Alia tersenyum, menatap suaminya yang terlelap di atas ranjang mereka berdua. Ia cukup senang walaupun sampai detik ini Kevin belum pernah menyentuhnya, kecuali saat kejadian malam itu. Akan tetapi setidaknya kini suaminya itu mau berbagi tempat tidur dengannya. Meskipun ia tahu Kevin melakukannya dengan terpaksa. Karna kini mereka berdua tinggal di rumah orang tua Alia. "Mas Kevin pasti lelah sekali. Sampai-sampai tak sempat ganti baju," gumamnya sambil menghampiri ranjang itu.
Alia ikut naik ke atas tempat tidur. Membaringkan tubuhnya di samping Kevin dengan gerakan seminimal mungkin, agar tak membangunkan suaminya. Di pandanginya wajah sang suami yang kini mendengkur halus. Dengan ragu Alia mengulurkan tangan, memberanikan diri menyentuh wajah suaminya.
Kevin tak bergerak, saat jemari Alia menyusuri dahi dan juga hidung mancungnya. Alia pun semakin berani. Jemarinya terus bergerak turun kebawah, membelai pipi sang suami dan mengusap pelan bibir laki-laki itu. Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali kejadian malam itu. Malam dimana pemilik bibir itu menjamah seluruh tubuhnya. Memberinya kenikmatan yang tak terlupakan.
Alia kembali tersadar dan buru-buru menarik tangannya. Kala Kevin tiba-tiba menggeliat dan mengubah posisi tidurnya. Kini ia berbaring menyamping, berhadapan dengan Alia. "Jangan pergi, Ly," gumam Kevin dengan mata tertutup. Alia menatapnya kecewa.
Gadis itu membalikan badan, membelakangi suaminya. Sudah tiga bulan lebih ia menikah dengan Kevin. Jangankan menyentuhnya, memandangnya saja Kevin seakan tak sudi. Seolah Alia begitu menjijikan bagi laki-laki itu. Mungkin yang ada di pikiran dan hati Kevin hanya Alea. Sehingga dalam keadaan tidur pun suaminya itu masih menyebut namanya.
Alia mengusap air mata yang meluncur tanpa permisi. Ia mengasihani diri sendiri yang tak seberuntung Alea, kakak kandungnya. Alea terlahir cantik dan sehat. Tak seperti dirinya yang kurang menarik dan penyakitan. Tak hanya itu. Ketika keduanya bersama, orang-orang selalu memuji kacantikan dan kepandaian sang kakak. Sementara saat melihat Alia raut wajah mereka terlihat berbeda. Orang-orang tersebut juga memujinya cantik tapi ucapannya terdengar setengah hati, sekedar untuk menyenangkan hati Alia saja. Selain itu beberapa kerabat dekat dari keluarganya juga kerap membanding-bandingkan ia dan Alea.
Hal itulah yang membuat Alia membenci Alea. Sebab ia iri dengan sang kakak yang dicintai dan disukai oleh banyak orang. Tidak seperti dirinya yang merasa hanya dicintai dan disayangi oleh kedua orangtuanya.
Alia membeku, ketika tangan Kevin merengkuh dan mendekap tubuhnya. Perasaannya campur aduk. Awalnya ia teramat senang karna ia kira akhirnya Kevin mau menyentuhnya. Namun kebahagian itu hanya bertahan sebentar. Perasaannya kembali terluka saat Kevin lagi-lagi menyebut nama Alea dalam tidurnya.
Perlahan Alia melepaskan tangan Kevin yang melingkar di tubuhnya. Kemudian turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar kecil. Ia terisak di dalam sana. Saat keluar, ia mendapati Kevin sudah bangun dan sedang mengancingkan kemejanya.
Alia berjalan menghampiri Kevin. Memungut baju kotor suaminya yang tergeletak di lantai, dekat tempat tidur. "Mau kemana, Mas? Ini sudah malam," ucapnya sambil berjalan menghampiri keranjang baju kotor, yang berada di sudut ruangan. Lalu meletakan baju yang ia bawa ke dalam keranjang tersebut.
"Ada urusan penting. Sebentar," sahut Kevin tanpa menoleh.
"Apa aku boleh tahu? urusan penting mana yang kau maksud," tanya Alia, lagi.
"Klienku minta bertemu," ucap Kevin, berbohong.
Alia tersenyum kecut. Klien macam apa yang mengajak bertemu tengah malam begini, pikirnya.
"Jangan menemuinya, Mas," ucap Alia, melarang.
Kevin menoleh, menatap istrinya yang sedang duduk di tepi tempat tidur.
"Kau tidak berhak melarangku, Alia," sahut Kevin dingin.
"Aku berhak, Mas. Kau suami sekaligus ayah dari calon anakku--tentu saja aku punya hak untuk melarangmu bertemu orang lain. Terlebih jika kau ingin bertemu ****** itu. Aku tahu, Mas. Yang kau temui bukan klien tapi Alea, kan?"
Kevin berjalan menghampiri Alia. Rahangnya mengeras, matanya membara. Ia tak terima Alia menyebut kekasih yang juga merupakan kakak iparnya seorang ******. Sebutan itu sangat tidak pantas jika di tujukan pada Alea, wanita yang hingga saat ini justru mampu mempertahankan kehormatan dan kesuciannya. "Kau memang benar, Alia. Secara tertulis aku memang suamimu. Akan tetapi ada yang harus kau ketahui. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku. Aku menikahimu hanya karna ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang di sebabkan olehmu. Jika saja dulu kau tidak menjabakku, aku tidak akan pernah menikahimu, Alia!" Kevin menyambar jaketnya yang tergeletak di samping Alia. Kemudian berlalu pergi.
Sementara Alia hanya bisa menatap kepergian Kevin dengan mata berkaca-kaca. Dadanya terasa sesak mendengar perkataan Kevin yang begitu menyakiti hatinya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments