Bab 12

Hangga meremas kepalanya yang terasa berdenyut-denyut usai makan siang bersama kedua rekan kerjanya, Tono dan Andi.

Gara-gara Andi, si kurus berkacamata yang begitu percaya diri mau meminta nomor ponsel Harum, ia jadi banyak berbohong hari ini.

Bukan, sesungguhnya ia memang jadi sering berbohong setelah menikahi Harum.

Hangga yang tidak peduli pada Harum, namun entah mengapa hatinya ketar-ketir saat mengetahui ada pria yang hendak meminta nomor ponsel atau bahkan menyukai perempuan yang berstatus istrinya itu.

Ini bukan karena cemburu, tetapi demi menjunjung marwah sebuah pernikahan. Ya, pasti begitu alasannya. Hangga berdalih kepada hatinya.

Di kedai tadi, terpaksa Hangga berbohong dengan mengatakan Harum adalah istri dari sepupunya. Dan bisa ditebak, lalu bergulir kebohongan-kebohongan lainnya.

Belum reda rasa bersalahnya karena telah berbohong, ditambah lagi Nata yang tiba-tiba merajuk karena mengetahui ia makan siang di kedai sop duren bersama kedua temannya.

“Kalau aku yang ajak makan ke sana aja enggak mau, giliran sama teman malah mau,” sindir Nata lewat obrolan telepon saat masih jam istirahat.

“Pokoknya nanti pulang kerja, aku mau ke sana. TITIK!” tegas Nata.

Sore sepulang kerja, Nata meneguhkan kemauannya untuk berkunjung ke KSD Mantul, begitu jargon kedai sop duren milik orangtua kekasihnya.

Seorang diri Nata duduk di meja paling pojok dekat jendela kaca. Sesekali melempar pandang ke luar melalui kaca putih transparan di sisinya. Memandang petugas parkir yang sibuk mengatur lalu lalang kendaraan pengunjung kedai yang datang silih berganti. Berharap salah satu kendaraan yang datang adalah SUV warna putih milik sosok yang sangat diharapkan kedatangannya.

[Sayang, maaf aku enggak bisa menemanimu ke sana. Masih banyak kerjaan yang belum selesai]

Nata mendengkus sebal saat membaca ulang pesan dari Hangga yang diterimanya saat pulang kantor tadi. Pria itu benar-benar paling anti jika diajak ke tempat makan ini.

Dahulu, saat awal-awal hubungan asmara mereka terjalin, Hangga pernah sekali mengajak Nata berkunjung ke rumah orangtuanya di Cilegon, lalu pulangnya mampir ke Kedai Sop Duren cabang Serang.

Nata yang memang sangat menyukai buah durian mengakui bahwa sop durian di kedai tersebut adalah yang paling enak.

Beberapa hari setelah itu, Nata mengajak Hangga untuk kembali mengunjungi kedai tersebut, tetapi Hangga menolak.

Awalnya Hangga beralasan karena tempatnya yang jauh, lintas kota. Namun, karena Nata terus menerus mendesak, akhirnya Hangga mengungkapkan sebuah kejujuran bahwa kedai tersebut adalah milik orangtuanya.

Saat itu pula Hangga membuat pengakuan bahwa ayah dan ibunya tidak merestui jalinan cintanya bersama Nata dan meminta Hangga untuk memutuskan hubungan tersebut.

Duren strawberry crush, pempek kapal selam dan sebotol air mineral sudah tersaji di hadapan Nata sejak beberapa menit yang lalu. Gadis berkulit putih bersih itu masih menikmati menu yang dipesannya saat hasrat ingin buang air kecil mendadak datang.

Nata menghentikan kegiatan makannya sementara, lalu beranjak menuju toilet. Karena terburu-buru, ia meninggalkan tasnya di kursi.

Tidak berlama-lama, setelah melepas hadas kecil, ia kembali ke mejanya.

“Permisi, Kak.” Suara lembut seorang perempuan menyapanya yang baru saja kembali duduk.

“Ya,” sahut Nata sembari menolehkan wajah ke arah suara sang perempuan yang sudah berdiri di dekatnya.

