Bab 9

Harum sudah menyelesaikan pekerjaannya. Mencuci piring bekas sarapan, mencuci baju serta menjemurnya. Setelahnya, ia bersiap untuk memasak.

Harum berencana memasak soto. Sang ibu mertua yang memberitahukannya bahwa Hangga menyukai soto tanpa santan.

Saat membuka kulkas, Harum mendesah kecewa karena stok daging ayam di kulkas sudah habis. Ia duduk di teras menunggu tukang sayur, tetapi hingga pukul sepuluh, tukang sayur yang ditunggu tidak kunjung melewati rumahnya.

“Kayaknya abang sayur lagi libur jualan, Teh,” kata Ebah, seorang ART tetangga sebelah rumah.

“Selain abang sayur yang itu, apa enggak ada penjual sayur lagi, Teh?” tanya Harum.

“Ada, tapi jauh. Ada di kampung belakang perumahan ini,” sahut Ebah.

“Teh Ebah tahu tempatnya? Bisa kasih tahu saya, ke mana jalannya?” kata Harum antusias. Ia bertekad untuk membuat soto kesukaan Hangga.

“Kalau dari sini, yang perempatan depan itu belok kiri terus jalan sampai ketemu tiga perempatan lagi baru belok kiri lagi. Nah, di paling ujung nanti ada lapangan bola. Sehabis lapangan itu namanya kampung Kunyit, di sana ada penjual sayur. Enggak jauh kok, dari lapangan bola,” terang perempuan yang rambutnya dikuncir kuda.

“Oh, gitu. Terima kasih ya, Teh, informasinya,” kata Harum sembari tersenyum. Informasi dari Ebah sangat berharga baginya.

“Teteh mau beli sayur ke sana?” lontar Ebah.

“Iya, soalnya stok ayam di kulkas sudah habis.”

“Naik apa ke sananya?”

“Jalan kaki saja.”

“Kalau jalan kaki capek, Teh. Tempatnya jauh banget.”

Demi Hangga, jarak yang jauh tidak menjadi masalah. Jangankan jalan darat, jalan laut atau pun udara pasti akan ditempuh Harum selagi ia mampu.

“Enggak papa, jauh juga yang penting sampai.” Harum tersenyum pada gadis yang kemungkinan usianya lebih muda dari Harum.

Setelah mengunci pintu, Harum pergi menuju lokasi penjual sayur dengan berjalan kaki. Rupanya benar yang dikatakan Ebah, tempatnya sangat jauh.

Harum melirik jam tangan berbentuk gelang hadiah dari bapak mertuanya. Saat berangkat tadi, waktu di arloji menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh. Sudah dua puluh menit berjalan, ia belum melihat ada warung sayur.

Jangankan warung, lapangan bola saja belum kelihatan. Tadi kata Ebah, warungnya tidak jauh dari lapangan bola.

Perjalanan yang jauh menuju penjual sayur sama sekali tidak membuatnya mengeluh. Justru ia sangat semangat. Membayangkan Hangga akan menyantap soto buatannya dengan lahap, membuat semangatnya naik berkali-kali lipat.

Akhirnya Harum sampai juga ke warung yang tampak sudah sepi dari kerumunan ibu-ibu. Mungkin karena hari sudah siang, sudah lewat jamnya ibu-ibu belanja sayur. Butuh waktu tiga puluh lima menit bagi Harum untuk sampai ke warung tersebut.

Harum segera membeli kebutuhan dapur yang diperlukannya. Beruntung daging ayam yang menjadi pokok tujuannya masih ada di warung tersebut. Bayangkan jika sudah berjalan jauh, ternyata daging ayam tersebut telah habis terjual. Alangkah kasihan kaki Harum.

Setelah selesai membeli kebutuhan dapurnya, Harum kembali pulang dengan berjalan kaki. Saat dalam perjalanan pulang, ia melihat beberapa anak tengah bermain kejar-kejaran di jalan dekat lapangan. Bertepatan dengan munculnya sebuah motor sport yang melaju kencang.

