Bab 8

“Nikahan siapa, Yang?” tanya Melly dan Nata berbarengan..

Hangga hampir tersedak air liurnya sendiri mendengar pertanyaan mematikan itu.

“Eng, itu ... kayaknya bukan acara pernikahan. Mungkin acara selamatan aja,” jawab Hangga berusaha setenang mungkin.

“Oh, gitu. Berarti waktu itu lu ada di sana ya. Tahu gitu sih gue sama Jeremi mampir ke rumah lu,” sahut Melly.

“Waktu itu kayaknya gue lagi enggak pulang deh. Gue ada di sini,” kata Hangga mencoba beralibi.

“Oh, gitu.” Melly mangut-mangut.

“Ya udah, Mel, kita jalan dulu ya, takut kemalaman,” ujar Hangga memilih mengakhiri obrolan yang membuatnya gelisah.

“Dih, anak bujang takut sama kemalaman, kayak anak perawan aja,” ledek Melly.

Ketiganya kompak tertawa.

“Thanks ya, Mel. Salam buat Jeremi,” ujar Nata lalu diulangi lagi oleh Hangga. Melly menyahut dengan anggukan.

“Dadah babay.” Nata dan Hangga melambaikan tangan kepada Melly.

“Dedeh bebey.” Melly balas melambaikan tangan sembari tertawa.

Tidak berlama-lama, Hangga segera melajukan mobilnya. Bersiap merayap dalam kemacetan perjalanan Tangerang – Jakarta.

Bersama Nata yang duduk di sampingnya, perjalanan sejauh apa pun akan selalu menyenangkan. Canda, tawa, gelak dan manja menemani perjalanan mereka. Berbeda dengan perjalanan Cilegon-Tangerang bersama Harum dua minggu yang lalu yang penuh aroma kecanggungan sekaligus perasaan tidak nyaman.

Saat kumandang azan magrib menggema, mobil yang dikendarai Hangga telah masuk kota Jakarta. Hangga menghentikan mobilnya di sebuah masjid untuk menunaikan salat Magrib. Sementara Nata duduk menunggu di selasar masjid.

Begitulah mereka, saling bertoleransi dengan perbedaan yang ada.

Selepas salat, Hangga mengajak Nata makan malam di sebuah restoran steak favorit mereka saat masih kuliah dulu.

Hangga dan Nata dulu kuliah di kampus yang sama di Jakarta, meskipun berbeda jurusan. Hangga kuliah jurusan teknik komputer, sedangkan Nata mengambil jurusan akuntansi. Hangga adalah kakak tingkat Nata saat kuliah dulu.

Pertemuan pertama mereka terjadi di kampus. Sore itu, Hangga dibuat geram saat memergoki sepasang kekasih tengah bertengkar hebat di gedung belakang kampus yang sepi.

Hangga melihat sang pria tengah memaki-maki sambil menjambak rambut kekasihnya.

“Aww, sakit. Tolong lepasin, sakit!" Gadis itu merintih kesakitan dengan berurai air mata. Kepalanya sampai terdongak karena sang pria menarik rambut belakangnya dengan kasar.

Pria itu tampak tidak peduli, bahkan semakin beringas. Tangan kirinya menjambak rambut belakang sang gadis, sementara tangan kanannya mencengkeram wajah gadis itu dengan kuat.

Hangga yang sedang fokus mengerjakan tugas kuliah di taman belakang kampus kala itu, seketika perhatiannya teralihkan pada dua orang yang menurut dugaannya adalah sepasang kekasih.

Ia berjalan cepat menghampiri dua orang itu lalu berseru lantang, “hey, lepasin dia!"

Pria itu tampak mengabaikan seruan Hangga. Tanpa rasa segan, ia tetap mempertahankan posisinya yang tengah mencengkeram sang gadis.

"Tolong, sakit," lirih gadis cantik itu.

"Lu enggak dengar apa, cewek lu kesakitan!" seru Hangga.

"Jangan banyak bacot lu!" sahut pria itu.

Hangga tertawa mengejek. "Dasar cowok banci, beraninya sama cewek."

Pria berkulit putih itu mulai terpancing dengan ucapan Hangga sehingga melepaskan cengkeramannya pada sang gadis.

“Gue gak ada urusan sama lu. Jadi, jangan ikut campur urusan kami!” hardik pria berwajah oriental yang mengenakan almamater sama dengan yang dipakai Hangga.

“Tentu saja gue berhak ikut campur. Gue anak kampus ini, lu anak kampus ini, cewek itu anak kampus ini dan lu melakukan kekerasan masih di area kampus ini. Sekarang lepasin cewek itu atau gue akan ....”

