Bab 2

Harum mengembuskan napas lega saat kemeriahan pesta akhirnya usai. Ternyata begini rasanya menjadi ratu sehari. Tidak se-menakjubkan yang dibayangkannya.

Menjadi pengantin ternyata didera segala macam rasa. Pusing, penat, mual dan lelah adalah kombinasi rasa yang dirasakannya hari ini.

Mulai dari inner kerudung yang membungkus ketat kepala dan membuatnya pening dan kesakitan. Ditambah siger yang menambah beban berat kepalanya. Belum lagi aroma wangian khas make-up yang siang tadi membuatnya "mabuk" dan hampir pingsan.

Maklum saja, ia jarang bersentuhan dengan berbagai macam jenis make-up. Harum alergi dengan aroma percantik wajah yang terlalu harum.

Berdiri seharian di kursi pelaminan sembari menebar senyum untuk menyalami para tamu undangan ternyata sangat melelahkan. Ia tersenyum sendiri mengingat masa kecilnya dulu yang jika ditanya, “Harum cita-citanya menjadi apa?”

Dan Harum kecil akan menjawab, “mau jadi pengantin.”

Kini cita-citanya telah tercapai di usianya yang menginjak 21 tahun. Tepat sebulan setelah ia merampungkan pendidikan Program Studi Akuntansi D-III dan mendapat gelar Ahli Madya (A.md) sekaligus juga kehilangan sang nenek tercinta.

Menjadi pengantin dan bersanding bersama pria yang sudah dikaguminya sejak dulu, sedikit mengurangi rasa sedih ditinggal sang nenek tercinta untuk selama-lamanya.

Jika saja Nenek bisa menyaksikan pernikahannya ini, Harum yakin, beliau akan sangat bahagia. Sebab Neneklah satu-satunya orang yang mengetahui kalau Harum menyukai putra Bu Mirna itu sejak lama.

Seketika wajah Harum merona saat mengingat statusnya sebagai pengantin baru. Semburat merah di pipi semakin nyata kala mengingat ini adalah malam pertamanya.

“Rum.” Beruntung panggilan Bu Mirna memusnahkan pikirannya tentang malam pertama. Sebelum angannya bertamasya ke mana-mana.

“Iya, Bu.” Harum yang baru selesai membersihkan riasan di wajah sontak berdiri.

“Kalau mau mandi, handuknya ada di lemari itu,” ujar sang mertua dengan ramah. Harum menyahut dengan sopan pula.

Resepsi pernikahan tadi memang dilaksanakan di rumah keluarga Hangga. Bu Mirna sengaja tidak memilih gedung untuk resepsi putranya dengan pertimbangan agar para warga kampung sekitarnya bisa datang untuk menghadiri kebahagiaan keluarga mereka.

Seminggu sebelum acara, Harum yang sebatang kara sudah diboyong ke rumah keluarga Hangga. Sementara Hangga sendiri tinggal di rumah lain milik orangtuanya yang berada di sebuah perumahan tidak jauh dari kampung tempat tinggal orangtuanya. Keluarga suaminya itu termasuk keluarga berada yang memiliki beberapa aset rumah.

“Hangga ke mana, Rum?” Pertanyaan yang terlontar setelah pandangan Bu Mirna menyapu setiap sudut ruang kamar penuh bunga dan tidak mendapati keberadaan sang putra di kamar itu.

“Sepertinya Hangga masih ada temannya di depan.” Bu Mirna menjawab sendiri pertanyaannya diiringi seulas senyum.

Harum balas tersenyum pada Bu Mirna.

Sesaat kemudian ia baru menyadari bahwa dalam acara sakralnya tadi, tak ada satu pun teman sekolah Hangga yang menjadi tamu undangannya.

Harum lumayan mengenal teman-teman sekolah Hangga karena dulu neneknya berjualan gorengan di sekolah Hangga. Setiap pulang sekolah, Harum sering berada di sana membantu neneknya.

Sedangkan teman-teman kuliah Hangga, Harum tidak mengenal karena Hangga kuliah di Jakarta.

Sepanjang acara tadi, tidak tampak keakraban Hangga bersama tamunya. Sepertinya tamu undangan hanya keluarga dan kenalan kedua orangtua Hangga saja.

“Kamu sudah makan, Rum?” tanya Bu Mirna penuh perhatian.

“Sudah, Bu.”

“Di dapur orang-orang lagi makan mi instan. Kalau kamu mau mi instan juga, nanti ibu bilang Jenah buatkan untuk kamu,” tawar ibu mertua Harum.

“Enggak usah, Bu. Nanti kalau mau, biar saya masak sendiri,” tolak Harum santun.

“Oh, ya sudah kalau begitu.” Bu Mirna terdiam sejenak sembari menatap Harum. “Ibu bahagia akhirnya Hangga menikah dengan kamu. Semoga kamu juga bahagia ya, Rum,” lanjutnya.

Kalimat yang dilontarkan Bu Mirna sebelum meninggalkan kamar membuat hati Harum menghangat.

Harum merasa takdirnya sangat indah. Tak ada yang lebih indah dari takdir jodoh selain dapat bersanding dengan orang yang kita inginkan. Ditambah perlakuan sang mertua yang begitu baik kepadanya. Tentu saja itu adalah hal luar biasa.

Tidak berlama-lama, Harum pergi untuk membersihkan tubuh. Usai mandi, ia kembali ke kamar. Belum ada keberadaan Hangga di kamar pengantin itu. Ia sependapat dengan ucapan mertuanya beberapa saat tadi, bahwa Hangga mungkin masih sibuk dengan tamunya.

Harum duduk dengan punggung bersandar pada kepala ranjang. Bermain ponsel sebentar sekedar membalas beberapa pesan masuk dari teman-temannya. Pesan yang sebagian besar adalah ucapan selamat menempuh hidup baru serta doa dan harapan semoga rumah tangganya sakinah mawadah warahmah.

Hingga Pukul 23.30 belum tampak Hangga masuk ke kamar tersebut. Jangankan raganya, suara Hangga pun tidak terdengar di telinga Harum.

Di depan cermin, Harum menyisir rambut panjang, hitam nan indah miliknya. Hatinya sedikit merasa resah dan gelisah atas ketidakhadiran Hangga di kamar tersebut.

Hingga kemudian matanya tak dapat lagi bertahan untuk tetap terjaga. Ia ngantuk berat dan ingin segera tidur.

Sebelum pergi ke tempat tidur, Harum mengambil jilbab instan warna coklat susu dari dalam lemari lalu memakainya. Minimnya komunikasi dan intensitas pertemuan antara dirinya dan Hangga, membuat Harum masih malu-malu jika harus membuka aurat di depan pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. Begitu yang ada di benak Harum.

Dengan memakai piyama muslimah bahan rayon lengkap dengan jilbabnya, Harum merebahkan tubuh lalu memejamkan mata. Rasa lelah mengiringi jiwanya menuju alam mimpi.

*

Pukul 03.30 dini hari, Hangga mengayun langkah tidak semangat, masuk ke kamar pengantinnya. Dilihatnya perempuan yang seharian tadi berdiri bersamanya di pelaminan telah tertidur lelap.

Usai pesta pernikahan yang sederhana menurut ukurannya, Hangga pulang ke rumah tempat ia menginap selama dua hari ini. Rumah milik orangtuanya yang ia tempati dalam masa pingitan. Begitu kata sang ibunda.

Sejujurnya, Hangga ingin menginap di rumah itu daripada harus keki menghadapi malam pertama dengan perempuan yang tidak dicintainya. Namun, karena mengingat sang ibunda, ia membatalkan niatnya lalu bergegas pulang ke rumah orangtuanya. Dan tentu saja menuju kamar pengantinnya.

Ia dapat bernapas lega kala melihat gadis yang tadi pagi dihalalkan melalui ijab kabul telah tertidur pulas.

