Bab 14

Hangga memutar laju mobilnya menuju kedai untuk menjemput Nata. Padahal rencananya hari ini ia ingin pulang sore ke rumah. Ia tidak mau Harum merasa curiga dan kecewa lalu melaporkan kepada kedua orangtuanya bahwa ia selalu pulang larut malam.

Seminggu ini, sejak Nata mulai bekerja di salah satu Bank swasta di Tangerang, praktis waktu Hangga banyak dihabiskan bersama Nata. Tidak pernah pulang ke rumah kurang dari jam sembilan malam setiap harinya dikarenakan sibuk menemani Nata mencari kontrakan yang cocok.

Namun sampai saat ini mereka belum menemukan kontrakan yang sesuai kriteria Nata. Kekasih Hangga itu memang pemilih untuk urusan tempat tinggal.

“Jemput aku, sekarang!” titah Nata di ujung telepon.

Hangga ingin menolak sebab banyak sekali yang dikhawatirkannya, tetapi ia tak kuasa membuat Nata kecewa untuk kedua kali.

Sebelumnya, ia telah menolak untuk menemani Nata makan di kedai milik orangtuanya tersebut. Jadi, tidak mungkin ia menolak permintaan Nata untuk menjemputnya.

“Oke, Sayang. Tapi, tunggu di depan. Aku enggak turun,” jawab Hangga akhirnya.

Roda empat yang dikendarai Hangga hampir sampai di depan kedai saat dirinya menyaksikan kedua perempuan cantik yang ia kenal tengah mengobrol akrab di tepi jalan depan kedai.

Kening Hangga mengerut melihat pemandangan tersebut. “Harum dan Nata, apa mereka saling kenal?” batinnya gelisah.

Melihat kedua wanita itu, Hangga lekas mengubah laju mobilnya yang semula di bahu kiri jalan menjadi ke bahu kanan jalan. Membatalkan niatnya untuk berhenti di depan kedai dan memutuskan untuk berhenti beberapa meter di depannya.

Beruntung kepadatan kendaraan dapat menyamarkan pergerakan mobil yang dikendarai Hangga. Sehingga kedua perempuan cantik itu tidak menyadari kehadiran mobil Hangga yang sempat melewati kedai.

“Sayang, aku sudah sampai,” ujar Hangga melalui telepon setelah ia menepikan mobilnya di depan sebuah pom bensin.

“Di mana?”

“Jalan sedikit ya, Yang. Di depan pom bensin. Tadi padat banget, jadi enggak bisa berhenti di depan kedai,” kilah Hangga.

Nata memutus panggilan telepon tanpa menjawab ucapan Hangga.

“Halo, Yang. Halo, Nat. Ya, malah diputus teleponnya.” Hangga mendesah kecewa.

Pasti Nata marah, pikirnya.

Hangga turun dari mobil. Lalu dari jarak yang sangat jauh itu, ia memperhatikan Nata dan Harum yang masih mengobrol.

“Tidak mungkin Harum dan Nata berteman. Harum belum sebulan berada di kota ini dan juga baru dua hari kembali bekerja. Nata pun sama, baru beberapa hari bekerja di Tangerang. Jadi, tidak mungkin jika keduanya saling mengenal,” gumamnya dalam hati.

Hangga mengambil ponsel yang ditinggalkan di dalam mobil lalu kembali menelepon Nata.

“Halo, Yang.”

“Iya, aku ke sana sekarang,” sahut Nata di ujung telepon.

Tidak menunggu lama, kekasih Hangga itu datang menghampirinya dengan wajah cemberut. Hangga lekas membukakan pintu mobil untuk Nata. Perempuan cantik itu masuk dan duduk manis di dalam mobil tanpa bersuara. Ia tengah kesal dengan Hangga.

Menyadari kekasihnya tengah merajuk, Hangga memilih mengendarai mobil dalam diam. Roda empat itu bekerja menggilas jalan, mengantarkan dua orang yang saling terdiam menuju tujuannya.

“Maafin aku ya,” ucap Hangga saat mereka telah sampai di depan rumah Melly. Untuk sementara ini, Nata tinggal menumpang di rumah sahabatnya sampai ia menemukan kontrakan yang cocok.

Ucapan Hangga menghentikan Nata yang hendak membuka pintu mobil. Nata menoleh menatap Hangga.

“Turun dulu, yuk! Kita minum teh dulu,” ajak Nata. Rupanya ucapan kata ‘maaf’ dari Hangga membuat hati Nata yang tengah kesal, luluh seketika.

