Oh My Cecunguk

Oh My Cecunguk

Pernikahan Adik dan tunanganku

Pernahkah kamu tersayat pisau?

Rasanya sakit bukan?

Namun, apa yang kurasakan saat ini jutaan kali lipat lebih sakit dibanding tersayat pisau atau tersengat lebah.

Sakit sekali, seolah anak panah menghujam jantungku. Mengoyaknya hingga hancur lebur, tak berbentuk lagi. Rasanya sangat menyesakkan seolah ada batu besar yang menghantam dan menindih dadaku, hingga membuatku sulit bernafas.

Seperti berada di tengah-tengah badai di gurun pasir dengan mata terbuka. Panas dan pedih, itulah yang kurasakan saat menyaksikan adegan menjijikan yang terpampang di depan mataku.

"Apa yang kalian lakukan!" Dengan suara bergetar, kalimat yang sejak tadi tersangkut di tenggorokan itu, akhirnya terlontar juga. Itu pertanyaan bodoh dan tidak berguna, tapi aku tetap mengatakannya.

Kedua orang yang sedang beradu di atas ranjang itu menoleh ke arahku dengan mata terbelalak.

"Kakak! Lily!" seru keduanya, bersamaan.

Seperti orang bodoh, aku masih berdiri di sana. Menyaksikan dua orang itu berebut selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Marah, sakit hati, sedih dan kecewa. Semua emosi tercurahkan melalui air mata yang keluar dari kedua sudut mataku.

Mengenakan sepotong kain yang melilit pinggangnya, Kevin turun dari tempat tidur dan berjalan ke arahku. "Ly, Aku--"

"Berhenti di sana! Jangan mendekat," aku memperingatkannya sambil mundur ke belakang, memperlebar jarak diantara kami.

Namun, Kevin tak mengindahkan perintahku. Dengan langkah panjangnya dia terus bergerak mendekatiku. Lengannya yang besar dan berotot terulur ke depan, hendak meraih tubuhku.

"Jangan sentuh aku! Kamu kotor!" Kataku seraya menepis tangannya yang besar dan berotot, saat dia hendak memelukku. Itu cukup keras hingga tanganku sakit.

...

Seolah ikut merasakan kesedihanku, langit begitu gelap meskipun saat itu masih siang. Sesekali terdengar guntur yang memekakkan telinga. Seluruh tubuhku basah kuyup dan kakiku mulai terasa sakit setelah berjam-jam berjalan di bawah guyuran hujan.

Aku merosot ke bawah saat kakiku mulai lemah dan tak sanggup menopang tubuhku lagi. Rasanya sakit ketika lututku membentur tanah dan rumput liar itu menusuk kulitku, tapi hatiku jauh lebih sakit. Saat itu aku mulai terisak.

Entah dari mana, sepasang kaki panjang yang terbungkus sepatu kulit tiba-tiba berdiri tepat di depanku. Detik berikutnya terdengar suara bariton. "Apa kau baik-baik saja?"

Aku mendongak, menatap pria yang menjulang tinggi di atasku. Dia seperti vampir dengan warna kulitnya yang seputih salju. Sangat kontras dengan rambutnya yang hitam pekat. Kerutan halus muncul di dahinya yang semulus porselen.

Kami beradu pandang dalam diam selama beberapa saat. Cukup lama hingga leherku terasa pegal.

Menekuk salah satu lututnya, pria itu berjongkok di hadapanku. Masih memandangi wajahku, dia bertanya lagi. "Apa kakimu sakit?"

Aku menggelengkan kepala. "Bukan kaki, tapi hatiku yang sakit. Sakit sekali." Tanpa sadar, air mata kembali menetes saat aku mengatakannya.

Tanpa di duga, pria itu tiba-tiba melingkarkan kedua tangannya di sekitar tubuhku. Dia membawaku ke dalam pelukannya yang hangat. "Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja."

Aku mulai menangis lagi. Kali ini bahkan lebih keras dari sebelumnya. Aku menumpahkan seluruh kesedihanku di sana, dalam dekapan pria asing itu.

...****************...

Sekeras apapun aku mencoba menghentikan dan menentangnya, pada akhirnya pernikahan itu tetaplah terjadi.

Kevin, kekasihku tercinta, yang telah menemaniku selama hampir lima tahun, yang berjanji akan menikahi ku tahun depan, kini justru bersanding dengan wanita lain di pelaminan.

Kuharap ini hanya mimpi. Sehingga semuanya akan kembali ke keadaan semula ketika aku membuka mata. Sayangnya itu bukanlah mimpi, tapi kenyataan.

Kevin, tunanganku, calon suami yang sangat aku cintai, kini telah menjadi milik orang lain. Suka ataupun tidak, mau tidak mau aku harus melepaskannya. Aku harus merelakannya.

