Siapakah Romeo yang hanyalah manusia biasa. Lelaki normal yang tak dapat menolak akan sodoran daging mentah di hadapannya. Sekali permainan luar biasa nan liar tadi bahkan sanggup membuatnya menambah nominal yang akan ia berikan. Apalagi sekarang Gisel sudah menyerangnya dalam rendaman air hangat pada sebuah bak besar tang tentu sangat muat untuk dua orang di budak oleh naapsu.
Gisel salah memilih lawan. Ia hanya wanita mungil. Seorang ibu rumah tangga yang kadang hanya di beri nafkah batin 3 hari sekali, bahkan hanya seminggu sekali. Tentu saja ia kelelahan saat malam itu Romeo bahkan menggempurnya hingga 3 kali dan hampir pagi.
Tidak ada senyum sumringah. Tidak ada debaran aneh saat kedua tubuh itu saling bertautan. Tidak ada pula, kata aku cinta padamu. Saat keduanya sampai pada puncak pelepasan. Sebab ini hanya tentang hubungan simbiosis mutualisme. Gisel bertindak sebagai penjual yang melayani kliennya dengan luar biasa. Pun Romeo, bertindak sebagai pembeli yang menikmati setiap layanan yang penjual berikan untuknya.
Senyum Romeo tersungging menatap tubuh yang masih bergelung dengan selimut yang sebelumnya mereka pakai bersama. Sebelum sungguh pergi meninggalkan wanita beranak satu yang sudah bersepakat padanya untuk memberinya keturunan, walau tanpa cinta.
Tersisa Gisel dalam kamar hotel, mengerjabkan matanya. Memastikan akan keberadaanya, mengumpulkan serpihan nyawanya yang sempat terberai, mengembara di alam bawah sadarnya.
“Hah … sudah pukul 11. Celaka, aku bahkan lupa dengan misi penyelamatan anakku sendiri.” Monolognya sendiri. Sambil melihat nakas di sisi kirinya.
“Waktumu hanya tersisa dua jam dari sekarang…!!! Kalau masih ingin anakmu ini bernyawa.” Isi sebuah pesan singkat pada ponsel Gisel.
Siapa lagi pengirimnya, kalau bukan dari para penagih hutang yang kejam itu.
Buru-buru Gisel beranjak dari tempat tidur yang acak-acakan sisa pertempurannya semalam dengan Romeo.
“Astaga …bajuku bahkan tidak layak untuk di pakai kembali.” Gusarnya melihat pakaian yang berserakan di lantai, bahkan sudah beraroma tak sedap juga basah, sisa perbuatannya mereka semalam.
“Makanlah. Aku tidak mau kamu kurang gizi saat akan mengandung anakku.” Isi secarik kertas di dekat nampan berisi makanan dan susu yang sudah dingin itu.
“Oh … pria baik.” Puji Gisel sedikit tersenyum melihat perhatian kecil dari Romeo klien ranjangnya .
Tidak hanya makanan sehat yang Romeo siapkan. Tapi, di ujung temat tidur itu Sudah terdapat pakaian baru yang sepertinya, memang sengaja di siapkan untuknya.
“Ya Tuhan … berilah keberuntungan untuk pria manis ini. Dia sungguh malaikat penyelamat hidupku.” Doa Gisel sambil terburu-buru menyiapkan diri untuk mandi dan bergegas membawa satu tas uang berisi 200 juta, yang sungguh Romeo siapkan untunya. Demi membayar hutang Dandy, dan menjemput Gavy anaknya.
“Hanya bawa uang … !!!” Kembali pesan masuk ke ponsel Gisel. Ia hanya mendengus kesal membaca pesan yang masuk tersebut.
“Silahkan lapor polisi, jika kamu mau melihat otak anakmu tercecer di lantai akibat luka tembak.” Ancam penagih hutang itu kembali pada Gisel.
Jika perutnya tidak kosong dan tubuhnya lemas kehabisan tenaga akibat semalaman di gempur Romeo. Gisel tak berselera menikmati makanan yang Romeo siapkan untuknya. Tetapi, setelah ini yang ia hadapi adalah para bandit. Tentu saja ia perlu tenaga. Bagaimanapun ia harus kuat dan berhasil menyelamatkan anaknya dan melunasi hutang si suami brengseek Dandy itu.
