Bab 13

Harum tengah duduk di meja kasir sembari memainkan pulpen saat sorot matanya menangkap sosok seorang wanita yang di matanya terlihat sangat cantik, masuk ke dalam kedai.

Posisi meja kasir memang persis berhadapan dengan pintu masuk kedai, sehingga ia bisa melihat dengan jelas cantiknya paras wanita itu.

Mirip sekali dengan artis Korea idolanya, Song Hye Kyo.

“Cantik banget. Saya saja yang perempuan begitu mengagumi kecantikannya, apalagi laki-laki,” gumam Harum dalam hati.

Saking terpukau, Harum sampai memperhatikan hingga wanita itu duduk. Bahkan di sela pekerjaannya sebagai kasir, beberapa kali ia melempar pandang pada sosok wanita cantik tersebut dari tempatnya duduk.

Hingga kemudian terjadilah insiden pencurian ponsel si wanita oleh salah seorang pengunjung lain yang ia saksikan dengan matanya sendiri.

Harum semakin mengagumi sosok wanita tersebut saat dengan bijak wanita itu memilih untuk memaafkan si pencuri dan tidak memperpanjang kasusnya.

Selain cantik, wanita itu juga bijak dan ramah. Terbukti saat wanita cantik itu terlebih dahulu menanyakan namanya dengan ramah dan akhirnya mereka berkenalan.

Akhirnya Harum dapat mengetahui nama wanita sejuta pesona itu.

Namanya Nata.

“Nin, cepat dong! Sudah sore nih, takut Mas Hangga sudah pulang ke rumah,” ujar Harum pada sahabatnya.

Biasanya tepat pukul empat sore, ia sudah keluar kedai. Gara-gara insiden pencurian itu, ia masih tertahan di kedai saat menit jam sudah lewat ke angka enam. Molor tiga puluh menit dari jam kebiasaannya pulang.

“Iya sih, yang udah punya suami,” sahut Nina sembari mata dan tangannya sibuk menghitung uang di laci kasir. Salah satu prosedur pergantian kasir atau penutupan kasir adalah memastikan jumlah uang di laci cocok dengan data di komputer.

“Saya doakan semoga kamu juga cepat punya suami,” sahut Harum sembari tersenyum menatap Nina, sedangkan Nina tetap fokus menatap lembar demi lembar uang di tangannya.

“Pas," sahut Nina tepat setelah Harum selesai berucap.

“Harusnya jawab Amin dong, Nin, bukan pas,” protes Harum.

“Lah, uangnya pas kok bilang ‘amin’, aman harusnya,” sahut Nina yang memang tidak menyimak doa Harum yang tulus itu.

Harum mencubit pelan pipi Nina yang chubby saking gemasnya. Kemudian ia segera meraih tas kerjanya.

“Oke deh. Saya pulang duluan ya, Nin. Bye.” Tanpa basa-basi, Harum langsung berpamitan.

“Hati-hati di jalan, Rum. Kalau jatuh, bangun sendiri ya,” celetuk Nina mengantar langkah Harum yang terburu-buru.

Harum tidak menyahut, hanya melambaikan tangan berdadah-dadah pada sahabatnya itu.

“Pulang, Neng?” Petugas parkir berusia lima puluh tahunan di depan kedai tanpa sungkan menyapa Harum yang dikenalnya sebagai menantu pemilik kedai.

“Iya, Pak,” sahut Harum ramah.

“Bapak bantu seberangkan jalan setelah ini ya, Neng,” ujar petugas parkir di sela kegiatannya mengarahkan sebuah mobil yang hendak masuk ke area parkir kedai.

“Tidak usah, Pak, terima kasih," tolak Harum.

Biasanya petugas parkir itu selalu membantu Harum untuk menyeberang jalan, namun kali ini ia menolak lantaran buru-buru. Harum mengayun langkah cepat ke tepi jalan bersiap untuk menyeberang.

“Harum.” Panggilan seseorang menghentikan langkah Harum yang hendak menyeberang jalan.

Harum menoleh ke arah suara. Bibirnya melengkungkan senyum ramah saat mengetahui yang memanggilnya adalah Nata.

Nata yang juga tengah berdiri di tepi jalan itu berjalan menghampiri Harum. “Kamu mau pulang?” tanyanya.

“Iya, Kak." Harum menjawab ramah.

“Loh, memang kerjanya enggak sampai malam?”

“Kalau saya kebetulan memang shif pagi terus, jadi selalu pulang sore,” sahut Harum.

“Oh, gitu.” Nata mengangguk-anggukan kepalanya. “Pulangnya ke mana, Rum?” tanyanya kemudian.

“Di ....” Jawaban Harum menggantung karena bunyi dering ponsel Nata.

“Sebentar, Rum.” Nata berjalan menjauh beberapa langkah untuk menerima panggilan telepon. Setelah menerima panggilan telepon yang singkat itu ia kembali mendekat kepada Harum.

“Rum, ayo pulang bareng aku aja,” ajak Nata. “Pacarku jemput, tapi mobilnya berhenti di sana, dekat pom bensin,” ujarnya lagi.

“Terima kasih, Kak Nata. Tapi, tidak usah. Saya naik angkot saja,” tolak Harum dengan ramah.

“Ayolah, Rum! Anggap saja, ini sebagai ucapan terima kasih aku karena tadi kamu sudah menolong aku,” bujuk Nata.

“Lain kali saja, Kak. Soalnya saya buru-buru, khawatir suami sudah pulang ke rumah,” sahut Harum.

Saat Harum memutuskan untuk kembali bekerja di kedai, ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk pulang tepat waktu dan berusaha untuk sampai di rumah sebelum suaminya pulang.

“Kamu sudah menikah, Rum?” Nata sedikit terkejut. Sejak awal pertemuan tadi, ia mengira Harum adalah seorang gadis yang belum menikah. Ia juga menaksir usia Harum masih muda. Lebih muda darinya.

“Alhamdulillah,” ucap Harum diiringi sebuah senyum.

Bagaimanapun kepahitan pernikahan yang dijalaninya, jauh di lubuk hati, ia merasa bersyukur karena telah dipertemukan jodoh yang terbaik oleh Sang Sutradara terbaik drama kehidupannya.

“Suamimu pasti pria beruntung karena punya istri cantik, lembut, dan baik seperti kamu," sahut Nata. Sama seperti Harum, ternyata Nata juga mengagumi perempuan ayu berjilbab itu.

Dipuji cantik oleh wanita cantik membuat Harum tersipu. “Pacar Kakak juga beruntung punya pacar secantik Kakak. Semoga segera dihalalkan. Semoga kalian segera menikah,” ucapnya tulus.

“Amin,” sahut Nata dengan kedua tangannya saling bertaut di depan dada seperti kebiasaannya jika tengah berdoa.

Kemudian ponsel Nata berdering lagi. Panggilan telepon dari orang yang sama sebelumnya. “Iya, aku ke sana sekarang,” ucap Nata pada si penelepon yang tidak lain adalah Hangga.

“Pacarku telepon lagi, aku duluan ya, Rum,” ujar Nata setelah memutus sambungan teleponnya.

‘Kenapa pacarnya enggak disuruh putar balik ke sini saja? Biar Kakak enggak usah jalan kaki ke sana.’ Ingin sekali Harum mengatakan begitu, tetapi tidak etis rasanya mengatakan hal seperti itu pada seseorang yang baru dikenalnya.

“Iya, hati-hati, Kak,” ucap Harum akhirnya.

“Kamu juga hati-hati ya,” balas Nata.

Kemudian dua wanita cantik itu berpisah. Harum menyeberang jalan untuk menyetop angkot, sedangkan Nata berjalan menuju mobil yang berjarak cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Lewat lima belas menit dari pukul lima, Harum sampai di rumah. Mungkin karena pulang kesorean, jalanan juga jadi lebih macet dari biasanya. Beruntung ia sudah melakukan kewajiban asarnya di kedai.

Biasanya setiap pulang kerja, ia langsung cuci tangan, cuci muka lalu masak. Dan yang terakhir adalah mandi. Namun, sore ini ia merasa tubuhnya sangat lelah, rasanya malas sekali untuk masak. Harum mulai menimbang-nimbang apakah mau memasak atau tidak.

Beberapa hari ini Hangga selalu pulang lebih larut dari biasanya sehingga tidak pernah makan malam di rumah. Masakan yang dimasak oleh Harum selalu berakhir di perutnya sendiri.

Harum meraih ponsel lalu mengetik sebuah pesan yang akan dikirimkan kepada suaminya. Ia sudah mendapat nomor Hangga dari Jenah, ART yang sudah lama membantu keluarga Hangga. Meskipun untuk mendapatkan nomor ponsel suaminya itu, ia harus berbohong dengan mengatakan nomor Hangga terhapus dari kontak.

Padahal sejak dulu nomor Hangga memang tidak ada di dalam daftar kontaknya.

Harum mulai mengetik sederet kalimat.

[Assalamualaikum, Mas, ini Harum. Mas Hangga apa mau makan malam di rumah?]

“Kirim, enggak, kirim, enggak, kirim, enggak.” Setelah mengetik pesan tersebut, ia malah jadi bimbang untuk mengirimnya.

“Astagfirullah.” Harum tergemap karena tak sengaja menyentuh tanda panah warna hijau yang membuat pesan itu langsung terkirim.

"Duh, gimana ya," gumam Harum sembari menggigit bibirnya karena resah.

Hati Harum masih dag dig dug mencemaskan reaksi Hangga, lantaran ini adalah kali pertama Harum mengirim pesan pada laki-laki yang berstatus suaminya tersebut.

Beberapa saat kemudian terdengar bunyi notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Harum yang masih memegang ponsel, lekas membuka pesan tersebut.

Mas Hangga : [GAK]

Harum tergugu membaca pesan tersebut. Ada sedikit rasa nyeri mencubit hati. Entah karena balasan pesan singkat dari Hangga yang ditulis dengan huruf besar-besar, atau karena jawaban Hangga yang lagi-lagi tidak akan makan malam di rumah.

Mungkin keduanya sama-sama menyakitkan.

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

kejam nyaaa suamimu rum😭

2023-04-10

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

duhhh balasnya gitu amat

2023-03-06

0

dina firara

dina firara

agak bingung karena GK ada flashback on dan flashback off nya .

2023-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!