Bab 11

Sudah dua hari Harum kembali bekerja di kedai milik Bu Mirna cabang Tangerang. Beruntung, sahabatnya yang bernama Nina itu juga ikut di mutasi ke Tangerang.

Kehadiran gadis berjidat lebar itu ibarat tetesan air hujan yang menyiram hidup Harum yang gersang. Bukan lebay, tetapi memang begitu adanya.

Kehidupan pernikahannya bersama Hangga terasa kaku seperti kanebo kering. Hanya keheningan dan kebisuan yang sering terjadi di antara mereka.

Sampai saat ini, Hangga belum pernah menyentuhnya. Komunikasi di antara mereka juga naik turun. Sikap Hangga terkadang hangat, namun sesaat kemudian berubah menjadi dingin.

Harum tengah berkutat dengan pekerjaan di meja kerjanya. Mencatat transaksi keuangan dalam jurnal besar dan mengerjakan berbagai macam pembukuan kedai lainnya.

Tugasnya di kedai adalah mengurus administrasi keuangan kedai sekaligus merangkap sebagai kasir.

Bu Mirna mempercayakan keuangan kedai kepada Harum sudah sedari lama. Bahkan sebelum Harum dinikahi oleh putra sang pemilik kedai tersebut.

Setelah pekerjaannya sebagai staf akuntan dan staf admin rampung, ia pergi ke meja kasir.

“Rum, ada Mas Hangga loh,” bisik Nina antusias saat Harum baru duduk di kursi kasir.

“Mas Hangga ke sini? Di mana?” tanya Harum sembari mengedarkan pandangannya.

“Tuh di meja 27, sama teman-temannya.” Nina menunjuk meja paling pojok dekat pintu belakang kedai dengan ekor matanya.

“Oh.” Hanya kata ‘oh’ yang terucap dari bibir mungil Harum usai matanya menemukan sosok Hangga bersama dua orang pria yang kemungkinan adalah teman kerjanya.

“Kok cuma ‘oh’ sih.” Nina berdecak mendengar reaksi sahabatnya itu. “Kamu ‘kan istrinya, Rum. Harusnya kamu samperin sana, cium tangan sama suamimu yang ganteng itu. Terus nanti suamimu balas cium kening kamu. Kan so sweet jadinya,” cerocos gadis yang memakai jilbab ungu, senada dengan kaus seragam kedai yang juga berwarna ungu.

“Jangan keras-keras bicaranya, Nin! Nanti teman Mas Hangga bisa dengar,” cegah Harum yang juga memakai jilbab warna ungu sama seperti karyawan lainnya.

Dahi Nina mengerut mendengar ucapan Harum. “Maksudnya, Rum?”

“Jadi gini, Mas Hangga itu belum laporan ke kantornya bahwa dia sudah menikah. Jadi, teman-temannya juga memang enggak ada yang tahu kalau dia sudah menikah,” tutur Harum yang terdengar ragu.

“Kok gitu, Rum?” Nina kembali mengerutkan kening.

"Mungkin Mas Hangga ...." Harum jadi bingung sendiri mau beralasan apa.

“Tuh, ada tamu. Kamu layani dulu sana,” usir Harum sembari ekor matanya menunjuk dua orang remaja laki-laki dan perempuan yang baru masuk ke kedai. Beruntung kehadiran pengunjung itu bisa menyelamatkan Harum dari pertanyaan Nina.

Meski masih penasaran dengan ucapan Harum yang sudah bersahabat dengannya sejak di bangku SMP itu, Nina beranjak juga melayani tamu kedai yang datang.

Harum hanya tersenyum memandangi Nina yang mengayun langkah ceria menyambut tamu. Gadis itu memang selalu ceria.

“Mbak, ada air mineral?” tanya seorang pria berkacamata yang menghampiri Harum di meja kasir.

“Ada, Pak,” jawab Harum diiringi seulas senyum.

“Jangan panggil Bapak, dong! Saya masih muda loh. Belum menikah.” Pria dengan potongan rambut belah tengah ala Charlie ST 12 itu melayangkan protes pada Harum.

“Oh, iya. Maaf, Kak,” sahut Harum yang merasa tidak enak hati.

“Nah, begitu, lebih cocok.” Pria itu tersenyum lebar kepada Harum. “Oya, saya tambah pesanan air mineral dingin dua ya,” ucapnya lagi.

“Baik, Kak. Nanti akan diantar ke meja Kakak."

“Meja 27 ya,” ujar pria itu masih menampilkan senyum manisnya.

Harum mengangguk menanggapi ucapan pria tersebut. Meja yang dimaksud pria berkacamata dan rambut belah tengah itu adalah meja tempat Hangga duduk.

Pria yang memesan air mineral itu adalah salah satu dari dua pria yang duduk bersama Hangga. Setelah memesan tambahan pesanan, pria itu kembali ke mejanya. Tidak lupa, pria itu memberikan senyum manisnya kepada Harum sebelum kembali ke mejanya.

*

Nata : [Yang, gak jadi makan siang bareng]

Nata : [Diajak makan siang bareng sama teman-teman kerja. Gak enak kalau nolak]

Nata: [Maklum anak baru]

Tiga pesan dari Nata masuk ke ponsel Hangga, tepat sebelum Hangga beranjak dari meja kerjanya. Pria dengan rambut tebal hitam belah tepi itu menggerakkan lincah jarinya, membalas pesan sang kekasih tercinta.

Hangga : [Huh 😭]

Hangga : [Baik-baik jadi anak baru ya]

Hangga : [Padahal kangen 😘😘]

Tiga pesan yang dikirimkan oleh Hangga langsung dibalas oleh Nata yang masih dalam model online.

Nata : [I love U so]

Nata : [❤️❤️❤️]

Senyum Hangga terkembang sempurna mendapat balasan pesan tersebut. Entah sudah berapa kali kekasihnya itu mengucapkan kata cinta, namun tetap saja buncah bahagia selalu meletup di dada setiap kali mendengar ucapan cinta dari sang pujaan hati.

Hangga : [ Love U too]

Hangga : Emot love 11 buah

Usai membalas pesan, Hangga pergi ke musala untuk menunaikan kewajibannya. Setelah melaksanakan empat rakaat Zuhur, ia diajak oleh dua orang rekan kerjanya untuk makan siang bersama. Kedua temannya itu mengajak Hangga ke kedai sop duren.

Sebenarnya Hangga malas untuk makan di kedai yang berjarak tidak jauh dari kantornya itu, namun karena kedua teman Hangga itu tidak mengetahui bahwa kedai tersebut milik orangtuanya, akhirnya Hangga menurut saja.

“Gila ya, gue sering lewat sini belum pernah sekalipun masuk ke sini,” ujar Tono, pria berkumis tipis dengan tahi lalat di dagu sebelah kiri yang adalah salah seorang teman kerja Hangga. Kalau dilihat sekilas, Tono ini mirip Rano Karno dalam versi muda.

“Gue pernah sekali ke sini bareng cewek gue. Menunya lumayan enak kok,” timpal Andi, pria kurus berkacamata dengan potongan rambut belah tengah yang juga adalah teman kerja Hangga.

“Lo pernah ke sini, Bro?” tanya Tono melirik Hangga.

“Emm, gue ... belum. Baru ini sama kalian,” jawab Hangga berbohong, tapi tidak sepenuhnya bohong. Ia memang beberapa kali pernah datang ke kedai karena titah ibunya untuk mengurus suatu hal. Tetapi, kalau untuk makan bersama dengan membawa sang kekasih, Hangga sama sekali tidak pernah melakukannya.

Kecuali pada Nata, ia memang tidak pernah menceritakan kepada siapa pun jika kedai yang tengah laris itu adalah milik orangtuanya.

“Ayo, kita pesan menu, gue udah lapar banget nih,” kata Andi.

Pria berkacamata yang bernama Andi itu memanggil salah seorang pelayan yang baru selesai mengantarkan makanan di meja sebelah. Kemudian mereka bertiga memesan menu santap siang.

Sembari menunggu pesanan datang, ketiga pria itu berbincang santai. Mulai dari cerita Tono tentang keseruannya yang baru seminggu menjadi seorang ayah dan cerita Andi yang berniat melamar seorang wanita yang baru satu bulan dikenalnya.

“Gila lo, Ndi. Baru sebulan kenal udah main lamar aja. Memang seyakin itu lo sama dia?” celetuk Tono.

