenting muara kenikmatan, portal terakhir menuju rahim yang harus segera di siram dengan bibit premium milik Romeo.
“Bersiaplah, kita akan ke tahap selanjutnya … aku tidak akan menyia-yiakan bibit premiumku setitikpun tumpah di luar.” Ucap Romeo dengan suara serak, menahan hasrat yang sudah hampir pecah membuncah.
“Aaaahh … aku siaap. Aku sangat siap, Tuan Romeo.” Jawab Gisel seadanya, sebab tak kuasa pula ia menahan gejolak yang membuatnya kalap. Benda ini asing baginya. Ia sudah merasakan dua batang dari orang yang berbeda. Ia dapat membedakan rasa dan ukurannya.
Milik Romeo sungguh menyiksanya. Ini benar-benar pengalaman baru bagi Gisel. Di tekan dengan gerakan maju, mundur, kuat dan keras. Ini sungguh sakit dan nikmat yang dapat ia rasakan secara bersamaan. Ajaib bukan …? Bagian intinya sungguh terasa kepenuhan menerima tumbukan berkali-kali itu.
“Aaaccch … Tuan. Kamu membuatku ingin keluar. Aaaaauuu … milikmu besar sekali.” Gisel tak kuasa menahan yang ia rasakan. Ia tak hanya mende sah, tapi juga meracau. Terus memuji akan kekuatan yang luar biasa di rasakannya.
“Hah … hanya karena sarang mu ini yang kekecilan. Membuat milikkiu terasa sesak di dalamnya.” Romeo tak sanggup berbohong. Ia pun merasakaan hal yang sama. Seolah terjepit pada otot yang terasa mengisap-isap miliknya di dalam sana, tak jauh beda dengan keahlian mulut atas saat memblow up miliknya tadi.
“Aaaahhhkk …” Tanpa aba-aba, suara itu bahkan terdengaar bersamaan. Menandakan keduanya sampai puncak dalam detik yang sama.
Romeo mundur ingin memberi jarak, merenggangkan miliknya yang masih menempel masuk di dalam inti tubuhnya. Tapi tangan Gisel menahan bok0ngnya.
“Tunggulah beberapa menit. Agar cairan itu sungguh sampai pada tempat seharusnya ia singgah.” Pinta Gisel yang sudah bersimbah peluh. Dengan senyum puas nan menawan. Romeo tak melawan. Ia bagai batu di atas tubuh Gisel, mengikuti permintaan wanita yang bahkan baru ia kenal beberapa jam yang lalu.
Konyol.
Itu kata-kata yang terlintas dalam pikiran Romeo. Saat Gisel sudah mengijinkannya mencabut benda jumbo yang mungkin nanti akan menjadi benda kesayangan Gisel karena kamampuan, ukuran dan kenikmatan rasanya.
“200 juta. Aku akan minta orangku menyiapkan uang cash untukmu.” Ucap Romeo sambil beranjak ke toilet di hotel itu untuk membersihkan tubuhnya. Bukan hanya Gisel yang bersimbah peluh, Romeo tak menampik jika pelayanan yang Gisel persembahkan untuknya itu luar biasa. Gisel cukup liar, cukup apik membalas semua gerakan maju mundur hingga tubuh keduanya melengkung dan menindih dengan sangat erat.
“Sialan … bahkan di tubuhku tidak hanya satu ia buat merah.” Ucap Romeo saat berdiri di depan cermin. Ya … Gisel sungguh telah membuatnya larut, tenggelam dalam godaan yang membuatnya lupa diri. Manda mana pernah mau melayaninya bak seolah raja. Sebab, Manda adalah ratunya. Manda yang harus di puaskan, tak peduli suaminya itu terpuaskan atau tidak.
Gisel mengikuti Romeo ke dalam toilet, mendapati pria itu sedang menenangkan diri dalam bath up. Sudah tak ada urat malu Gisel, entah ia menganggap Romeo itu sebagai tuannya atau apa? Dengan tubuh yang masih tak mengenakan sehelai benang pun. Dengan cueknya ia menimpa tubuh Romeo yang terlentang dalam bak besar itu. Dengan posisi merayap di atas tubuh atletis yang juga masih tak berpakiaan di dalam sana.
“Hey … apa yang kamu lakukan?” tanya Romeo agak terkejut, sebab ia memang sambil memejamkan mata saat berada di dalam bak besar tersebut.
“Aku hanya ingin memberimu bonus. Sebab uang yang kamu berikan juga lebih dari yang kau janjikan tadi untukku.” Gisel menempel bagai bunglon di pohon. Lagi menyesap leher putih pria yang jelas bukan suaminya tersebut. Gairah binalnya kembali datang. Tubuhnya masih meminta untuk di siksa dan di timpa lagi dan lagi oleh lelaki bernama Romeo Subagia.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
demi anak rela melakukan apapun
2024-05-24
0
Putri Minwa
tetap saling dukung ya thor
2023-11-01
1
Siti Mujimah
astaga Hot banget gk sih
2023-07-28
0