Aku menengadahkan kepala, menatap ribuan bunga yang bergelantungan di langit-langit. Aku menatapnya bukan karena mengagumi keindahannya, melainkan untuk mencegah air mata yang hampir tumpah.

Jangan menangis, kamu wanita kuat, Kamu pasti bisa, Alea.

Seperti mantra, aku merapalkan kalimat itu berulang kali, mencoba menguatkan diri sendiri. Sementara kakiku terus melangkah mendekati pelaminan.

Akhirnya, aku berada di panggung ini juga. Panggung kecil yang sudah sejak lama aku impikan. Sebuah panggung yang didekorasi dengan ribuan bunga beraneka macam dan warna. Serta kursi kerajaan yang berada di tengahnya, di bawah lampu kristal berukuran besar yang menggantung di langit-langit.

Aku mengusir rasa sedih yang tiba-tiba muncul itu. Buru-buru melangkah dan menghampiri dua orang tua yang hampir saja menjadi ayah dan ibu mertuaku.

Keduanya berdiri berjajar di pelaminan, mendampingi putra kesayangannya yang mungkin sedang berbahagia.

"Kau datang, Nak." Ibrahim Sanjaya, ayah Kevin menyambut kedatanganku dengan hangat. Aku mengecup punggung telapak tangannya sebagai bentuk penghormatan.

"Tentu saja, P... Maksudku, Om." Aku lupa, sekarang aku bukanlah calon menantunya lagi. Aku tidak bisa memanggilnya papa lagi, seperti biasanya.

"Ini pernikahan adikku. Sebagai anggota keluarga, Lea harus datang," kataku, tersenyum.

"Jangan panggil papa seperti itu, Lea. Meskipun Lea tak menikah dengan Kevin, Lea akan tetap menjadi anak Papa dan Mama. Mengerti?"

Aku mengangguk. "Lea mengerti, Pa. Terima kasih."

Papa Ibra mengulurkan kedua tangannya ke atas, membelai kepala dan juga pipiku. "Berbahagialah, anakku," ucapnya sebelum aku beralih ke sisi sebelah kirinya.

Di sana, seorang wanita cantik menatapku dengan mata berkaca-kaca. Kuangkat kedua sudut mulutku ke atas. Berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.

Aku menghambur dalam pelukannya saat wanita itu membentangkan kedua tangan, menyambutku.

"Maafkan Kevin, ya, Sayang," ucapnya sambil terisak.

"Tanpa perlu diminta, Lea sudah memaafkannya, Ma," kataku.

"Terima kasih, Sayang." Nadia, ibu dari Kevin melepas pelukannya.

Aku mengulurkan tangan, menyeka air mata mama Nadia yang kian membanjir.

"Kenapa Mama menangis? Seharusnya Mama bahagia--sebentar lagi Mama punya cucu," hiburku.

"Mama akan bahagia jika cucu itu berasal darimu, Sayang."

"Jangan seperti itu, Ma. Dari wanita manapun cucu Mama dilahirkan, Mama harus bahagia. Alia dan Lea tak jauh berbeda. Dia gadis baik dan juga manis. Mama pasti akan menyukainya."

"Mama lebih menyukaimu, Lea."

Aku tersenyum. Merasa bahagia karena masih menerima banyak cinta dari kedua orang tua Kevin. "Terima kasih sudah menyayangiku, Ma."

Mama Nadia tampak terharu. Ia kembali memelukku sebentar, setelah itu mendaratkan kecupan di kedua pipi dan keningku.

Setelah selesai dengan kedua orang tua Kevin, aku bergeser ke samping. Mataku kini tertuju pada sepasang pengantin yang baru saja resmi menjadi pasangan suami istri. Tiba-tiba saja bayangan ketika mereka berdua beradu di atas ranjang kembali melintas di benakku. Aku memegangi dada saat kurasakan nyeri yang teramat menyakitkan dihatiku. Rasa sakit itu begitu kuat hingga membuat dadaku sesak dan aku sulit bernapas.

Kevin, yang berdiri dua meter jauhnya dariku, berlari ke arahku. Telapak tangannya yang besar menopang bagian belakangku dengan hati-hati. Seolah aku bisa jatuh kapan saja. Satu tangannya yang lain, menggenggam tanganku dengan erat. "Ada apa, Ly... Apa kau sakit?" tanyanya dengan wajah cemas.

"Aku baik-baik saja," kataku seraya menepis kedua tangannya yang masih memegangiku.

"Jaga sikapmu! banyak orang yang melihat. Apa kau ingin mempermalukan keluarga kita?"

Dengan begitu Kevin melangkah kebelakang dan kembali ke tempat semula. Berdiri bersebelahan dengan Alia yang memandangku dengan tatapan benci.

Lucu bukan? Seharusnya akulah yang membencinya. Dia yang telah mencuri segalanya dariku. Bukan hanya merebut tunanganku, tapi juga merampas kebahagian dan juga masa depanku.

Seperti kata pepatah. Darah lebih kental dari pada air. Begitulah hubunganku dan juga Alia. Bagaimanapun, dia tetaplah adikku. Terlepas dari apa yang telah ia lakukan terhadapku, aku memaafkannya.

"Jadilah istri yang baik. Jangan banyak membantah dan belajarlah bersikap dewasa," pesanku pada adikku itu.

Alia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Aku mendekat, memeluknya. Alia tetap diam, tak membalas pelukanku.

"Berbahagialah, Lia. Aku doakan semoga pernikahanmu langgeng hingga maut memisahkan."

Aku melepas pelukan dan berpaling darinya. Beralih menatap Kevin yang memandangku sendu.

"Selamat atas pernikahanmu, Mas. Titip Alia. Jangan pernah sakiti dia. Lahir maupun batinnya," pesanku pada mantan tunangan yang kini telah menjadi adik ipar.

"Kita harus bicara, Ly," ucap Kevin, lirih. Ia tak peduli meski Alia memelototinya.

"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Mas. Kita sudah selesai."

"Aku masih mencintaimu, Ly."

Aku juga mencintaimu, Mas. Ingin rasanya ku lontarkan kalimat itu padanya. Namun, hanya bisa ku ucapkan dalam hati.

"Selamat tinggal, Mas. Berbahagialah." Aku melangkah pergi. Meninggalkan tempat itu setelah berpamitan pada kedua orang tua serta keluarga besar.

Ikhlas. Pesan ibu yang selalu terngiang di kepalaku. Satu kata yang sangat mudah diucapkan, tapi begitu sulit dijalankan. Jujur saja, sampai detik ini aku belum bisa merelakannya Kevin. Aku membencinya karena ia mengkhianatiku, mengkhianati cinta kami. Akan tetapi rasa benci itu tidak lebih besar dari rasa cinta dan sayangku padanya.

.

.

.

Jangan lupa tap ❤ agar tau update terbaru.

Likenya juga biar makin semangat lanjutin ceritanya. Terima kasih 😊

Terpopuler

Comments

Calla_Lily

Calla_Lily

Sama-sama Lily.. 😃😃 tulisannya rapi, tambah sedikit narasi pasti lebih bagus lagi 😊.. semangat Kak.. 🥰

2022-10-30

1

pat_pat

pat_pat

semangat, bagus kok tulisan sm ceritanya, promo terus aja🔥💪

2022-10-28

2

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Adik dan tunanganku
2 Izinkan aku memeluk suamimu
3 Pergi dari rumah
4 Dia istrimu, bukan orang lain.
5 Membahas para cecunguk
6 Satu atap dengan laki-laki lain
7 Maukah kau menjadi kekasihku?
8 Aku bukan wanita matre
9 Namamu seperti minuman
10 Pertengkaran Kevin dan Alia.
11 Memangnya angin bisa dimakan?
12 Hidup dan matiku akan kuserahkan padamu
13 jangan menggoda kekasihku
14 Mengencani pacar orang
15 Berpisah untuk sementara
16 salah paham
17 Pergi bekerja
18 Memperjuangkan hak anak
19 Pergi dengan Alan
20 Taman hutan
21 Tidur dengan Alan
22 Dimana Alea?
23 Bukan Mimpi
24 Apa ini surga?
25 Kepulangan Kevin
26 Amarah
27 Penyesalan
28 Tetangga menyebalkan
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episide 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Pernikahan Adik dan tunanganku
2
Izinkan aku memeluk suamimu
3
Pergi dari rumah
4
Dia istrimu, bukan orang lain.
5
Membahas para cecunguk
6
Satu atap dengan laki-laki lain
7
Maukah kau menjadi kekasihku?
8
Aku bukan wanita matre
9
Namamu seperti minuman
10
Pertengkaran Kevin dan Alia.
11
Memangnya angin bisa dimakan?
12
Hidup dan matiku akan kuserahkan padamu
13
jangan menggoda kekasihku
14
Mengencani pacar orang
15
Berpisah untuk sementara
16
salah paham
17
Pergi bekerja
18
Memperjuangkan hak anak
19
Pergi dengan Alan
20
Taman hutan
21
Tidur dengan Alan
22
Dimana Alea?
23
Bukan Mimpi
24
Apa ini surga?
25
Kepulangan Kevin
26
Amarah
27
Penyesalan
28
Tetangga menyebalkan
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episide 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!