“Yakin enggak yakin sih, tapi gue memang udah pengen kawin. Enggak mau lama-lama jomblo ah, takut karatan,” kelakar Andi yang memecah tawa ketiganya.

Ketiga pria itu masih tergelak dalam tawa saat pelayan membawakan bermacam menu yang telah dipesan dan meletakkannya di atas meja. Usai menata hidangan, pelayan itu kembali ke tempatnya.

“Terus kalau lo kapan, Bro?” Tono bertanya pada Hangga usai menyedot jus sirsak yang segar dan menggoda.

“Emm, kapan apanya?” sahut Hangga yang saat perbincangan tadi tidak banyak bicara. Hanya menyimak sambil sesekali ikut tertawa.

“Kapan kawinnya?”

“Nikah dong jangan kawin,” protes Hangga.

“Jangan-jangan lo kawinnya udah, tapi nikahnya yang belum ya?” ledek Tono.

“Sembarangan.” Hangga meninju pelan lengan Tono.

Justru yang terjadi pada Hangga adalah sebaliknya, menikahnya sudah, kawinnya yang belum.

“Hahahaha. Bercanda, Bro. Gue percaya lu mah pria soleh idaman para wanita,” seloroh Tono sembari mengunyah roti bakar coklat pesanannya.

“Ini kok enggak ada air mineralnya,” ujar Andi yang baru menyuapkan sesendok sop daging ke mulutnya. “Sebentar ya, gue mau pesan air mineral dulu,” katanya sembari bangun dari posisi duduknya.

Andi pergi ke meja pemesanan, yang bersebelahan dengan meja kasir. Karena pelayan yang berjaga semuanya tampak sibuk, ia menghampiri perempuan yang duduk di meja kasir.

Perempuan yang tidak lain adalah Harum.

Setelah memesan air mineral, Andi kembali ke mejanya.

“Hai gaes, kayaknya gue enggak jadi buru-buru melamar cewek yang baru sebulan gue kenal itu deh,” ujar Andi setelah kembali ke mejanya.

“Lah, kenapa?" tanya Tono dengan dahi mengernyit. "Baru semenit udah berubah pikiran."

“Lihat deh cewek yang pakai kerudung ungu di sana,” ujar Andi sembari menunjuk meja kasir dengan dagunya.

“Yang mana, Bro? Banyak yang pakai kerudung ungu di sini,” sahut Tono mengikuti arah pandangan Andi. “Kayaknya pelayan di sini memang pakai kerudung ungu semua,” sambungnya.

“Yang di meja kasir,” sahut Andi. Pandangan pria itu tidak lepas dari sosok Harum di meja kasir.

Tono dan Hangga sontak melempar pandangan pada sosok perempuan cantik yang mengenakan gamis warna lilac dipadukan dengan kerudung warna ungu muda.

“Beuh, cantik banget. Mirip mantan gue.” Tono sontak berceletuk. Sementara Hangga tidak ikut berkomentar, namun pandangannya tertuju pada Harum yang tampak sibuk mengerjakan sesuatu.

“Hah, mantan lo yang mana?” timpal Andi.

“Citra Kirana,” sahut Tono.

Hangga masih menatap Harum dari tempatnya duduk. Kalau diperhatikan, Harum memang mirip Citra Kirana versi usia muda. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang kecil, alisnya yang bagus, semuanya mirip. Yang membedakan itu warna kulit. Warna kulit Harum yang kuning langsat, terlihat lebih redup jika dibandingkan sang artis.

“Huh, ngimpi!” sorak Andi. “Eh, tapi bener sih. Dia cantik banget mirip Citra Kirana. Kayaknya gue harus minta nomor teleponnya deh,” seloroh Andri seraya bangun dari duduknya.

“Mau ke mana, Ndi?” Hangga mencekal lengan Andi.

“Mau minta nomor hape gadis itu,” jawab Andi santai.

“Jangan. Enggak boleh!” kata Hangga sedikit gugup.

“Lah, kenapa?” Andi menatap heran Hangga.

“Karena dia ... sudah bersuami,” sahut Hangga.

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

tor knpa nmnya hangga padhl angga aja

2023-04-10

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

idihhhhh egois sekali si hangga
di anggep engga nglarang nglarang
lagi

2023-03-06

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

bnyk amat emot love smpe 11 buah 🤣

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!