“Oke,” balas Hangga menampilkan senyum manisnya. Hangga tahu betul, bahwa Nata sangat menyukai senyumannya.

Mereka berdua turun dari mobil. Nata mempersilakan Hangga untuk duduk di teras samping rumah Melly, setelahnya perempuan cantik mirip artis Korea itu masuk ke dalam rumah. Sementara Hangga duduk menunggu sembari memainkan game android favoritnya.

Saat tengah seru bermain game di ponsel, ada sebuah notifikasi pesan yang masuk dari nomor yang tidak dikenalnya. Hangga segera membuka pesan itu dari jendela layar.

08xxxxxxxxxx : [Assalamualaikum, Mas. Ini Harum. Mas Hangga apa mau makan malam di rumah?]

Ternyata pesan tersebut dari Harum. Hangga membaca pesan Harum dengan kening mengerut. Tumben sekali istrinya itu mengirim pesan. Sebuah tanya hadir dalam benaknya. Sejak kapan Harum menyimpan nomor ponselnya?

Setelah terdiam beberapa saat, Hangga akhirnya membalas pesan Harum. Balasan yang sangat singkat.

Hangga : [GAK]

“WA dari siapa, Yang?” tanya Nata yang datang membawa dua cangkir teh dalam nampan.

“Eh, bukan. Ini aku lagi main game,” sahut Hangga gugup. Ia segera menghapus room chat-nya dengan Harum tanpa menyimpan nomor istrinya itu terlebih dulu.

“Oh.” Nata meletakkan dua cangkir teh itu di atas meja bulat berwarna putih, lalu duduk menemani Hangga. “Yang, besok libur ‘kan?” tanyanya.

“Besok ‘kan Sabtu, jadi aku libur dong.” Hangga mengangkat cangkir dan menyeruput teh manis hangat buatan kekasihnya. “Kenapa? Kamu mau aku antar pulang?” tanyanya sembari meletakkan kembali cangkir di tempatnya semula.

“Enggak, aku besok enggak pulang. Besok kita cari kontrakan lagi ya. Aku enggak enak kalau kelamaan menumpang di rumah Melly,” ujar Nata.

“Oke. Siap,” sahut Hangga dengan senyum manisnya.

“Ih, kamu jangan senyum-senyum begitu. Teh aku udah manis nih, jangan bikin aku jadi diabetes gara-gara lihat senyum kamu,” gurau Nata yang mendapat balasan sebuah cubitan mesra dari Hangga di pipi mulusnya.

“Yang, kalau sampai minggu depan aku belum dapat kontrakan, gimana kalau aku tinggal di rumah kamu aja,” ujar Nata dengan senyum menggoda.

Hangga bergeming sembari menatap kekasihnya. Hatinya risau bukan main. Seandainya saja bisa, tentu sudah sejak dulu ia menikahi Nata dan membawanya tinggal bersama di rumah miliknya. Akan tetapi, tidak ada yang dapat dilakukannya. Terlebih statusnya kini sebagai suami Harum.

“Bercanda,” sela Nata di tengah gejolak batin Hangga.

Hangga menanggapi dengan tersenyum. Kemudian keduanya saling membisu beberapa jenak. Hangga dan Nata tengah berkelana dengan pikirannya masing-masing.

“Hubungan kita ini terlalu sulit untuk disatukan, tapi terlalu sakit untuk dilepaskan," ujar perempuan cantik itu sembari tersenyum getir dengan tatapan menerawang.

Hangga memandang wajah cantik kekasihnya dengan perasaan tidak karuan. Jauh di lubuk hatinya pun ia merasakan nelangsa. Hangga merasa dirinya pecundang karena tidak ada yang dapat dilakukannya untuk memperjuangkan cinta.

“Aku tidak tahu bagaimana nanti hubungan kita ke depannya. Yang jelas, aku sangat mencintaimu, Nata. Sangat mencintaimu,” lirih Hangga dalam hati sembari menatap sendu kekasih hatinya.

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

buat dia menyesal num..macam gakvada ja laki2 yg lebih. biak. nanti di saat ada lelaki yg melirik istrimu. baru kau kebakaran jenggot

2023-11-27

0

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

hangga stmj... tau agama tapi tetrp selingkuh... hadeuuh

2022-12-31

1

Safitri Agus

Safitri Agus

cap dijidat Hangga,tukang selingkuh.

2022-12-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!