Perempuan itu mendekatkan bibirnya dekat telinga Nata. “Kak, mohon maaf sebelumnya. Mohon di cek isi tas Kakak, apakah ada barang yang hilang?” tanyanya dengan suara sangat pelan.

“Memangnya kenapa gitu?” sahut Nata dengan kening mengerut. Ia menatap perempuan cantik yang mengenakan kerudung warna ungu.

“Sekali lagi mohon maaf, Kak. Mohon di periksa dulu tasnya, khawatir ada barang yang hilang. Tadi saya perhatikan, Kakak meninggalkan tempat duduk Kakak dengan tidak membawa tas,” tutur perempuan itu dengan sesopan mungkin.

Tanpa membalas ucapan perempuan yang diyakininya adalah salah seorang karyawan kedai, Nata meraih tas yang diletakkan di kursi sebelah dan mengecek isinya.

“Saya kehilangan ponsel saya,” ucap Nata setelah tiga kali mengecek tasnya.

Perempuan berkerudung ungu itu mengangguk lalu menghampiri seorang pria yang duduk tidak jauh dari meja Nata.

“Maaf, Pak. Kakak ini kehilangan ponsel,” ujar perempuan berkerudung ungu.

“Loh, maksudnya?” Pria bertubuh gemuk dengan perut gendut itu tampak terkejut.

“Maaf, Pak. Saya tadi melihat Bapak mengambil sesuatu dari tas Kakak ini,” tukas perempuan berkerudung ungu.

“Hey, jangan sembarangan kamu bicara! Kamu menuduh saya, hah?!” sentak Pria bertubuh gemuk sembari menggebrak meja.

Sontak aksinya menjadi pusat perhatian pengunjung kedai. Dua orang karyawan kedai pria tampak turut datang menghampiri.

“Saya tidak menuduh, tetapi saya melihat sendiri.”

“Sembarangan kamu memfitnah saya. Saya bisa laporkan kamu karena telah memfitnah saya.” Pria gemuk berusia sekitar empat puluh tahun itu menunjuk-nunjuk wajah perempuan berkerudung ungu.

“Kalau Bapak tidak merasa mengambil tidak usah marah, Pak,” sela Nata yang kini telah berdiri di samping perempuan berkerudung ungu.

“Tapi karena memang saya benar kehilangan barang saya yang ada di tas, saya mohon maaf dan mohon kerja samanya agar saya bisa memeriksa para pengunjung di kedai ini. Dan berhubung Bapak adalah yang duduk paling dekat dengan meja saya, maka Bapak yang pertama saya periksa,” ujar Nata lagi.

“Enak saja. Saya tidak mau diperiksa,” kilah pria bertubuh gemuk.

“Kedai ini dipasang kamera pengawas. Lebih baik kita cek saja melalui cctv,” usul seorang karyawan kedai pria.

Pria bertubuh gemuk dan memakai kaus hitam itu tampak terkejut dengan raut ketakutan setelah mendengar penuturan salah seorang karyawan kedai pria. Tidak menyangka jika kedai kecil seperti ini dilengkapi kamera pengawas.

“Ya sudah, kalau begitu saya lapor polisi saja. Mohon pihak kedai mau bekerja sama untuk memberikan bukti rekaman cctv kepada pihak kepolisian jika diminta,” ujar Nata.

“Ja-jangan.” kata pria bertubuh gemuk itu gugup.

“Tolong jangan lapor polisi,” ucapnya memohon. Lalu mengambil sesuatu dari dalam topi yang tertelungkup di mejanya.

“Ini saya kembalikan ponselnya.” Pria itu mengembalikan ponsel Nata yang memang telah dicurinya. Aksinya itu tak pelak membuat geram seluruh pengunjung kedai.

“Bawa saja ke kantor polisi, biar kapok.” Beberapa pengunjung kedai memprovokasi untuk membawa si pencuri itu ke kantor polisi.

Dan bisa ditebak, terjadilah kericuhan di dalam kedai yang semula tenang dan damai, bahkan si pencuri itu sempat mendapatkan satu atau dua bogem dari pengunjung yang merasa geram dengan tingkahnya.