Pria itu maju dan berdiri menantang Hangga.

"Atau lu mau apa, Hah?” Hardik pria itu sembari mendorong tubuh Hangga.

Beruntung Hangga telah sigap. Kedua kakinya sama sekali tidak bergeser, hanya bahunya yang sedikit terdorong ke belakang. Kemudian tanpa diduga, pria itu langsung menyerang Hangga.

Perkelahian antara dua pria itu tak dapat dihindarkan. Berbekal ilmu bela diri dari kecil, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Hangga untuk dapat melumpuhkan pria yang tingginya masih di bawah Hangga.

“Terima kasih,” ucap sang gadis cantik berwajah oriental kepada Hangga.

Pria yang mengasari si gadis itu langsung pergi setelah dilumpuhkan Hangga.

“Sama-sama,” balas Hangga.

“Kenalkan, namaku Nata, nama kamu siapa?” Gadis itu mengulurkan tangan.

Ya, gadis yang dianiaya kekasihnya itu adalah Nata.

“Aku Hangga.” Hangga menyambut uluran tangan gadis yang memiliki kriteria fisik sesuai impiannya itu sembari tersenyum.

Jatuh cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Hangga. Di matanya, Nata adalah definisi dari kata "cantik".

Cantik adalah Nata.

No debat.

“Memangnya ibumu bikin acara selamatan apa?” tanya Nata saat sedang menunggu pesanan steak mereka datang.

“Ya?” Pertanyaan Nata menyudahi ingatan Hangga tentang pertemuan pertamanya dengan Nata.

“Ibumu selamatan apa?” ulang Nata.

“Oh, itu. Aku ... enggak tahu.” Hangga menjawab tanpa berani menatap Nata.

Bukan karena takut Nata mengetahui rahasianya, tetapi sungguh ia pun sangat terluka dengan keadaan ini.

"Yang."

"Hemm."

“Apa ayah dan ibumu masih menentang hubungan kita?” Nata bertanya lirih.

Hangga bergeming beberapa jenak memandangi perempuan pujaannya. Jika membahas soal hubungan cinta mereka, lidah Hangga sering kelu karena tidak tahu harus menjawab apa. Ia pun bukan tipe laki-laki yang mengobral murah janji manis.

“Mungkin sebaiknya kita tidak usah membahas hal itu sekarang,” sahut Hangga.

Nata mengembuskan napas pelan. Membahas masalah cintanya bersama Hangga memang tiada pernah berujung. Tidak ada solusi yang dapat ditempuh untuk menyatukan cinta mereka.

Daripada pusing membahas dilema cinta yang mendera, lebih baik berfoto selfi. Begitu pikir Nata. Kemudian ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

“Foto yuk, Yang!” ajak Nata.

“Enggak." Hangga menggelengkan kepalanya. Seperti biasanya, pria berwajah tampan manis itu menolak berfoto.

“Enggak di upload di medsos kok, buat koleksi galeriku aja,” bujuk Nata.

Ia sudah hafal, kekasihnya itu paling anti difoto apalagi sampai di upload ke sosial media. Hangga bahkan tidak memiliki akun sosial media atas nama dirinya.

“Bener?”

“Iya.”

“Janji?”

“Iya.”

Nata menggeser duduknya mendekati Hangga, lalu mulai berfoto dengan berbagai macam gaya.

“Foto pakai ponsel kamu juga dong, Yang,” ujar Nata.

“Sebentar, hape aku ada di tas.” Hangga mengeluarkan ponsel dari dalam tas kerjanya.

Saat Hangga mengusap layar ponselnya, ia mendapati notifikasi beberapa panggilan terjawab dari Bu Mirna. Melihat dari riwayat panggilan, ibunya itu menelepon sekitar satu jam yang lalu. Diperkirakan Hangga tengah salat Magrib saat itu.

Selain panggilan telepon, Bu Mirna juga mengirimkan sebuah pesan.

[Hangga, bagaimana soto buatan Harum? Enak ‘kan?]

Hangga bergeming membaca pesan Bu Mirna.

Ia lupa jika telah berjanji untuk makan malam bersama seseorang yang menunggunya di rumah. Siapa lagi kalau bukan Harum. Istri yang dinikahinya dua minggu lalu.

Terpopuler

Comments

Najwa Aini

Najwa Aini

Harum pasti sedang menunggu-nunggu di rumah

2022-11-15

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

tak jitak lho kamu kok bohong gini

2022-11-08

0

Mawar Hitam

Mawar Hitam

nah lo ibu permaisuri nelpon dan menanyakan soto. uatan Harnum

Ayo mau dijawab apa ya

2022-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!