Hangga berjalan pelan mendekati Harum, perempuan yang kini telah menjadi istrinya. Menatap wajah Harum, ada sebuah gundah yang menggantung di hati. Akan seperti apa nanti hari-hari ke depannya? Bagaimana nanti ia harus bersikap?

Menjalani rumah tangga bersama perempuan yang tidak dicintai, tidak pernah terlintas sekalipun dalam benaknya.

Apa yang akan dikatakannya nanti pada Natalia Friska Wayong, perempuan cantik yang telah enam tahun menjalani hari-hari penuh cinta bersama Hangga. Bahkan detik ini atau sampai kapan pun, cintanya tak mungkin berpaling pada gadis berwajah oriental itu.

Bagaimana ia dapat melepas Nata, sementara Nata adalah dunianya. Nata adalah bahagianya.

Hangga masih berdiri memandang gadis berjilbab yang berwajah ayu itu. Sesungguhnya hati Hangga pun mengakui jika Harum adalah gadis yang ayu. Cantiknya khas Indonesia. Akan tetapi, bagi Hangga, Nata tentu lebih cantik. Jauh lebih lebih cantik.

Bukankah definisi cantik bagi setiap orang adalah berbeda. Setiap pria memiliki selera masing-masing dalam mendefinisikan kata ‘cantik’.

Entah mengapa Hangga lebih menyukai perempuan berwajah oriental bak artis Korea. Hal itu ia temukan pada diri Natalia Friska Wayong. Gadis berkulit putih mulus bersinar, hidung kecil tapi mancung, tubuh ramping dan tinggi. Gadis berdarah Chinese Manado itu telah membuat Hangga tergila-gila.

Parasnya mendekati kecantikan Song Hye Kyo, artis Korea tercantik menurutnya. Di mata Hangga, Nata adalah titisan dewi kecantikan.

Hangga mengusap wajahnya frustrasi saat ingatannya berlabuh pada Nata, kekasihnya.

Bu Mirna tidak pernah merestui hubungan cintanya dengan Nata karena tembok penghalang yang tebal di antara mereka. Secinta-cintanya ia pada Nata, tetap saja ia lebih cinta pada Sang Pemilik Kehidupannya.

“Tujuan pernikahan itu tidak hanya untuk hidup bersama di dunia, tetapi juga menyiapkan untuk kehidupan di akhirat nanti. Bagaimana kalian bisa menjalani pernikahan sejalan dan seirama, jika Tuhan kalian saja berbeda.” Begitu yang selalu diucapkan Bu Mirna kala menentang kisah cintanya dengan Nata.

“Menikahlah dengan Harum. Hidup ibu akan bahagia dan tenang jika kamu menikah dengannya.” Untuk ke sekian kali, Bu Mirna mengutarakan permintaannya.

Hangga tak mampu lagi menolak saat wanita pengantar kehadirannya ke dunia itu menangis memohon. Dengan kondisi tubuh lemah dan tangan terinfus, sang ibu meminta Hangga untuk menikahi Harum.

Dan hari ini resmilah ia sebagai suami Harum, gadis yang sudah dikenalnya sejak kecil dan tidak ada sedikit pun rasa ketertarikan kepadanya layaknya seorang pria terhadap wanita. Kalau pun ia menyukai Harum, hanya sebatas sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Tidak lebih.

Karena ia tahu dan sangat mengenal, bahwa Harum adalah gadis baik-baik.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

gadis baik2 tapi kau sakiti nantnya

2023-11-27

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

emang sakit yaa rum klo jadi yg kedua itu
tapi ga pa2,,,klo kta band jamrud sih
barakit rakit ke hulu
berenang kita ke tepian
bersakit-sakit dahulu
bahagia kemudian 🤭

2023-03-03

1

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

betull bahkan ada loh di tempat ku
pengantin ngrasa was was
was was ada yg ngasih amlop kosong maksude🤭🤭🤭

2023-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!