Setelah berjalan selama lima belas menit, Gaby akhirnya menemukan titik pertemuan tour yang ternyata merupakan kantor cabang biro wisata yang diikutinya.
Dia melaporkan kedatangan dan pemesanan tournya, lalu bergabung dengan para peserta lain yang ternyata sudah berada di dalam bus.
Sambil menunggu semua peserta berkumpul, Gaby melakukan panggilan video dengan Martin, untuk menenangkan suaminya yang khawatir.
"Sekarang aku sudah duduk di bus wisata." Gaby melirik jam tangan mungilnya. "Sepuluh menit lagi, harusnya sudah jalan," sambungnya lagi.
"Apa kau sudah sarapan, berangkat sepagi ini?" tanya Martin.
"Aku makan roti di flat. Juga membawa beberapa buah apel di tas."
Gaby menunjukkan apa yang disebutnya. Kemudian dia menunjukkan kotak snack yang baru saja dibagikan kru tour itu.
"Mereka juga memberiku sekotak snack untuk diperjalanan," imbuhnya.
"Baiklah, selamat bersenang-senang. Aku harus kembali bekerja!" pamit Martin.
"I love you!" Gaby mengakhiri panggilan telepon itu.
Krue tour sudah masuk ke bus. Dia mengabsensi lagi para peserta yanng sudah berada di dalam bus. Setelah semua beres, bus bergerak sesuai jadwalnya. Gaby sangat senang. Dia tak sabar untuk melihat tempat-tempat ,emarik yang ada di brosur yang tadi didapatkannya.
Sepanjang perjalanan, guide tour menceritakan tentang sejarah kota, sekilas sejarah Scotland dan juga asal usul nama jalan yang mereka lewati.
Pagi itu mereka berhenti beberapa kali untuk memberi kesempatan para peserta melihat, mengagumi dan berfoto di depan bangunan-bangunan bersejarah yang mereka kunjungi.
Gaby mengambil banyak foto dan rekaman yang menarik perhatiannya.
Mereka mampir untuk makan siang di restoran yang dipilih biro tersebut. Setelah makan, masih ada waktu setengah jam untuk berbelanja di toko-toko suvenir tak jauh dari sana.
Dan seperti pesan Emily, Gaby tidak dekat dengan siapapun. Dia menghindari pergi dengan siapapun. Karena itu dia jadi lebih sering terlihat masuk toko sendirian.
Perjalanan hari itu selesai pukul enam sore. Dan memakan waktu hampir satu jam untuk kembali ke titik awal mereka. Gaby sangat bahagia, karena tak ada hal aneh yang dialaminya sepanjang perjalanan.
Dia telah memesan makanan di cafe ujung jalan untuk dibawa pulang. Dia terlalu lelah untuk duduk di luar, dan hanya ingin makan sambil santai ditemani Martin di flat.
Emily terlihat berdiri di depan toko mengawasi jalan. Dan wajahnya segera tampak lega saat melihat Gaby muncul.
"Akhirnya kau kembali. Syukurlah," ujar Emily lega.
"Ya, syukurlah. tak ada insiden apapun hari ini. Ide Martin agar aku mengikuti tour biro wisata memang benar. Seharusnya kuturuti sedari awal." Gaby menyahuti dengan tersenyum.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Emily," ujar Gaby tulus.
"Asal kau baik-baik saja, aku senang." Emily menyentuh pundaknya dan menepuk sedikit. "Beristirahatlah. Kau pasti lelah," katanya lembut.
"Selamat malam, Emily." Gaby melangkah menuju tangga naik.
"Selamat malam," sahut Emily lirih hampir tak terdengar. Kemudian dia kembali ke dalam toko dan menelepon seseorang.
"Ya, dia sudah kembali Tuan Scott. Terima kasih sudah menjaganya seharian ini," ujarnya.
"Apakah dia berencana untuk mengikuti tour lagi, besok?" tanya Tuan Scott.
"Dia tidak mengatakannya. Tapi sepertinya dia merasa hari ini berlalu tanpa insiden karena tour terjadwal itu. Dia tak tahu anda mengikuti tour yang sama untuk menjaganya atas permintaanku. Maafkan aku, Tuan Scott," kata Emily lagi.
"Hemm ... beri tahu aku jika kau butuh bantuan lagi," Tuan Scott mengakhiri percakapan telepon.
*
*
Di lantai tiga.
Setelah menghabiskan makanan yang dipesannya sambil bertelepon dengan Martin, Gaby masih duduk di depan meja kerja. Dia sibuk mengetik di laptop. Dia sudah mendapatkan ide pasti yang ingin ditulis dan sudah membuat kerangka cerita. Dia melihat daftar bab yang muncul di catatannya dengan mata membesar tak percaya.
Diambilnya ponsel dan menulis pesan pada Farah. "Aku sedang di Edinburgh, Scotland. Liburan ini memberiku banyak ide segar. Kau tau sudah ada berapa bab dalam catatanku? Tiga puluh bab! Kau harus menerbitkan buku baru setelah aku kembali nanti!"
Gaby tersenyum membaca pesannya sendiri. Kemudian mematikan lampu dan berangkat tidur.
*
*
Pagi hari itu cuaca kurang bersahabat. Langit kelabu, namun belum turun hujan. Hanya angin kencang yang menggoyang dahan-dahan pohon depan rumah dan menggugurkan daun-daunnya yang menguning. Gaby duduk di samping jendela dengan piyama dan selimut membungkus tubuhnya.
"Belum hujan, tapi udara sudah sangat dingin," keluhnya. "Aku rindu cokelat hangat saat menulis."
Gaby berangan-angan menulis di hari hujan ditemani segelas cokelat hangat, pasti menyenangkan.
Pandangannya teralih ke halaman saat mendengar suara khas sapu dari bawah. Emily sedang sibuk menyapu dedaunan yang tak henti berguguran. Tangan Gaby dengan cepat meraih kamera dan merekam Emily yang sedang menyapu dibawah hujan dedaunan yang tak kunjung berhenti.
Dia memutar ulang video singkat itu dan tersenyum senang. "Sangat indah. Autum adalah season yang sangat menyenangkan!" gumamnya.
Dia menambahkan musik dalam video dan menyimpannya. Kemudian bangkit dan melempar selimut yang membuatnya malas. Gaby segera pergi mandi untuk menyegarkan diri.
Setengah jam kemudian, wanita muda aitu turun dengan menjinjing laptopnya.
"Selamat pagi, Tuan Edward," sapanya riang setelah membuka pintu toko Emily. Kemudian mencari tempat duduk yang menurutnya tepat. Dia memilih meja yang jendelanya bisa melihat jalanan bebatuan di depan rumah.
"Emily, apakah kau menyediakan cokelat hangat? Secangkir cokelat hangat sangat pas di udara dingin seperti ini," komentar Gaby.
"Ya, Dear. Apa kau mau cokelat hangat?" tanyanya sambil tersenyum. Sikap Gaby pagi itu sangat ceria. Dan itu melegakan hatinya.
"Ya, aku mau cokelat hangat terenak yang kau buat," ujar Gaby sambil membuka laptop.
"Bolehkah aku sambil bekerja di sini?" tanyanya meminta ijin.
"Tentu saja. Aku senang ditemani!" angguk Emily sopan.
Emily kemudian langsung tenggelam dalam pekerjaannya. Dia bahkan tidak menyadari jika cokelatnya sudah datang.
"Kau sedang mengerjakan apa?" tanya Emily ingin tahu.
"Sebuah novel!" jawab Gaby sambil lalu. pandangannya tak teralih dari layar dan tangannya terus menari dengan lincahnya di atas keyboard.
"Kau seorang penulis novel?" tanya Emily untuk memastikan.
Gaby hanya mengangguk. wajahnya sedang sangat serius mengetik dan melihat layar sesekali.
"Ini cokelatmu. Aku tak akan mengganggu lagi." Emily menjauh dan membiarkan wanita itu bekerja.
Tuan Edward dan Emily saling pandang dengan penuh arti. Kemudian kedua mengangguk dengan saling pengertian. Tuan Edward mengecilkan sedikit volume televisi dan duduk sambil membuka majalah.
Hingga masuk waktu makan siang, Gaby menghentikan pekerjaannya akibat perutnya yang lapar. Dia sudah menghabiskan dua roti lapis, cemilan, dan cokelat hangat dua cangkir. Entah bagaimana masih juga merasa lapar.
Gaby bermaksud pergi ke cafe untuk makan sambil melanjutkan pekerjaannya. Tapi mendung yang menggantung sejak pagi, mencapai titik jenuhnya siang ini. Air yang turun bagaikan ditumpahkan dari langit. Dia dan beberapa pengunjung toko teh itu tak bisa ke mana-mana lagi. Mereka dijebak oleh hujan untuk diam di tempatnya.
"Wah, bagaimana ini ...." keluhnya. "Emily apakah kau punya makanan berat?" tanyanya. Wanita paruh baya itu menggeleng.
"Tetapi aku punya sup krim kalau kau mau. Ditambah roti, mungkin memadai," tawar Emily.
Gaby mendatangi counter yang dijaga Emily. "Bisakah tambahkan beberapa kerat daging daging asap, atau ham, atau bacon, jamur dan buncis rebus dalam menuku?" matanya menatap penuh harap pada Emily.
Wanita paruh baya itu mengangguk dan segera membuatkan pesanan Gaby. Tampaknya tamunya ini sedang kelaparan sekarang.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Dewi
wahh ternyata dijagain diem2
2022-11-18
2
Mr. Scary
wakakakk.. pantas aman. ternyata diikuti tanpa diketahui sama tuan Scott. sampe bela2in gak ke toko hari itu. so sweet banget sih
2022-11-14
4
Mr. Scary
segitu perhatiannya
2022-11-14
4