Alan terus memandangi kepergian Alea dan Kevin. Hingga keduanya masuk ke dalam mobil dan menghilang dari jangkauan matanya. Setelah itu ia membalikan badan. Melangkah maju, menghampiri ke empat temannya yang sejak tadi sudah menunggunya.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa hanya diam? Makanan di depan kalian itu untuk di makan bukan untuk dilihat saja," ucapnya setelah mendudukan tubuhnya di salah satu kursi kosong yang berbahan plastik itu.
"Kami menunggumu Al," ucap Reza. Salah satu anggota geng Alan yang memiliki tubuh paling kurus.
Alan menghela nafas. "Seharusnya kalian makan duluan saja, jangan menungguku. Sekarang makanlah."
Ke empatnya mengangguk. Lalu mulai menikmati makanan yang sudah tersaji di hadapan masing-masing. Alan mengulurkan tangan, mencubit ayam bakar miliknya yang hampir dingin. Kemudian mencocolkannya ke sambal terasi yang tampak menggoda. Setelah itu memasukannya ke dalam mulut dan mengunyahnya perlahan.
"Gadis tadi siapa Al? Sepertinya kalian saling mengenal," ucap Reza disela makannya.
"Maksudmu gadis cantik yang galak itu?" timpal Herman.
Santo, teman Alan yang kerap memakai anting di telinganya itu mengangguk. "Iya. Yang baru saja di seret pergi oleh pacarnya," ucapnya dengan tawa kecil.
"Dia tetanggaku. Kenapa? Kau tertarik padanya?" sahut Alan bertanya balik.
"Tentu saja Al. Dia sangat cantik."
"Kau ini--kalau ada wanita bening sedikit saja pasti langsung tertarik," ejek Gio. Laki-laki bertubuh gempal yang bertugas sebagai algojo jika terjadi kerusuhan. Seperti keributan yang terjadi di seberang jalan, satu jam yang lalu. Dia lah yang mengayunkan tinjunya pada pria kurus yang merupakan pencopet itu.
"Itu tandanya aku laki-laki normal, Gi," sahut Reza, tertawa.
"Tapi, bukankah kali ini memang benar-benar cantik? Gadis itu seperti boneka," imbuhnya sambil mengingat-ingat wajah Alea. Dagunya yang lancip, bibir kecilnya yang berwarna merah muda, hidung mancung serta mata belonya yang berbinar.
"Kali ini aku setuju denganmu, Za," timpal Herman. "Bukan hanya cantik bodinya juga oke. Meskipun badannya kecil tapi bagian lainnya lumayan besar," imbuhnya sambil tergelak.
Tanpa harus mengatakan lebih jelas bagian mana yang di maksud laki-laki bertato itu, ke empat temanya itu sepertinya sudah paham. Terbukti semua temannya ikut tertawa, termasuk Alan.
"Pantas saja pacar gadis itu begitu marah saat tau Alan menggodanya. Sepertinya laki-laki itu takut sekali orang lain merebut kekasihnya," ucap Gio.
"Jika dia gadisku, aku pun akan melakukan hal yang sama," tutur Santo.
Alan meraih gelasnya. Menenggak es teh manis itu hingga tersisa separuh. Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali kejadian beberapa saat yang lalu. Ketika ia bertemu dengan Kevin. Pada awalnya ia merasa biasa saja. Ia tak memiliki perasaan apapun pada Alea, hanya ingin menjahili gadis itu saja. Akan tetapi saat melihat reaksi Kevin, dirinya justru merasa tertantang. Membuatnya tertarik ingin merebut gadis itu. Alan kembali mengangkat gelas berisi teh itu. Menenggak isinya hingga tandas. Kemudian meletakan kambali gelas kosong itu ke tempat semula.
"Menurut kalian bagaimana kalau aku mengencani gadis itu?" tanya Alan.
Uhuk
Seketika Gio tersedak, mendengar ucapan Alan. Ia menepuk dadanya pelan agar berhenti terbatuk-batuk.
Reza meraih air putih di meja, lalu menyerahkannya pada Gio. Menyuruh temannya itu segera meminumnya. "Makannya pelan-pelan saja. Jangan terburu-buru. Tidak ada yang mau merebut makananmu," ucapnya.
Gio langsung meminum air tersebut. Hingga menyisakan sedikit saja yang masih tertinggal di dalam gelas. "Aku bukan tersedak karna makanan tapi karna ucapan Alan," ucapnya setelah meletakan kembali gelas berisi air putih itu. Kemudian beralih menatap Alan.
"Kau tidak serius kan, Al dengan ucapanmu?" tanyanya.
Di ikuti oleh ketiga temannya yang lain. Semuanya menatap Alan, menunggu jawaban.
"Apa aku terlihat bercanda?" sahut Alan tak butuh jawaban.
Ke empat temannya melongo. Kaget atas apa yang baru saja di katakan temannya itu. Mereka sedikit keheranan dengan sikap ketua geng mereka saat ini. Pasalnya laki-laki itu pernah mengatakan kalau dirinya sangat membenci seseorang yang dengan sengaja merusak hubungan orang lainnya. Namun kenapa kali ini justru ia sendiri ingin melakukannya?
"Tapi gadis itu sudah punya pacar, Al. Kau pun tahu kekasihnya itu siapa dan seperti apa," ucap Reza.
"Baru pacar, kan, bukan suami. Lagi pula yang sudah menikah pun bisa cerai. Itu artinya mereka juga bisa putus kapan saja," sahut Alan. Lagi-lagi perkataan Alan berhasil membuat ke empat temannya terheran-heran. Namun, reaksi mereka tak lagi melongo seperti sebelumnya.
"Aku tak yakin kalau mereka akan berpisah. Laki-laki itu sepertinya takkan pernah melepaskan wanitanya begitu saja," ucap Santo.
Herman mengangguk setuju. "Laki-laki itu juga tampan dan tampak seperti orang dari keluarga berada. Mobilnya saja BMW," ucapnya.
"Rasanya wanita manapun akan tergila-gila padanya. Apalagi gadis itu," imbuhnya.
"Hei ... Apa kalian sedang meremehkan teman kita?" ucap Reza.
"Apa kalian lupa Alan kita sebenarnya seperti apa? Jangankan mobil BMW, shorumnya pun bisa ia beli," tutur Reza.
"Sepertinya mereka berdua sama kuat," timpal Gio.
"Mari bertaruh. Kira-kira siapa yang akan menang. Laki-laki itu atau Alan. Nanti yang kalah harus bayar satu juta pada yang menang," ajak Santo.
"Aku pilih Alan. Aku yakin Alan mampu meluluhkan dan merebut gadis itu," imbuhnya.
"Aku pilih Laki-laki itu. Karna Alan tak mungkin membongkar identitas sebenarnya, jadi gadis itu tidak akan tahu dan lebih memilih kekasihnya," ucap Herman.
"Aku sependapat denganmu, Her. Jadi aku pilih laki-laki itu."
"Bagaimana denganmu, Za?" tanya Santo.
Reza tampak menimang, mana yang harus ia pilih. Pada akhirnya ia memilih temannya sendiri. Ia menepuk bahu Alan. "Aku mengandalkanmu, Al. Jadi Berjuanglah--jangan membuat uang satu jutaku yang berharga melayang begitu saja," ucapnya.
"Ok, deal," ucap Santo. Ke empatnya saling menjabat tangan satu sama lain. Sebagai tanda kesepakatan. Sementara Alan hanya tertawa, melihat kelakuan keempat temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments