Memperjuangkan hak anak

"Itu pasti Mas Kevin," gumam Alia setelah mendengar deru mobil memasuki halaman rumah. Wanita itu bergegas keluar, menyambut sang suami dengan riang.

"Mas Kevin sudah pulang," ucap Alia saat Kevin turun dari mobil.

Kevin mengangkat wajah, menatap Alia. Dahinya berkerut saat melihat sebuah senyuman mengembang di bibir wanita itu. Berbeda dengan biasanya yang selalu cemberut.

Kevin melangkahkan kaki, masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Alia yang berjalan disisinya. Wanita yang tengah berbadan dua itu tampak mengulurkan tangan. Meraih lengan Kevin dan menggandeng laki-laki yang merupakan ayah dari bayinya itu.

Akan tetapi Kevin langsung menepisnya dengan kasar. Laki-laki itu menghentikan langkah. Seketika Alia pun ikut berhenti. Kevin memutar tubuhnya sedikit untuk memandang istri yang tidak dicintainya itu. "Sudah kubilang jangan menyentuhku," bentaknya dengan tatapan tak suka.

Kenapa? Kenapa aku tak boleh menyentuhmu? Apa aku ini najis? Apa aku begitu menjijikan di matamu?

Ingin rasanya Alia melontarkan kemarahannya tersebut. Tapi wanita itu tak berani. Ia takut jika jawaban suaminya itu justru akan semakin melukai hatinya.

"Maaf. Aku lupa," ucap Alia, lembut.

Kevin tak mengatakan apapun lagi. Ia kembali berjalan menaiki anak tangga. Menuju ke kamar yang berada dilantai dua.

Alia pun kembali melangkahkan kaki, mengekor di belakang Kevin.

"Mas Kevin sudah sarapan belum? Kalau belum aku siapkan ya," ucap Alia antusias.

"Tidak perlu. Aku tidak lapar," sahut Kevin tanpa menoleh.

"Baiklah. Kalau kopi bagaimana? Mau aku buatkan tidak?" tanya Alia, lagi.

Kevin kembali menghentikan langkah. Kedua tangannya terkepal serta rahangnya terkatup. Ia membalikan badan, kembali menghadap Alia.

Seketika Alia menciut, melihat ekspresi Kevin. Jelas sekali laki-laki itu sedang marah.

"Bisakah kau berhenti menanyakan ini itu? Aku tak butuh apapun. Jika nanti aku membutuhkan sesuatu pun aku akan membuat dan mencarinya sendiri. Jadi kau tak perlu repot-repot, Alia," ucap Kevin dingin. Setelah itu berlalu pergi, meninggalkan Alia yang masih membeku.

Mata Alia tampak berkaca-kaca. Sejurus kemudian buliran air bening itu meluncur, seiring dengan tubuhnya yang merosot ke bawah. Gadis itu terduduk di salah satu anak tangga. Menangis tanpa suara. Perkataan Kevin bahkan lebih menyakitkan di banding sebuah cambukan. Kevin begitu membencinya. Haruskah ia menyerah saja.

Dalam keputusasaan itu sebuah sundulan di perut mengejutkan Alia.

Alia mengelus perutnya yang kian membuncit. "Apa kau marah?" gumamnya pada si jabang bayi. Perutnya kembali bergerak seolah memberi jawaban.

"Maaf. Dua hari ini ibu cengeng sekali, ya? Kau pasti tidak nyaman di dalam sana."

Alia menyeka air matanya. Kemudian bangkit berdiri. Ia kembali menguatkan tekad. Sesakit dan sesulit apapun rintangan yang akan dihadapi, ia tak mau menyerah. Ada hak anak yang harus di perjuangkan. Tanpa Alia sadari sepasang mata tampak mengintipnya dari balik pintu. Namun segera berpaling saat Alia kembali melangkahkan kakinya, menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Baru saja Alia sampai di depan kamar. Kevin justru keluar dengan pakaian berbeda. Kali ini ia terlihat rapi dengan setelan jas berwarna hitam. Salah satu tangannya menenteng sebuah koper serta tas kerjanya.

Alia tampak terkejut. Apa Mas Kevin mau kabur? Apa dia sudah tak tahan lagi denganku?

Kevin berjalan menghampiri Alia. "Ada pekerjaan di luar negeri. Kurang lebih satu minggu," ucapnya.

Eh. Kevin bicara padaku. Apa aku sedang bermimpi? Alia mencubit pipinya sendiri untuk mengeceknya.

Akhh, sakit. Rupanya memang bukan mimpi, ini nyata.

Kevin mengernyitkan dahi, melihat Alia yang mencubit pipinya sendiri. Kevin kembali melangkah sambil menyeret kopernya, menuruni anak tangga. Namun baru beberapa langkah. Laki-laki itu kembali berhenti. Ia membalikan badan, memandang Alia yang masih mematung.

"Satu lagi. Berhentilah merengek seperti bayi. Sebentar lagi kau akan jadi seorang ibu," ucapnya pada Alia. Setelah itu melanjutkan langkahnya.

Alia tak mengatakan apapun. Otaknya seolah berhenti bekerja. Ia hanya bisa memandangi punggung Kevin yang bergerak kian menjauh.

.

.

.

.

Episodes
1 Pernikahan Adik dan tunanganku
2 Izinkan aku memeluk suamimu
3 Pergi dari rumah
4 Dia istrimu, bukan orang lain.
5 Membahas para cecunguk
6 Satu atap dengan laki-laki lain
7 Maukah kau menjadi kekasihku?
8 Aku bukan wanita matre
9 Namamu seperti minuman
10 Pertengkaran Kevin dan Alia.
11 Memangnya angin bisa dimakan?
12 Hidup dan matiku akan kuserahkan padamu
13 jangan menggoda kekasihku
14 Mengencani pacar orang
15 Berpisah untuk sementara
16 salah paham
17 Pergi bekerja
18 Memperjuangkan hak anak
19 Pergi dengan Alan
20 Taman hutan
21 Tidur dengan Alan
22 Dimana Alea?
23 Bukan Mimpi
24 Apa ini surga?
25 Kepulangan Kevin
26 Amarah
27 Penyesalan
28 Tetangga menyebalkan
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episide 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Pernikahan Adik dan tunanganku
2
Izinkan aku memeluk suamimu
3
Pergi dari rumah
4
Dia istrimu, bukan orang lain.
5
Membahas para cecunguk
6
Satu atap dengan laki-laki lain
7
Maukah kau menjadi kekasihku?
8
Aku bukan wanita matre
9
Namamu seperti minuman
10
Pertengkaran Kevin dan Alia.
11
Memangnya angin bisa dimakan?
12
Hidup dan matiku akan kuserahkan padamu
13
jangan menggoda kekasihku
14
Mengencani pacar orang
15
Berpisah untuk sementara
16
salah paham
17
Pergi bekerja
18
Memperjuangkan hak anak
19
Pergi dengan Alan
20
Taman hutan
21
Tidur dengan Alan
22
Dimana Alea?
23
Bukan Mimpi
24
Apa ini surga?
25
Kepulangan Kevin
26
Amarah
27
Penyesalan
28
Tetangga menyebalkan
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episide 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!