" Itulah rasa yang ditanggung oleh Abimu selama bertahun tahun. Jadi jangan pernah memaksa memohon maaf pada orang, sebelum bisa memaafkan kesalahan orang lain "
Kalimat sederhana yang diucapkan dengan nada datar tanpa emosi dari mulut sang Umi terus berputar di kepala Zian.Pemuda tampan keras kepala itu merasa tertohok.
" Apa memang aku terlalu angkuh terhadap Om Ahdan ?? Tapi hatiku terlalu sakit setiap mengingat tulisan Umi di diarynya. Aku bisa membayangkan bagaimana sakitnya hati Umi saat di usir oleh suaminya karena tidak mau menerima kehadiranku " Desis Zian dengan tatapan kosong.
Remaja berwajah dingin itu bersandar di besi pembatas balkon kamar. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana pendek yang dipakainya.
" Tok "
" Tok "
" Tok "
" Kakak !! Buka pintunya .Adek mau masuk !! " Pekikan suara cempreng khas anak anak disertai ketukan pintu terdengar dari luar kamar Zian.
Zian tersentak dari lamunannya lalu melangkah menuju pintu kamarnya setelah sekian kali orang di luar kamar memekik memanggil namanya.
" Ceklek "
" kenapa lama buka pintunya ?? " Rajuk Hana dengan wajah cemberut sambil bersedekap dada.
" He..hee..maaf kakak tidak dengar, dek !! " Zian mengacak rambut adiknya dengan gemas.
" Iikh...kakak, kebiasaan. Paling senang bikin rambut adek jadi jelek !! " Gerutu Hana lagi sambil masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuhnya di ranjang king size milik Zian.
Zian terkekeh gemas melihat tingkah adiknya. Dia sangat senang melihat wajah adiknya yang cemberut. Menurutnya Hana terlihat sangat menggemaskan kalau lagi cemberut. Sejenak dia bisa melupakan kegelisahan hatinya.
" Mana Hani, dek ?? " Tanya Zian pada Hana sambil duduk di tepi ranjang. Mata elangnya menatap ke arah Hana yang menggulingkan badannya ke sana kemari.
" Lagi sama Kak Valen di bawah " Jawab Hana.
" Ngapain gadis itu di sini. Kaya ngga punya rumah aja..senangnya nginap di rumah orang " Gumam Zian kesal mendengar Valen ada di rumahnya.
" Kasur kakak luas sekali seperti kasur Abi sama Umi. Tapi kasur adek sama Hani kecil. Ini namanya tidak adil " Celetuk Hana memanyunkan bibirnya.
" Eeh ..anak kecil kasurnya harus kecil juga " Tukas Zian menggoda adiknya.
" Yee..mana ada begitu ?? " Hana memutar matanya jengah.
Zian tersenyum usil lalu menarik hidung bangir milik adiknya yang sangat mirip hidung Uminya.
" Aaww...sakit kak !! " pekik Hana lalu bangkit dari tempatnya.
" Kalau hidung adek putus gimana ?? " Gerutu Hana kesal sambil mengusap hidungnya yang memerah.
" Ya ganti sama hidung pinokio ... Haaa..ha.. " Ledek Zian semakin gemas dengan adiknya.
" Kakakkk !! " Rengek Hana kesal lalu bangkit mengejar kakaknya yang ancang ancang lari keluar dari kamar.
****
" Syifa... Valen mau bersyahadat "
" Ukhuk...ukhuk...ukhuk.. " Syifa tersedak air teh yang sedang di teguknya. Mata beningnya menyorot tajam ke arah sahabatnya yang tersenyum tanpa dosa di hadapannya.
" Bercanda punya batasan, Gladis. Jangan asal ngomong. Agama bukan bahan bercandaan !! " Desis Syifa tajam.
Gladis menggeleng pelan. " Aku tidak bercanda. Aku serius. Sudah seminggu ini, aku dan Daddynya Valen memusyawarahkan keinginan Valen ini. Sudah dari setahun lalu dia merengek ingin jadi mu'alaf. Dan kemarin, aku dan Daddynya Valen memutuskan mengabulkan keinginannya " Tutur Gladis dengan mimik serius.
Syifa membeku. Dia mencoba mencerna apa yang sedang dibicarakan oleh sahabatnya itu.
" Apa kau yakin Valen benar benar tertarik dengan islam, atau hanya karena terbiasa hidup di lingkungan islam ?? " Ujar Syifa sedikit ragu.
" Aku takut, dia hanya terbiasa dengan kami " Imbuhnya lagi.
" Mungkin itu salah satu faktor ketertarikannya untuk bersyahadat. Bukankah kata orang ala bisa karena terbiasa ?? Dia cinta dengan agamamu, dan aku tidak bisa menyalahkannya. Itu adalah pilihan hatinya. Keyakinan jiwanya. Aku sebagai orang tua, tidak bisa menentang itu. Bagiku, biarlah kami berbeda keyakinan asalkan dia tetap menjadi anak yang baik dan takut akan Tuhan "
" Seperti kataku beberapa waktu lalu. Valen sudah tertarik dengan islam sejak dia masih kecil. Bukan nanti saat ini "
" Jadi tolong bimbing dia seperti anak kandungmu. Aku titip putriku satu satunya padamu. Aku percaya, bersamamu dia akan menjadi lebih baik lagi " Tutur Gladis sambil menggenggam tangan Syifa. Wajah blasteran Jerman sulawesi itu terlihat berseri penuh harap pada sahabatnya.
" Tes " Setetes bulir bening jatuh di pipi Syifa.
Entah haru atau apa. Tiba tiba hati Syifa mencelos mendengar ungkapan Gladis. Satu sisi dia bahagia, tapi di sisi lain ada sebuah kegelisahan yang tidak bisa dia jelaskan. Dalam hatinya dia berdoa semoga semuanya baik baik saja.
" Seyakin itu ?? "
" Seyakin itu kau melepas putri semata wayangmu untuk beda keyakinan denganmu ?? " Ujar Syifa skeptis.
" Iya. Yakin dan sangat yakin seratus persen. Kau bukan hanya sahabatku. Tapi kau ibu yang sangat baik untuk anakku. Aku lebih percaya padamu dari pada diriku sendiri untuk menjaga anakku " Ungkap Gladis tegas tanpa ada keraguan. Hal ini membuat hati Syifa semakin sendu.
" Biar kita tunggu Abinya Zian dulu. Kita bicarakan ini berempat dengan Abinya dan kak Will " Putus Syifa seraya mengelus punggung tangan Gladis. Dia mencoba mengusir kegelisahan di hatinya.
Gladis mengangguk dan tersenyum sumringah lalu meneguk teh yang terhidang di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
✨Nana✨
emang ya mslh keyakinan adlh mslh yg plng prinsipil dan sensitif. Ya wajar klo valen ingin jd mualaf krn di besar di.lngkn muslim klrga syifa. Bangga jg sm gladys dan willy,,,mrk klrg modern yg sngt open minded sm valen...menomorsatukan kebahagiaan hati dan jiwa dr valen. Jd bicarakan baik2 sm slrh klrga gmn baiknya. Suka sm valen yg berani👍👍😘😘😍😍💪
2022-12-07
1