Seorang anak hampir saja terserempet motor jika Harum tidak segera menariknya. Naas, aksinya itu justru membuat Harum terjatuh di tanah berbatuan.

Anak-anak kecil itu mengerubungi Harum dan membantunya berdiri. Pengendara motor itu juga turut berhenti untuk menolong Harum.

“Mbaknya ndak apa-apa?” tanya pria pengendara motor itu setelah melepas helm dan turun dari motor, lalu buru-buru menghampiri Harum.

“Enggak apa-apa,” sahut Harum tanpa melihat pria pengendara motor tersebut.

Pria yang mengenakan kaus warna putih yang dilapis jaket hijau army dan celana jeans itu berjongkok di hadapan Harum. “Maaf aku ndak sengaja. Tadi aku buru-buru,” sesalnya.

Harum tidak menyahut. Ia merasakan punggung tangannya perih. Benar saja, ada luka lecet di sana, mungkin karena tergores batu atau kerikil. Luka goresan itu mengeluarkan darah, meskipun tidak banyak. Harum meniup-niup lukanya untuk mengurangi perih.

“Mbaknya berdarah.” Pria itu hendak meraih tangan Harum untuk memeriksa lukanya, namun segera ditepis oleh Harum.

“Jangan sentuh saya!” salak Harum.

Harum yang sedari tadi menunduk memperhatikan lukanya, kini mengangkat wajah menatap pria yang berjongkok di depannya.

Pria itu tergemap karena reaksi Harum dan menatap perempuan bergamis hitam dengan jilbab merah muda itu tanpa berkedip.

“Maaf, aku ndak bermaksud untuk ....”

“Enggak apa-apa,” potong Harum cepat sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya. “Lagipula ini hanya luka ringan,” lanjutnya.

“Mbaknya tinggal di mana? Mari aku antar pulang,” tawar pria tersebut.

“Enggak usah terima kasih,” tolak Harum.

Kemudian ia berdiri dengan dibantu beberapa anak kecil yang masih berada di dekatnya.

Harum yang merasa baik-baik saja berniat untuk melanjutkan langkahnya pulang. Namun, baru dua langkah berjalan, ia merasakan nyeri di kakinya. Sepertinya insiden jatuh itu juga membuat kakinya terkilir.

“Biar aku antar mbaknya pulang ya,” ujar pria itu saat melihat langkah Harum yang terhenti.

“Enggak usah, terima kasih.” Harum kembali menolak.

“Sepertinya kaki mbaknya juga sakit. Apa bisa jalan sampai rumah dengan keadaan kaki begitu?”

“Insyaallah bisa, rumah saya dekat kok,” sahut Harum cepat.

Sekilas Harum memandang pria yang kini tengah berdiri memperhatikannya. Pria tersebut bertubuh tinggi sedang. Kalau diukur, tingginya mungkin di bawah Hangga. Kulitnya putih dengan mata agak sipit. Rambutnya potong cepak ala Keanu Reeves saat bermain di film Speed.

Yang paling menjadi atensi Harum adalah cara berbicara pria tersebut. Pria itu menggunakan Bahasa Indonesia, namun dialek kedaerahannya sangat kental. Dari cara bicaranya, Harum menebak pria tersebut berasal dari Suku Jawa.

Pria itu memperhatikan Harum yang kembali melangkahkan kaki dengan terpincang-pincang.

“Ah, aku ndak yakin kamu bisa pulang dengan kaki pincang kayak gitu. Kalau pun bisa, pasti akan kesakitan. Ayo, biar aku antar saja,” kata pria yang belum diketahui namanya itu.

“Mas, bisa tolong belikan plester dulu,” ujar Harum saat pria itu mulai mengiringi langkahnya.

“Plester?”

“Ya, untuk ini.” Harum menunjuk lecet di punggung tangannya.