“Sudah, sudah. Karena di sini saya yang berstatus sebagai korban, maka saya memutuskan untuk memaafkan dia. Biar saja masalah ini tidak usah diperpanjang. Kasihan, dia pasti punya keluarga di rumah yang sedang menunggunya,” pungkas Nata setelah beberapa saat terjadi keributan.

“Huuu!” Beberapa pengunjung bersorak kecewa dengan keputusan Nata.

Kekacauan di dalam kedai itu pun berangsur kondusif. Para pengunjung telah kembali ke mejanya masing-masing. Beberapa di antaranya ada juga yang pergi meninggalkan kedai karena telah selesai menikmati menu makanan mereka.

Pria bertubuh gemuk alias si pencuri juga pergi meninggalkan kedai setelah meminta maaf kepada Nata, pengunjung lain serta para karyawan kedai.

Nata berusaha untuk menghabiskan makanannya, tetapi kejadian barusan ternyata telah menggerus selera makan perempuan cantik itu sehingga ia memutuskan untuk pulang saja.

Meraih ponsel, ia menghubungi Hangga dan meminta kekasihnya itu untuk menjemput.

Tidak lama kemudian, ia bangun dari duduk lalu pergi ke meja kasir untuk membayar pesanannya.

“Hai," sapa Nata menyapa perempuan berkerudung ungu yang duduk di meja kasir.

'Iya, Kak." Perempuan di meja kasir itu berdiri dan mengangguk ramah.

"Nama kamu siapa?" tanya Nata kemudian.

"Saya Harum, Kak."

"Harum, terima kasih ya karena sudah menyelamatkan ponsel saya dari si pencuri itu."

Ya, perempuan yang tadi menyelamatkan Nata dari kehilangan ponsel adalah Harum.

“Sama-sama, Kak. Kami yang minta maaf atas ketidaknyamanannya,” sahut Harum sembari mengulas senyum ramah.

“Oh iya, saya Nata.” Nata mengulurkan tangan ramah. Harum menyambutnya tak kalah ramah.

“Hai, Kak Nata. Terima kasih telah berkunjung ke kedai kami. Semoga menyukai menu yang tersedia di kedai ini. Dan semoga kejadian tadi tidak membuat kapok untuk kembali lagi ke sini,” tutur Harum.

“Tentu tidak. Saya pasti akan kembali ke sini, karena sop durennya memang mantul.”

“Terima kasih banyak, Kak Nata.”

"Oya bill saya berapa?"

Harum menyebutkan tagihan pesanan Nata dan Nata pun membayarnya. Selesai membayar, Nata mengambil lagi dua lembar uang ratusan ribu dari dalam dompetnya.

"Ini buat kamu ya, terima kasih sudah menyelamatkan ponsel saya," katanya sembari menyodorkan uang lembaran merah tersebut kepada Harum.

Nata berpikir kalau bekerja di kedai pasti gajinya kecil, jadi ia ingin memberikan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Nata tidak tahu kalau perempuan di hadapannya itu adalah menantu si pemilik kedai, juga istri dari kekasihnya.

"Jangan, Kak." Harum lekas menolak uang itu.

"Enggak apa-apa. Saya makasih banget soalnya udah ditolong. Diterima ya, saya jadi enggak enak nih."

"Terima kasih, Kakak, tapi tidak usah," tolak Harum lagi. "Menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung juga menjadi tugas kami di sini. Kakak tidak perlu merasa tidak enak, karena ini memang kewajiban kami untuk memberikan pelayanan terbaik."

“Oke deh, kalau begitu." Nata memasukan kembali uangnya ke dalam dompet.

"Oke, Harum. Sekali lagi terima kasih banyak ya karena sudah menyelamatkan ponsel saya."

"Sama-sama, Kak."

Nata masih ingin berbicara banyak dengan Harum, namun karena melihat beberapa pengunjung yang antri di belakangnya untuk membayar pesanan, Nata memilih untuk meninggalkan kedai.

Terpopuler

Comments

Sutia Wati

Sutia Wati

wah ada nama Cilegon, Serang, sama nh,,, salam ya, ttp semangat

2023-10-27

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

pembenaran sendiri

2023-03-06

0

Najwa Aini

Najwa Aini

Nata baik juga ya

2022-11-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!