Romeo sudah berhasil menenangkan Gisel. Selang infus tidak di pasang lagi. Sebab ia tak mengalami depresi berat. Sehingga di ijinkan rawat jalan. Gisel meminta Romeo mengantarkannya ke rumah. Namun sesampainya di sana, alangkah terkejutnya Gisel.
“Siapa kalian …?” tanya Gisel pada beberapa orang yang tampak sibuk memindahkan barangnya ke sebuah mobil pick up.
”Kami orang yang di suruh mengosongkan isi rumah ini. Sebab besok pemilik yang baru akan mulai menetap di sini.” Jawab orang yang meladeni pertanyaan Gisel dengan sopan.
“Pemilik yang baru …? Ini rumahku…!!!” Gisel emosi kembali.
“Sudahlah. Masuk dan ambillah barang yang mungkin kamu anggap berharga dan masih ingin kamu simpan sebagai kenangan.” Titah Romeo datar.
Gisel tampak berpikir sebentar. Bagaimanapun rumah itu ia tempati dalam kurun waktu 5 tahun. Semua kenangan tentu ada di dalamnya. Namun, memang tak perlu ia ingat-ingat lagi. Sebab isinya hanya Dandy si breng seik itu. Tapi, bagaimana dengan kebersamaannya bersama Gavy …?
Gisel berlari kedalam. Memungut beberapa pakaian dan album foto kenangannya bersama anak kesayangannya itu. Sedangkan foto pernikahannya dengan Dandy, seketika itu juga di bakarnya habis. Ia hanya menyisakan buku nikahnya dengan Dandy. Mungkin berguna di suatu hari. Untuknya mengurus perceraiannya kelak, entah kapan.
“Aku tak tau harus kemana …? bisakah kamu menolong aku. Memberiku tumpangan, agar aku tetap bisa bertahan hidup?” tanya Gisel saat sudah berdua saja di dalam mobil bersama Romeo tanpa pengawal dan tanpa supir.
“Selama kita berjuang mendapat garis dua hingga melahirkan, kamu tanggung jawabku.” Jawab Romeo singkat. Kemudian melesatkan mobilnya entah kemana arah.
Matahari berarak pulang keperaduannya, mengantar bulan berganti peran sebagi penerang langit di malam hari. Rumah megah bak istana kini sudah di hadapan Gisel. Ia tak tau, ini wilayah mana. Sebab, sepanjang perjalanan ia hanya tertidur. Terlelap dengan duka nestapa yang masih ingin bercanda dengan nasib malangnya.
“Kita di mana?”
“Di rumah orang tuaku.” Jawab Romeo yang memang pelit bicara. Tanpa basa basi, Romeo sudah mengajak Gisel masuk. Terlihat pelayan menyambut kedatangan tuannya yang sudah di tunggu sejak tadi.
“Romeo …” Suara ibu tua berambut putih itu menyapa Romeo.
“Mama … perkenalkan ini Gisel. Dia adalah wanita yang bersedia memberikanmu cucu, penerus nama besar keluarga Subagia.” Romeo tidak pandai menyimpan rahasia. Juga tidak pandai memberi penjelasan dengan kata yang bertele-tele.
“Apakah Manda sungguh tak bisa memberikanmu anak?” tanyanya, tak kalah gamblang.
“Tidak Ma. Manda sudah di nyatakan mandul.” Jawab Romeo singkat.
“Segera urus perceraian kalian. Tak baik memiliki istri dua, Nak.”
“Tidak akan Ma.” Elak Romeo cepat pada sang Mama.
“Maksudmu …?”
“Hanya rahim Gisel yang ku beli untuk memberimu cucu. Sedangkan menantumu, tetap Manda dan hanya Manda.” Tegas Romeo.
“Bagaimana jika Gisel tidak bisa hamil olehmu?” wanita yang Romeo sebut Mama itu meragu.
“Tinggal aku cari Rahim lain lagi, yang bisa memberiku keturunan.” Jawabnya lagi. Kemudian meminta pelayan memberikan kamar untuk Gisel. Meninggalkan Gisel di rumah orang tuanya. Lalu pamit akan kembali ke rumahnya dan Manda.
Yuniar, Mama Romeo hanya menggeleng menerima jawaban dari sang anak. Namun, sekilas ia perhatikan Gisel bukanlah tipe wanita binal. Bukan pula sekelas pelaccur. Mungkin ada sesuatu yang menimpanya. Hingga ia dapat di ajak bekerja sama oleh anak semata wayangnya ini.
Romeo segera pamit pulang, tujuannya kerumah orang tuanya hanya menitipkan Gisel di sana. Untuk di perhatikan pasokkan gizi juga di jaga bathinnya agar tidak memikirkan tentang anaknya yang di culik oleh suaminya sendiri. Konyol.
“Darimana saja … sudah semalam ini kamu baru pulang. Pagi tadi, kamu bahkan belum sempat sarapan bersamaku, sudah hilang dari rumah.” Sapa Manda yang ingat subuh suaminya baru berbaur dengannya di atas tempat tidur mereka. Jelas ia melihat wajah letih tercetak di wajah tampan suaminya. Sebab itulah ia tak ingin membangunkan suaminya.
“Dari rumah Mama.” Jawabnya singkat lalu masuk kamar mereka dan membuka pakaiannya akan mandi.
“Sayaaaang …” panggil Manda saat iris matanya melihat ada beberapa bercak kemerahan di dada suaminya, saat Romeo akan masuk kamar mandi dengan bertelanjang dada.
“Heemm … mau menggosok punggungku?” tanya Romeo yang belum sadar jika di dadanya memang sudah berserakan tanda merah.
“Iya … aku ingin menggosok punggung dan dada mu yang kotor itu …!!!” ucapnya meninggi.
Romeo menunduk, melihat sekilas tampilan dadanya yang … ah . Sungguh banyak tanda kemerahan ulah Gisel.
“Hah … Gisel.” Gumamnya pelan.
Manda tak berminat mengikuti suaminya ke kamar mandi. Memilih duduk di tepian tempat tidur sambil menyiapkan pakaian yang akan suaminya kenakan setelah mandi nanti. Memikirkan dialog apa yang akan ia layangkan, agar suaminya mengakui jika kini ia sudah mengkhianati rumah tangga mereka.
“Siapa yang sudah membuat dada mu begitu …?” tanya Manda benci melihat pemandangan tersebut. Hati istri mana yang tidak luka melihat tampilan nyata di tubuh suami saat kemarin hampir seharian tak di rumah.
“Gisel.”
“Siapa Gisel …?”
“Wanita yang rahimnya ku beli agar kita bisa dapat keturunan.” Romeo membaringkan tubuhnya dengan berbantalkan paha Manda.
“Maksudmu … kamu telah menikahi seorang wanita lain, agar mau memberimu keturunan, karena aku mandul?” Manda gusar, tak terima suaminya berbuat bahkan tanpa ijinnya.
“Aku tidak menikahinya. Aku hanya menggunakan rahimnya agar kita bisa punya keturuan, sayang.” Jelas Romeo yang sebenarnya tak ingin ini di permasalahkan oleh istrinya.
“Sayang …? Untuk apa kamu sematkan panggilan itu bahkan kamu sudah berkhianat akan cinta kita?”
“Aku sayang kamu, aku cinta kamu. Kamu bahkan akan tetap menjadi istriku satu-satunya, percayalah.”
“Romeo … anak itu di buat dengan perseetubuhan. Bukan seperti mengadon kue yang hanya di buat sesuai resep. Bohong jika kamu tak ada rasa dengannya, sampai hamil nanti.” Manda tidak terima, sungguh hatinya mendidih.
“Istriku … bahkan orang gila di jalanan yang di perkosa pun bisa hamil. Apakah kamu pikir mereka melakukannya dengan cinta …?” Romeo memberikan pengandaian.
“Sebegini menyedihkannya kah terlahir menjadi wanita mandul …?” tangis Manda pecah, air matanya menetes hingga sampai dahi suami yang masih tidur di atas pahanya.
“Aku menerima kemandulanmu. Untuk itu aku tak mau membebanimu dengan berondongan pertanyaan mama, kapan kamu dan kita punya anak. Aku hanya mencintaimu dan akan mencintaimu selamanya. Kami sudah bersepakat, setelah ia melahirkan anak. Nantinya akan jadi milik kita. Dan ia tak berhak atas anak tersebut.” Urai Romeo mengubah posisi. Kini Manda yang dalam dekapannya. Menangis tersedu-sedu akan keputusan suaminya yang tanpa permisi.
“Maaf tidak melibatkanmu dalam keputusan ini. Semunya begitu cepat terjadi dan tolong percaya saja padaku. Aku tak akan berpaling darimu. Kamu cinta pertama dan terakhirku, sayang.” Romeo meyakinkan istrinya.
“Aku hanya perlu bukti … bukan janji.” Lirih Manda sedih.
“Kami bahkan sudah bersepakat akan berhubungan sampai dia hamil saja. Jika sudah garis dua. Maka ia hanya perlu menjaga janin itu untuk kita, hingga tiba masa melahirkan.” Romeo menegaskan pada Manda.
“Entahlah … apa aku bisa memegang ucapanmu.” Gumamnya pasrah.
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda n3
cinta tumbuh karena sering bersama
2024-05-24
0
ikhaa
anak lahir tanpa pernikahan jd milik ibu..bukan bapaknya..😬 sok tau akuhmah😜
2023-08-01
2
Sandisalbiah
semoga masih ada tg namanya keadulan dan kebahagian dlm hidup Gisel.. karna dia berhak bahagia...
2023-07-28
0