“Oke. Mbaknya tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Aku beli plester dulu.”

Setelah bertanya kepada kumpulan anak yang masih berada di TKP tentang letak warung, pria itu melesat bersama motor sport Honda tipe CBR 150R warna hijau lengkap dengan helm teropong yang juga berwarna hijau.

Sepertinya pria itu penyuka warna hijau. Batin Harum.

Setelah pria penyuka warna hijau itu pergi, Harum melanjutkan langkahnya. Ia sengaja menyuruh pria tersebut membeli plester sebab tidak ingin diantarkan pulang oleh pria yang wajahnya lumayan ganteng itu.

“Bismillah.” Harum berucap lirih.

Menenteng kantong keresek, dengan langkah terpincang-pincang menahan ngilu di kaki, ia mengayun pelan langkahnya.

Pukul sebelas siang, matahari menyengat begitu terik. Ditambah gamis warna hitam yang dikenakannya, membuatnya semakin kegerahan hingga mengucurkan peluh di tubuhnya.

“Ya, Allah beri hamba-Mu kekuatan.” Harum berdoa dalam hati.

Dari arah berlawanan, ada sebuah motor Beat warna putih melaju.

"Neng,” sapa pengendara motor itu saat berpapasan dengan Harum.

Harum yang berjalan menunduk, kemudian mengangkat kepalanya. “Bu RT. Mau ke mana, Bu?” sapa Harum dengan ramah.

Dua minggu tinggal di kediaman Hangga, belum banyak warga perumahan yang ia kenal kecuali beberapa ART tetangganya dan Bu RT.

“Saya mau ke warung. Tukang sayurnya libur jualan,” sahut ibu yang memakai daster gombrang model kelelawar dipadukan dengan jilbab instan panjang warna kunyit.

“Iya, Bu. Ini saya juga baru pulang dari warung.”

“Neng Harum jalan kaki?”

“Iya, Bu.”

“Kalau begitu, saya antar pulang Neng Harum dulu.” Ibu bertubuh gemuk itu memutar arah motornya.

“Eh, enggak usah, Bu,” kata Harum sungkan.

“Sudah, enggak apa-apa. Jauh loh, kalau jalan kaki. Ibu lihat Neng juga kakinya lagi sakit. Ayo, Neng!” Perempuan berusia empat puluhan itu memutar arah motornya.

Meski sungkan karena khawatir merepotkan, Harum memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Tidak enak untuk menolak tawaran Bu RT yang sudah memutar arah motornya. Lagi pula kakinya memang terasa ngilu.

Dan yang lebih membuatnya khawatir adalah jika pria pengendara motor itu lebih dulu kembali dan menemukannya lalu memaksa untuk mengantarkannya pulang.

“Terima kasih banyak, Bu RT. Jadi enggak enak karena merepotkan,” ucap Harum saat naik ke boncengan.

“Enggak apa-apa. Kita ‘kan harus saling membantu,” sahut Bu RT itu ramah.

Harum bersumpah, jika nanti ada pemilihan RT, ia akan kembali memilih suami Bu RT itu sebagai RT-nya. Janji Harum dalam hati.

Terpopuler

Comments

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

kasian banget si hanum

2023-03-06

0

Safitri Agus

Safitri Agus

mau masak penuh perjuangan ya rum,,eh yg dimasakin malah lupa kalo sudah punya istri.

2022-12-21

1

Najwa Aini

Najwa Aini

Aku juga akan pilih buk RT itu lagi Rum...kabar2i ya kalau ada pemilihan RT lagi

2022-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Extra part
123 Extra part 2
124 Extra part 3
125 Extra part 4
126 Sekilas Tentang Inara
127 Extra part Inara 2
128 128
129 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Extra part
123
Extra part 2
124
Extra part 3
125
Extra part 4
126
Sekilas Tentang Inara
127
Extra part Inara 2
128
128
129
129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!