Melihat gelas itu hancur dan pecah, Susi terlihat begitu panik, wanita yang terlihat masih segar dan seksi itu segera mencari perban untuk membalut luka menantunya.
"Ya ampun Bastian! Kamu berdarah!" Susi kemudian membalut luka Bastian dengan kain syal yang menghiasi leher cantik nya, sehingga belahan dada wanita bertubuh sintal itu terlihat begitu menggoda, sejenak Bastian yang memiliki otak mesum kepada wanita yang menurutnya seksi itu, terlihat memperhatikan buah dada Susi yang montok dan berisi.
"Gila nih perempuan! Gede banget sumpah, baru kali ini Aku melihat buah pepaya sebesar itu, padahal dia udah nggak muda lagi, masih terlihat sangat menantang." batin Bastian sembari matanya jelalatan menikmati keindahan pemandangan yang tersaji di hadapannya.
Susi yang sejatinya seorang janda, Ia pun merasa jika tatapan liar sang menantu membuatnya mulai menggoda Bastian.
"Menantu ku ini cukup menggoda, ah apa salahnya jika Aku berkencan dengannya semalam saja," sejenak pikiran kotor mereka terkoneksi dengan sempurna, Susi adalah Ibu tiri Vania, seorang janda tanpa anak yang menikah dengan Almarhum Ayah Vania, dan Ia menjadi janda kembali setelah Ayah Vania meninggal dunia lima tahun yang lalu. Dan itu membuat kehidupan Vania dan Ibu tirinya dikejar-kejar hutang, mengingat Ayah Vania meninggal dunia karena serangan jantung yang disebabkan hutang perusahaan yang banyak. Maka dari itu Susi mulai mengenal Bastian yang bersedia menghutanginya dengan jumlah yang fantastis, asalkan Susi melunasinya tepat waktu.
Namun, ternyata setelah jatuh tempo, Susi tak kunjung membayar hutang-hutang nya kepada Bastian, sehingga Ia memberikan Vania sebagai penebus hutang-hutang nya, tentu saja itu membuat Bastian sangat bahagia karena dirinya juga mengincar Vania sedari dulu, sejak Vania menjadi pacar Calvin saat sekolah dulu. Dan saat itu adalah kesempatan untuk nya mendapatkan Vania, dimana Calvin saat itu sedang berada di luar negeri.
"Emm ... sudah, Bastian! Kamu jangan bersedih, malam ini Aku akan menghibur mu, sebagai ganti Vania yang tidak mau menerimamu, bagaimana? Apa kamu bersedia?" tawar Susi dengan senyum nakal nya.
Bastian menatap sembari memicingkan matanya melihat Susi dari ujung rambut hingga ujung kepala.
"Hmm ... yakin bisa?" tanya Bastian dengan tersenyum smirk.
"Maksudmu?" Susi tampak mengernyitkan dahinya.
"Kamu tahu seleraku adalah wanita muda dan masih enerjik, apa kamu yakin bisa melawanku? Aku tidak yakin." seketika Susi mendekati Bastian dan membisikkan sesuatu pada telinga pria itu.
"Kamu perlu bukti? Aku tunggu di kamar nomor lima, setelah itu Aku akan memberikan kejutan untuk mu, dan kamu pasti suka dan pastinya sangat menikmatinya." setelah mengatakan hal itu, Susi segera masuk ke dalam, dimana sudah disediakan kamar-kamar untuk mereka yang membutuhkan kenikmatan surgawi.
Mata Bastian tidak terlepas dari tubuh Susi yang sejenak membuatnya tergoda, ah daripada sakit hati memikirkan Vania, Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan malam ini, sebagai gantinya Ibu tiri Vania pun bisa juga.
Bastian mulai masuk ke dalam kamar bar nomor lima seperti yang telah Susi sebutkan, sementara di dalam kamar itu Susi sudah menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan seorang pria yang saat ini menjadi suami putri tirinya.
Bastian tiba di depan pintu kamar nomor lima, Ia pun mulai mengetuk pintu itu perlahan. Tak berselang lama pintu itu terbuka, dan tanpa aba-aba terlihat tangan perempuan menarik baju Bastian dengan cepat, akhirnya Bastian pun masuk ke dalam kamar nomor lima tersebut. Entah apa yang mereka lakukan di dalam, yang jelas pintu itu terkunci dari dalam, dan tak berselang lama sesekali terdengar suara erangan seorang laki-laki dan perempuan yang seolah-olah mereka tengah melakukan percintaan.
*
*
*
Sementara di rumah, Vania menunggu kedatangan sang suami yang tak kunjung pulang, jam menunjukkan pukul dua belas malam, sungguh Ia tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini, Ia tahu pasti Bastian sangat marah karena penolakan nya, tapi bagaimana lagi, dirinya benar-benar tidak bisa melakukan itu dengan Bastian, seolah dirinya tidak rela jika Bastian menyentuh tubuhnya.
Vania menunggu Bastian di ruang tamu, Ia tampak mondar-mandir sembari melihat ke luar rumah, berharap mobil suaminya segera datang, tapi nyatanya Vania tidak juga melihat mobil sang suami datang, Ia pun menunggu sambil duduk di sofa ruang tamu, tentu saja keadaan rumah sudah mulai sepi mengingat Maria dan Andre sudah berangkat tidur lebih awal karena besok pagi mereka harus bertolak ke luar kota untuk beberapa hari.
Sementara itu, Calvin yang tak sengaja melihat Vania yang sedang duduk di sofa depan terlihat menghampiri kakak iparnya itu sembari membawakan segelas teh hangat untuk Vania.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" pertanyaan itu seketika membuat Vania terkejut, pasalnya itu adalah suara Calvin.
"Emm ... untuk apa kamu kesini?" Vania berkata tanpa melihat wajah sang adik ipar.
Calvin justru duduk di samping Vania sembari memberikan segelas teh hangat untuk kakak iparnya itu.
"Minumlah! Mumpung masih hangat!" tawarnya kepada Vania.
Vania melihat gelas yang ada di tangan Calvin, sebagai penghormatan Vania menerima segelas teh hangat itu dan berucap. "Terima kasih!"
"Kamu sedang menunggu Abang pulang?"
"Kalau sudah tahu nggak usah tanya!" jawab Vania dingin. Calvin tertawa kecil melihat sikap Vania yang begitu dingin kepadanya. Tak bisa dipungkiri perasaan itu tiba-tiba muncul dan Vania semakin gugup saat duduk berdekatan dengan Calvin.
Calvin menyentuh tangan Vania dan Ia merasakan tangan Vania yang teraba dingin, sungguh gadis itu benar-benar gugup didekati oleh mantan kekasih nya itu.
"Kenapa tanganmu dingin sekali? Apa kamu gugup Aku ada di sini?" seru Calvin sembari menggenggam tangan Vania erat, sementara Vania mencoba menarik tangannya dari genggaman tangan Calvin, tapi tidak bisa. Calvin rupanya tidak membiarkan Vania pergi darinya.
"Lepaskan tanganku, Vin! Sebentar lagi Mas Tian pulang, Aku tidak mau dia salah faham lagi tentang kita, jadi Aku mohon kamu pergi dari sini."
"Abang tidak akan pulang! Dia tidak akan tahu kita sedang berduaan,"
"Apa maksudmu, Vin. Ingatlah! Aku ini Kakak ipar kamu, jadi kamu harus menghormati ku."
Calvin semakin mendekati Vania, bahkan pria itu menatap wajah Vania lekat-lekat.
"Tapi Sayangnya, Aku tidak pernah menganggap mu sebagai kakak ipar ku, kamu tetaplah Vania, kekasih ku yang dahulu. Katakan padaku, apa kamu tidak suka Aku berada di sini?" Calvin berkata sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Vania, spontan Vania menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak!"
"Benarkah?" Calvin tak gentar, meskipun Vania berkata tidak tapi sorot matanya memperlihatkan jika dia sangat mendambakan Calvin.
"Tidak!"
"Katakan sekali lagi!"
"Tidak!"
"Katakan jika kamu tidak ingin Aku berada di sini?"
Wajah Calvin semakin dekat, bahkan jarak mereka hanya sekitar sepuluh centimeter saja, deru nafas Calvin begitu hangat menyapu bibir Vania yang tak bisa menolak rasa itu begitu saja.
"Tidak ... tidak ... aku tidak ... mmpptth!"
Seketika Calvin mengecup bibir itu kembali, menikmatinya untuk kedua kali setelah malam pertama mereka, sungguh Vania tidak bisa menolak sentuhan lembut itu, dirinya justru terpejam merasakan betapa ciuman itu begitu mendebarkan jiwanya.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dyah Oktina
wah... do edan kabeh yo
2023-11-17
0
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
edyaannn 🙄
2022-11-20
1
Puteri Siliwangi
dasar buaya Amazon gc dapat anaknya emaknya pun di embat 😂
2022-11-08
1