Matahari sudah tinggi, dengan teriknya berada tepat di tengah bumi. Pertanda siang sungguh telah terbentang, menyapa dan melingkupi mahkluk hidup yang telah sibuk beraktifitas. Gisel sudah berada di tempat ia dan penagih hutang itu janjikan. Yaitu sebuah bangunan bekas gudang bertingkat dua. Jauh dari keramaian, juga hampir tak terlihat sebab di tutupi rerumputan yang tinggi hampir menyentuh atapnya.
Gisel bertubuh mungil tapi tidak dengan nyalinya. Ia kini, bahkan sudah berdiri sendir dengan membawa uang tebusan di tangannya. Tanpa polisi sesuai permintaan dan ancaman si penagih hutang.. Gisel patuh, ia tak mau secoretpun kulit Gavy di sentuh oleh empat pria bengis kemarin. Apalagi membayangkan otak anaknya akan tercecer di lantai, Gisel bergidik mendengarnya.
“Mama … Gavy mau ketemu Mama ...” Itu suara Gavy saat para penculik itu mengijinkan Gavy bervideocall dengan sang ibu. Wajah itu baik, taka da pias takut dan khawatir di sana. Hanya rengekan rindu pada sang ibu, sebab ini perngalaman pertama mereka tak saling betemu dalam satu malam.
“Iya, Sayang. Ini Mama jemput Gavy ya nak. Sudah makan, Sayang?? Mama rindu …” Jawab Gisel dengan mata berkaca-kaca. Semalam tanpa anak di sisi membuat hatinya gundah, di tambah bayangan percumbuannya dengan Romeo semalam semakin membuatnya merasa bersalah. Namun, puas. Telah bisa menyelesaikan masalah ekonomi keluarga yang …ah, Entah. Apakah rumah tangganya akan tetap utuh setelah Dandy menipu dan ia menjual diri.
Belum sempat Gavy membalas pertanyaan sang ibu. Sambungan Video call itu sudah terputus. Membuat Gisel makin mempercepat langkahnya untuk menuju tempat yang ia akan tuju.
“Tetap berdiri di tempatmu …!!!” suara nyaring yang Gisel kenal itu menyeruak, dalam sebuah gudang kosong dan usang.
Ah Ya … Gisel sudah tiba di TKP. Ia mematung, memilih patuh pada perintah itu. Sambil memindai kepejuru tempat, ingin segera mengethui di mana anaknya berada kini.
“Letakan tas itu di lantai …!!!” Perintah lanjutan yang Gisel dengar. Namun, tak dapat ia lihat dari mana asal suara orang yang memerintahnya.
“Tidak mau …!!!” Jawab Gisel lantang. Gisel tidak mau menyerahkan ta situ sebelum melihat anaknya.
“Letakan …!!!” Geram suara itu kejam.
“Serahkan dulu anakku. Maka kalian bisa mendapatkan uang yang kalian ingnkan.” Gisel pemberani, tak pantang baginya untuk menyerah begitu saja, sampai melihat wujud anaknya, sungguh dalam keadaan baik-baik saja.
Duuuaar!!!
Suara letusan pistol terdengar satu kali. Entah mengenai apa?
“Kamu mau pistol ini, ku letakkan di dahi anakmu?” tanya Suara itu kembali.
Nyali Gisel ciut. Mana ia berani menukarkan nyawa anaknya dengan satu tas berisi 200 juta yang bahkan dengan mudah ia dapatkan. Segera ia melempar tas berisi uang itu ke arah depan. Terlihat dua orang keluar dari persembunyiannya untuk memungut dan membuka isinya.
“Sungguh boss. Ini uang.” Lapor dua orang yang memeriksa isi tas yang Gisel lempar tadi.
“Mana anakku …?” tanya Gisel geram. Berlari ke dua orang yang memegang tas tadi. Bermaskud berusaha akan merebut kembali.
“Mama … Gavy sama Papa di si ...” Suara anak kecil terdengar nyaring dari arah yang tidak ia tau di mana berada. Sepertinya dari atas loteng. Namun suara itu terpotong dengan sendirinya. Mungkin mulutnya sudah di bekap oleh seseorang.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
ternyata Dandy otaknya
2024-05-24
0
Carlina Carlina
dandy kurang ajar yaaa😡😡😡😡😡
2023-08-01
1
Muslimah Lirik
kurang ajar si Dandy
2023-07-29
0