RAHIM PELUNAS HUTANG
Brakh …!!!
Pintu sebuah rumah di dobrak paksa oleh sekawanan lelaki berbadan tegap dan berpakaian serba hitam.
Di wajah orang-orang itu terpias amarah, mereka terlihat kasar dan bengis.
Sontak salah satu rumah yang terletak di sebuah komplekan sederhana itu menjadi sedikit riuh oleh kehadiran mereka, apalagi antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat dekat berjajar dan juga berhadapan.
Suasana siang itu memang sepi sebelumnya, sebab itu masih pukul 2 siang. Dimana orang-orang masih sibuk dengan aktivitas di luar rumah juga sebagian sedang mengendorkan tulang belulangnya, setelah setengah hari berkutat dengan rutinitas masing-masing.
“Mana sibrengsek Dandy…!! dengan pertanyaan tiba-tiba dan langsung menyergap tubuh kecil yang baru keluar dari kamarnya, bahkan dengan pakaian yang terbuka satu kancingnya, menampakan garsi belahan dadanya yang masih cukup padat.
“Siapa kalian …?” Gisel keluar dari kamarnya, wajahnya merah padam karena terkejut dan tegang karena mendapatkan perlakuan sedemikian di tengah hari bolong seperti ini.
“Jangan banyak tanya. Berisaplah jadi gembel karena hutang suami anda, tak bisa di tolerir lagi.” Bentak si keriting pada Gisel.
“Apaaa …? Hutang …!!!” Gisel terperangah, melotot dan bingung, berusaha mencerna apa yang di dengarnya itu di antara rasa gugup dan takut yang melanda dirinya.
Masa kan Dandy suaminya, yang sudah menemani siang malamnya kurang lebih 5 tahun bahkan rumah tangga mereka sudah di karuniai anak berusia 4 tahun. Tiba-tiba di katakan memiliki hutang. Bahkan rumah mereka pun sudah di jual suaminya. Bukankah Dandy selama ini terlihat seperti suami baik dan wajar layaknya suami pada umumnya saja.
“Kamu hanya punya waktu 24 jam, untuk melunasi semua hutang Dandy.” Kini tubuh Gisel di ringsek ke dinding. Bahkan di lehernya sudah di letakkan pisau lipat. Jika tubuh mungil itu bergerak sedikit. Sudah pasti lehernya sudah akan tertusuk benda tajam terserbut.
Gisel berusaha tenang, agar pisau lipat tadi tidak mengenai permukaan kulitnya. Sementara yang lainnya sudah sibuk mengikat dua tangan dan kaki Gisel dengan erat. Mengekang semua pergerakkan wanita lemah tak berdaya di hadapan mereka.
“Pergi …!!! Pergi kalian !!!” Saya tidak ada urusan dengan hutang Dandy.” Lawannya dengan kalimat. Hanya dengan kalimat yang hanya di dengar untuk di tertawakan oleh para penagih hutang tersebut.
“Bayar atau mati …?” Ancam pria berkulit paling hitam menindih tubuh kecil itu makin membuatnya terhimpit.
Cuuuh …
Ketika tangan dan kaki Gisel sudah tidak bisa ia manfaatkan untuk berontak. Maka satu-satunya senjata yang ia miliki hanya lah air liur. Tanpa pikir panjang Gisel meludahi wajah sangar di depannya.
Pria hitam berambut keriting tadi tak terima dengan perlakuan Gisel.
“Beraninya kau …?” Si keriting hitam itu membuat garis kecil dengan pisau di leher Gisel, hingga mengeluarkan darah.
“Sakit … Perih …?” tanyanya konyol. Bagaimana itu tidak sakit, jika ia sudah berhasil meluakai leher Gisel.
“Mama …” Suara khas anak kecil baru bangun tidur terdengar. Gavy berlari dan heran melihat ibunya yang di terikat tali pada kaki dan tangannya.
“Gavy … masuk kamar, Nak.” Perintah Gisel yang khawatir akan keselamatan anaknya yang masih balita.
“Jackpot.” Lelaki berkulit hitam tadi berdiri tak lagi meringsek Gisel. Lalu meraih tubuh balita yang baru keluar kamar, dengan tatapan heran tak mengerti akan adegan yang ia lihat di depan matanya.
“Kami ingatkan …!!! Dalam 24 jam uang 300 juta harus kamu dapatkan. Jika tidak … ??? Nyawa anakmu jadi taruhan.”
“Mama …” Tangis Gavy pilu, penuh ketakutan. Ia berusaha meronta ingin di lepaskan. Tapi percuma. Kini salah satu dari mereka sudah membawanya masuk mobil.
“Hubungi kami jika uangnya sudah siap.” Dengan melempar secarik kertas berisi nomor kontak yang bisa Gisel hubungi. Para penagih hutangitu pun pergi.
Gisel sudah berhasil melepaskan diri, luka di lehernya pun sudah ia obati. Dengan sejuta rasa dan pikiran, akhirnya ia memutuskan untuk menjual dirinya saja sebagai jalan pintas untuk mendapatkan uang 300 juta dalam semalam.
Ya … di sinilah Gisel berada sekarang. Di depan pintu gedung yang didalamnya adalah ruang berisik dengan lampu kerlap-kerlip. Segala jenis lowongan pekerjaan ada di sana, dari yang halal sampai yang haram semua ada di club malam itu.
Pakaian Gisel minim bahan. Bagian lengannya hanya tertutup sedikit, sedangkan lehernya di biarkan terbuka, walau masih dengan plester yang menempel di sana. Bagian leher bajunya di biarkan sengaja di buat melorot agar cetakan garis dadanya terlihat dengan jelas. Highhell dan riasan agak tebal Gisel tunjukkan pada penampilannya malam ini. Ia harus berjuang demi melunasi hutang dan menyelamatkan anaknya Gavy.
Brukh …
Tubuh Gisel jatuh terjeremba, di tabrak seseorang dari belakang. Setelah beberapa menit sempat bingung. Apakah ia berani masuk atau tidak, ke dalam sana. Sesaat linglung, sambil menghirup aroma parfume khas maskulin dari pria yang membuatnya terjatuh tadi.
“Maaf .” Ucap Pria itu berbicara datar tanpa menoleh sedikitpun pada Gisel kemudian berlalu untuk masuk club, yang bahkan tidak berusaha menolong Gisel untuk bangkit.
“Tunggu …” Gisel bangkit dan mengejar pria yang tak ia kenal tadi. Hati kecilnya berkata jika yang menabraknya tadi bukan orang biasa. Bahkan bagian tubuh Gisel yang sempat ia tabrakpun, masih tersisa wangi parfumnya. Jelas ia bukan pria biasa.
“Kamu mengikuti aku …?” tanya pria tadi dengan suara keras, mencoba melawan suara riuh rendah yang tercipta dalam Club malam itu.
“Ya … saya minta pertanggung jawaban anda, Tuan. Sebab telah membuat saya terjatuh tadi.” Dengan angkuhnya Gisel memberanikan diri ingin membuat perhitungan dengan pria yang mungkin hanya tidak sengaja menabraknya bahkan tidak sakit parah.
“Sana … bawa pulang !!!” Pria itu melempari beberapa uang merah mengenai wajah Gisel.
Sontak Gisel terpukau, sedikit tersinggung sebab uang itu sebagian mengenai wajahnya. Namun, ia kesampingkan rasa kesalnya, sebab tujuannya datang ke tempat ini memang untuk mencari uang. Hanya bukan beberapa lembar. Melainkan beberapa gepok.
“Saya tidak bisa pulang jika hanya membawa beberapa lembar uangmu, Tuan. Saya ingin lebih banyak dari ini.” Dengan gesit, Gisel sudah mendudukan tubuh mungilnya di atas pangkuan Pria yang sama sekali tak ia kenal. Dalam pikirannya yang ia tau, pria ini adalah pria kaya. Yang mungkin dapat membantunya mengurangi beban dan masalah hidupnya. Ini targetnya.
“Enyahnyalah, kamu bukan tipeku.” Usir pria tadi dengan suara penuh tekanan.
“Aku bisa menjadi tipemu, Tuan. Dan aku pasti bisa menjadi apapun seperti yang kamu mau.” Bibir Gisel sudah berani menyusuri telinga hingga leher pria yang masih tak bergeming itu.
Bersambung …
Hallo readers ...
Terima kasih sudah berkenan mampir. Jangan lupa jadikan Favorit ya. Agar tidak terlewat kelanjutan kisah ini.
Terima Kasih 🙏
Happy reading 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Putri Minwa
awal cerita yang menarik thor
2023-11-01
1
Jonior Jr.
mantap
2023-08-01
1
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum aq hadir ya ☝️🌹
2023-07-28
0